HIRAETH - PART 22

64 19 3
                                    

Jennie terbangun dari tidurnya saat dering telepon berbunyi dari ponselnya yang berada di nakas samping.

"Kamu dimana?"

Ia jelas mengenal siapa yang menelponnya pagi ini, lelaki itu tak pernah absen untuk menelponnya setiap pagi entah untuk mengingatkannya sarapan, mengajaknya berangkat bersama bahkan memberitahukannya bahwa ia sudah berdiri di depan gerbang rumahnya.

"Aku masih di rumah"

"Aku berdiri di depan rumahmu, tetapi ibu yang lewat mengatakan kamu tak ada di rumah"

"Ah iya aku belum memberitahukannya padamu"

Seseorang membuka pintu kamar Jennie.

"Jane, bunda memanggilmu turun" ucap Jinhwan

"Hanbin-ah aku akan ceritakan ini nanti, aku tutup ya"

"Tunggu, Jane?"

"Itu siapa?"

"Kau ada dimana?"

"Kenapa suara seorang pria?!"

Begitulah kira-kira pertanyaan bertubi yang di lontarkan Hanbin kepadanya.

"Aku akan segera menemuimu di sekolah, sampai jumpa"

Jennie menutup panggilan teleponnya dan berjalan keluar kamarnya. Sementara di lain tempat Hanbin sudah uring-uringan sejak sambungan telepon itu diputus secara sepihak.

"Siapa lelaki itu?"

"Tapi aku tidak salah mendengar, dia memang laki-laki"

"Jane? Kenapa juga memanggilnya Jane?"

"Aish!" kesalnya dengan pertanyaan yang muncul di dalam otaknya

Di kediaman keluarga Eun, Jennie sudah menghampiri ibunya yang membawa satu pasang pakaian untuknya.

"Jane, ini seragam mu bunda tidak tahu apakah ukurannya akan pas atau tidak"

"Terimakasih bunda"

Dara tersenyum sangat bahagia ketika putrinya itu memanggil dirinya dengan panggilan tersebut.

"Kamu siap-siap nanti kamu berangkat bareng Lisa ya"

Jennie mengangguk paham, ia pergi ke toilet yang ada di kamarnya. Empat puluh menit ia telah selesai dan berjalan keluar dari kamarnya.

"Jane" panggil seseorang

Jiwon ayahnya menghampiri putrinya itu.

"Ini untuk uang jajanmu"

Jiwon memberikan satu blackcard kepada Jennie. Namun, perempuan itu menolaknya dan tersenyum dengan sangat tulus.

"Ini terlalu berlebihan, aku tidak bisa menerimanya ayah"

Lelaki itu mengusap puncak kepala anaknya dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Untuk ini kamu harus menerimanya, Jane"

Jennie menerima uang itu dengan perasaan tak enak. Ia sudah terbiasa tidak mendapatkan uang semudah ini sehingga dirinya masih belum terbiasa.

"Morning ayah" teriak Lisa

"Morning, kamu akan berangkat?"

"Iya, yah"

"Jane juga bareng sama kamu kan?"

Lisa memandang Jennie dengan tatapan tak suka yang tak pernah berubah.

"Kamu bareng sama Lisa aja ya Jane, lagian kalian satu sekolah juga kan" ucap Jiwon

HIRAETH | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang