37. The Agreement

3.6K 368 229
                                        

Michael sedang duduk sendiri di kamar apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Michael sedang duduk sendiri di kamar apartemennya. Memikirkan tentang masa depan yang sedikit terlihat setelah sebelumnya tak terlalu peduli akibat hari-hari kerap hampa dan hambar.

Laras, tampak sebagai masa depan paling terang setelah kegelapan Michael berabad-abad.

Juga nasihat ayahanda yang tiba-tiba datang dari Surabaya, dukungan orang terdekat, terkhusus sang Mama yang telah 'bertaubat' pasca Michael membuat 'gebrakan'. Semua terbayang-bayang di otak, membawa harapan yang bercahaya.

"Tuan, makan malamnya udah siap. Makan dulu!" Seruan ramah terdengar dari balik pintu kamar.

"Iya, Bu!" Michael menyahut.

Pemuda yang sedang melamunkan hidup itu berdiri dari kursi, menuju pintu untuk ke luar kamar. Berjalan ke ruang makan, di sana sudah ada Susi, ibu Kaisar yang Michael telah anggap ibunya pula.

"Bu," panggilnya setelah duduk.

Susi tersenyum. "Ya, Tuan?" sahutnya sambil mengambilkan nasi ke piring Michael.

"Aku mau cerita."

Gerakan wanita paruh baya itu terhenti. Mengerling, tersenyum keibuan seraya menyuguhkan sepiring nasi ke depan Michael. Membiarkan pemuda itu memilih lauk sendiri.

"Cerita apa, Tuan?" tanya Susi lembut sembari duduk di sebelah Michael.

"Kemarin Papa dateng ke kampus tiba-tiba." Pemuda itu memulai sambil mengambil ayam goreng dari atas piring. "Dia suruh aku berobat," lanjutnya.

Tampak raut terkejut di wajah Susi. "Ya ampun, Tuan. Terus, gimana ceritanya itu? Tapi Tuan gak apa-apa?" tanyanya cemas, takut Michael terpicu dan terganggu kestabilan mentalnya.

"Gak apa-apa," jawab Michael santai sambil mengambil saus berwarna kuning dan merah, "soalnya ada Laras di sana waktu Papa dateng. Aku ngerasa aman. Abis itu, malemnya aku minta pendapat dia juga."

Terkejut Susi ketambahan. Namun, ia tetap mendengarkan. Apalagi, setelahnya Michael lekas menceritakan kronologis datangnya Krisna setelah bertahun-tahun tak mengunjungi sang anak. Terakhir kali saat Michael baru masuk kuliah beberapa tahun silam.

"Syukur deh kalau Tuan bisa mikir positif begini. Ibu seneng." Susi tersenyum lebar setelah menyimak seluruh cerita Michael mengenai ayahnya.

"Iya, Bu." Michael kembali memakan makan malamnya.

"Emang begitu, Tuan. Mama sama Papanya Tuan mungkin punya salah, tapi mereka tetap sayang sama Tuan, tetap mau yang baik-baik buat Tuan." Susi menambahkan.

Michael mengangguk-angguk. Makin dewasa, ia makin setuju. Susi tersenyum melihat itu. Mereka duduk dalam hening selagi Michael makan malam. Si ART tertua akan makan setelah majikannya.

Di sisi lain, Michael tengah mengingat-ingat wajah sang kekasih. Sudah lama tak merasakan kasmaran begini. Senyum tersemat tanpa sadar di bibir, mengiringi sebuah lisan yang berasal dari hati.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang