12. Weak

2.2K 314 159
                                    


2 Hari Kemudian....

Hari ini, Nyonya Irma Soraya akhrinya pulang juga setelah sudah sebulan berada di Jepang. Ia baru saja sampai, tepatnya pada pukul 11 malam.

Semua ART berdiri berjejer rapi di depan pintu masuk untuk menyambut. Sang Nyonya besar bernama Irma itu menebar senyum anggun berwibawanya ketika masuk. Semua barang bawaannya sudah dibawakan oleh para pesuruh.

Lalu, sampailah dirinya di ujung barisan para ART, wanita itu menengok pada seorang yang baru ia kenal. "Ini... Larasati?" tanyanya bernada anggun.

"Iya, Nyonya." Laras mengangguk, tersenyum, dan pastinya tanpa menatap.

"Kita cuma ngobrol di telfon aja ya waktu itu, gak tau kalau ternyata kamu cantik begini.." Irma tersenyum.

Laras tersenyum malu-malu, "Terimakasih, Nyonya." Balasnya lembut.

Irma hanya tersenyum, lantas sedikit mengedarkan pandangannya, "Michael mana?" Tanyanya pada siapa saja yang mengetahui.

"Sudah tidur, Nyonya." Ini Didi yang menjawab, salah satu ART laki-laki.

Kebetulan, Didi sempat melintas di depan kamar Michael yang pintunya terbuka lebar. Menampilkan si penghuni kamar yang sudah tertidur dengan gaya memegang remot TV. Melihat itu, Didi pun menutupkan pintu kamar Tuan Mudanya supaya tidak dimasuki nyamuk dan lain-lain.

Irma hanya mengangguk, lantas mulai melangkahkan kakinya menuju tangga lantai 2.

Kaisar berlari mengikuti majikannya, "Maaf, Nyonya." Ia menginterupsi.

Irma berhenti, lalu menoleh, "Hm?"

"Tuan baru tidur, mungkin baru satu jam." Kaisar menginfokan dengan sopan.

Irma memiringkan kepalanya, "Oke.. jadi?"

"Kalau dibangunkan, takutnya Tuan susah buat tidur lagi, Nyonya." Jawab Kaisar sesopan mungkin. Hanya menatapi high heels Hermes milik sang Nyonya.

"Ah, enggak.. dia bisa tidur lagi. Lagipula saya bawa kabar baik buat dia, pasti dia seneng." Ujarnya ringan, sambil tersenyum cerah pada Kaisar.

Kaisar tak ada pilihan lain selain mengangguk. Sudah senang mengetahui Tuannya yang tumben sekali sudah tidur jam segini, malah harus dibangunkan.

Laras menatap punggung Irma yang semakin jauh menaiki anak tangga.

"Kenapa sih harus dibangunin? Udah tau anaknya suka insom. Gak bisa nunggu besok aja apa baru ngomong? Sayang gak sih sama anaknya?" Batin Laras mulai menilai.

Setelah berjalan dengan anggun meskipun tak ada yang melihat, akhirnya Irma sampai di depan pintu kamar Michael dan langsung saja membuka pintu itu.

Ia pun mendapati anak satu-satunya itu sudah tertidur dengan begitu lelap sampai mulutnya sedikit terbuka.

Ia tersenyum, sambil terus menghampiri. Duduk di pinggir ranjang, lantas menyapu pipi sang putra. "Mike.. sayang? Bangun, ya.. sebentar.." Ucapnya kemudian.

Dan Michael, sangat mudah terbangun dan sangat mudah terkaget ketika tidur. Kalau kita berjalan di dekatnya dan tak sengaja membunyikan sesuatu meski hanya sebatas suara pelastik, dia akan terbangun, kadang disertai dengan kaget juga. Dan jika kita menyentuh tubuhnya secara tiba-tiba, dia akan tersentak kaget juga.

Dan benar, tubuh lelaki itu tersentak kaget saat Mamanya menyentuh dan mengusap pipi dan kepalanya. Michael terbangun, dengan tubuh menegang sesaat, pandangannya kaget dan bingung.

"Shuss.. ini Mama. Jangan suka kaget-kaget gitu ah. Kebiasaan." Kata Irma.

Michael dengan mata merah dan wajah kagetnya pun tersadar setelah 2 detik. Ia lalu tersenyum, kala melihat siapa yang duduk di pinggir ranjangnya.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang