39. Unshakable

2.6K 271 231
                                    

Rapat yang dimulai pukul 5 sore sudah berakhir pukul 7 malam ini. Semua anggota rapat mulai membubarkan diri dan keluar dari ruang rapat yang bertempat di kantor Michael, PT. Saint Resource.

"Permisi, Pak Michael." Seseorang menghampiri dan menyapa.

Michael menoleh. "Ya?" sahutnya pada seorang perempuan muda yang tengah mengenakan pakaian khas wanita karir. Terlihat begitu independen dan berkelas.

"Saya Frela, dari Ganesa Corp, Pak." Perempuan itu memberikan tangan kanannya ke depan Michael, ingin berjabat tangan.

Lelaki berjas dan bercelana hitam itu menatap tangan gadis bernama Frela sejenak, sebelum menyambut tangan tersebut dengan tangan kanannya juga.

Dengan senyuman cantik, Frela menatap Michael begitu ramah. Berjabat tangan singkat, tidak lama-lama.

"Saya anaknya Pak Jony, direktur Buwana Corp, Pak," ucap Frela lagi.

Michael hanya tersenyum sekadar. "Oh, iya iya."

"Emm, Pak Michael ada... waktu? Kita makan malam dulu, bisa, Pak? Ya hitung-hitung, supaya bisa mempererat hubungan bisnis kita," ujar Frela dengan ringan. Tak lupa dengan senyuman santai.

Michael berdeham. "Maaf, Frela. Tapi... kayaknya belum bisa dulu, ya. Saya kebetulan ada keperluan lain malam ini, yang gak bisa ditunda," ucap Michael beralasan.

Kaisar yang berdiri di belakang Michael hanya menunggu saja. Ia berada pada jarak sekitar 2 meter. Mengawasi juga menguping.

"Oh, gitu, ya..." ujar Frela kecewa. "Kalau besok, Pak Michael ada waktu? Saya mau ajak Pak Michael makan malam, atau makan siang juga boleh. Terserah Pak Michael aja kapan sempetnya. Saya juga mau sekalian tanya-tanya tentang tempat tambang yang ada di Kalimantan Tengah itu, Pak."

Michael mengerjap-ngerjap sebentar, sebelum mengulas satu senyuman paksa. "Maaf, Frela. Kalau siang, saya kuliah. Kalau malam, saya biasanya bikin tugas. Kalau mau tanya-tanya tentang masalah itu, bisa hubungi sekertaris saya, atau menejer di sini juga bisa." Michael tersenyum lagi, masih berusaha ramah.

Frela rautnya semakin kecewa. Tapi gadis itu sepertinya tak gentar. "Kalau weekend, Pak?"

Michael sudah ingin melarikan diri saja dari hadapan Frela, namun agaknya gadis cantik berani itu harus sedikit diserang.

"Hari Minggu ada waktu, kok. Cuma gimana, ya... kalau saya jalan berdua sama kamu, rasanya kurang etis, soalnya saya jadi gak enak sama calon istri saya. Takutnya dia pikir saya sama kamu ada apa-apa, padahal cuma mau membicarakan urusan pekerjaan." Michael berujar ringan dan santai.

Frela wajahnya langsung menegang. "C-calon istri?"

Michael hanya mengangkat alis dan mengangguk sekali, mengiyakan pertanyaan Frela. Diam-diam, Kaisar tersenyum menahan tawa. Ia menunduk pura-pura menatap sepatunya.

"Ya udah, Frela. Saya permisi dulu, ya," pungkas Michael, sebelum beranjak dari hadapan gadis itu. "Ayo, Sar," ajaknya pada Kaisar yang sedari tadi setia menunggu di belakangnya.

Kemudian kedua pemuda itu berjalan berdua semakin menjauh dari posisi Frela yang rautnya sudah kecewa tiada terkira.

✨⚡✨⚡✨

"Sar, kita jangan pulang dulu, ya."

Kaisar yang sedang membawa mobil itu pun menoleh sekilas. "Mau kemana Tuan?" tanyanya.

"Ke rumah orangtuanya Laras."

Kaisar agak kaget, namun ada senang juga dalam hatinya. "Tapi saya gak tau rumahnya, Tuan. Tuan tau rumahnya? Atau saya telfon Laras dulu?"

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang