08. Nightmare in Classroom

3.1K 351 168
                                    

Jayson Eric Anderson. Lelaki itu tengah menatap kampusnya dari dalam mobil. Ia mendengus, mendecak, rasa-rasanya ingin mengamuk juga. Mengingat dirinya yang harus meminta maaf pada si Laras Laras itu. Ingin sekali ia mengumpat sambil meninju wajah Michael sampai babak belur.

Ia pun turun dari mobilnya, menuju gedung fakultas yang sama dengan Michael, namun berbeda kelas sebab berbeda jurusan.

Sementara di kelas lain, ada Michael yang juga baru sampai. Sementara Laras, seperti biasa, akan berjalan-jalan di sekitaran kampus lalu pergi ke kantin saat sudah lapar atau haus.

Michael yang sudah di kelas itu langsung memandang kursi-meja yang berada di belakang. Sepertinya hari ini harus pindah ke belakang dulu, pikirnya.

Sebelum itu, ia menghampiri pacarnya yang sedang duduk di dekat tembok depan.

"Abby."

Gadis itu pun mengangkat kepala, "Hai." Sapanya sambil tersenyum lebar.

Michael tersenyum tipis, "Aku mau duduk di belakang."

"Mau tidur, ya? Pulang jam berapa semalem?" Tanya Abigail.

"Nyampe rumah setengah 4. Terus gak bisa tidur setelah itu."

Abigail sudah paham, ia pun berdiri lalu mengikuti Michael yang ingin duduk di belakang. Sebab gadis imut nan semampai itu maunya selalu duduk berdekatan dengan pacarnya.

"Gue sama Abby duduk di sini, ya." Ujar Michael baik-baik pada dua orang teman perempuan yang tengah menduduki kursi-meja incarannya. "Bisa, kan kalian pindah ke tempat kita?" Tanyanya lagi, dengan suara pelan, namun dengan raut suram tanpa senyuman.

Semua teman-temannya sudah biasa melihat wajah Michael yang begitu, sebab ia memang selalu terlihat seperti itu.

"Oh, iya." - "Iya. Boleh, Mike." Balas kedua gadis itu bersamaan, seraya berdiri lalu berjalan berpindah menuju ke tengah kelas, pada kursi-meja yang biasa Michael dan Abigail duduki.

. . .

Baru setengah jam aktivitas belajar-mengajar, Michael mulai merasakan kantuk yang hebat. Ia pun otomatis menidurkan kepalanya di atas meja, berbantalkan tangannya sendiri.

Semalaman tak tidur ditambah insomnia yang menyerang setelahnya, tentu membuat Michael tak berdaya untuk menjalani hari.

Pemuda itu sering sekali mengalami insomnia, yang mana selalu terjadi di jam-jam yang seharusnya ia tidur, lantas menyebabkan kantuk pada jam-jam yang seharusnya ia terjaga.

5 menit menidurkan kepala di meja, Michael kian terlelap dengan dalam. Kebetulan, dosen kali ini sifatnya cuek, tidak peduli mahasiswanya tidur atau tidak.

Di menit ke 10, sebuah mimpi pun datang ke alam bawah sadarnya.

Michael berada di tempat yang penuh pepohonan, dengan suasana oranye kemerahan. Entah, tapi memang seperti itu warna suasananya.

Lalu ia melihat sebuah jembatan kayu. Jarak dari ujung ke ujungnya lumayan jauh. Ia ingin melewatinya namun ada rasa takut sebab sungai di bawahnya tampak jauh sekali. Michael takut tinggi, dan ini adalah kali pertamanya melewati jembatan seperti itu.

Dengan hati-hati, Michael mulai melangkah. Tapi baru selangkah, tiba-tiba datang seseorang yang berlari begitu kencang dari arah belakang. Mendengar derap langkah, Michael menoleh, ternyata salah satu teman SMP-nya.

Namun tidak berlari pada Michael yang masih berada di ujung jembatan, teman Michael itu malah berlari menuju sisi samping jembatan, lantas menceburkan dirinya sendiri ke dalam sungai.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang