14. Tell Him Stories

2.1K 317 190
                                    

2 hari kemudian...

Sepintas, Michael terlihat normal, bahkan tidak ada spesial-spesialnya sama sekali selain dirinya yang tampan dan kaya raya. Bahkan ia cenderung buruk, bukan tipikal protagonis baik hati yang dapat mencuri semua hati.

Michael Dante Naderanputra hanya seorang mahasiswa biasa yang bahkan tidak kunjung lulus sebab malas dan sering bolos akibat lelah dan penat dengan pekerjaan dan depresi tersembunyi yang ia pun tak mengerti.

Punya pacar cantik yang juga orang kaya, dan punya musuh, yang juga orang kaya. Juga gemar melakukan hal-hal tidak baik yang tak patut dicontoh.

Namun sebenarnya, ada sesuatu. Apapun itu, baik atau buruk, pasti punya sebabnya untuk tercipta, bukan?

Sebuah titik lemah yang bersembunyi di balik raga yang kuat, sebuah jiwa layu di balik sikap keras dan kasar. Sakit yang tak kasat mata namun begitu nyata terasa.

Orang yang kita bicarakan sedang duduk di kantin kampus, bersama dua temannya yang bernama Kai dan Lucas.

"Misi, Kak Michael."

Orang yang dipanggil pun menoleh. Kedua temannya pun menatap ke arah yang sama. Satu tatapan, berjuta intimidasi. Gadis semester satu itu sontak gemetar dan ingin berpaling. Tapi tidak mungkin, sebab datangnya karena sebuah janji.

"Ini.. aku mau kasih ini, Kak." Gadis itu menahan gugup, menyodorkan sebuah surat berwarna merah muda kepada Michael.

Michael menatap surat itu sesaat, sebelum menatap yang membawa surat, "Surat cinta?" Tanyanya datar.

"Emm, i-iya, Kak." Jawabnya ragu-ragu sambil tersenyum kikuk.

"Dari lo?"

Gadis itu menggeleng, "Bukan, Kak. Dari temen aku. Dia suruh aku yang kasih soalnya dia gak berani, hehe." Jawabnya canggung.

Michael tak mengubah ekspresi, lalu kembali menatap surat itu sejenak sebelum menghela napas.

"Nama yang tulis surat itu siapa?"

"Tisya, Kak."

"Nama lo?"

"Rahma."

Michael menyeringai tipis, puas dengan Rahma yang bisa menjawab dengan cepat.

"Bagus. Lo gak bohong."

Lucas dan Kai saling tersenyum menyaksikan cara teman mereka mencari tahu apakah gadis muda itu berbohong atau tidak.

"Dek." Michael memanggil dengan suara rendah, menatapnya tepat di mata.

"Iya, Kak?"

"Bilangin sama Tisya. Kalau baru kasih surat cinta aja gak berani, gimana mau sayang atau cinta sama gue? Pasti dia juga gak bakal berani. Gue orangnya nyusahin. Dia gak bakal sanggup." Michael bersuara rendah. Terkesan santai, namun kalimat-kalimatnya meresap penuh ketegangan ke dalam sanubari Rahma.

Gadis itu mengerjap-ngerjap, mengulum bibir sebentar sebelum tersenyum dengan canggung, "Oh, i-iya, Kak. Nanti aku sampein." Katanya menahan debaran keras.

"Udah hafal kata-katanya? Atau mau diulang?"

"Udah, Kak. U-udah hafal. Jadi, ini.. ditolak ya, Kak?"

"Ya iyalah, woy!" Kai menyambar, membuat Lucas tertawa. Michael hanya tersenyum sedikit saja.

"Michael udah punya cewek, namanya Abigail. Temen sekelas Michael, anak walikota Jakut. Bilangin sekalian." Kali ini, Lucas yang menimpali.

Rasanya Rahma seperti dikeroyok atas hajat yang sebenarnya bukan hajatnya, melainkan hajat temannya.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang