HIRAETH - PART 33

75 20 0
                                    


Hari semakin gelap, mereka berdua sudah masuk ke dalam tenda sedari tadi. Hening menguasai suasana malam ini, keduanya sama-sama larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Jennie"

Perempuan itu tetap diam tanpa ada jawaban sedikit pun.

"Nona Kim?"

Jennie tersadar dari lamunan nya dengan panggilan itu.

"Ah ada apa?"

"Kenapa diam saja?"

"Aku? Apakah seperti itu?"

Hanbin mengangguk.

"Dari tadi kamu diam"

"Tidak ada alasan, hanya saja aku masih takut"

"Coba kesini"

"Untuk apa?"

"Kesini sebentar"

Jennie menghampiri Hanbin dan duduk di depannya. Hanbin memeluk tubuh perempuan itu mengusap belakang kepalanya dengan lembut.

"Kau tahu apa yang aku rasakan, Jennie-ya?"

"Apa?'

"Nyaman, itu yang aku rasakan setiap kali kau memelukku"

"Apa hubungannya?"

Lelaki itu mengecup puncak kepala Jennie dengan sangat lembut.

"Hal yang aku tidak dapatkan dari ibuku, hal yang tidak aku dapatkan dari keluargaku semua ku dapatkan darimu Jennie"

"Lalu?"

"Apakah aku akan dengan mudah meninggalkan duniaku? Tentu saja tidak"

"Hanbin-ah"

"Kamu duniaku Jennie-ya, perempuan yang selalu memiliki tempat indah di dalam kenanganku"

Jennie mengeratkan pelukannya kepada lelaki itu.

"Jangan pernah pergi meninggalkanku" ucap Jennie

Hanbin tak menjawab pernyataan yang diutarakan oleh Jennie dan hanya menciumi puncak kepala gadis itu.

"Ah iya ajarkan aku cara membaca huruf braille"

"Untuk apa?"

"Agar aku tahu rasanya menjadi dirimu"

Jennie tersenyum lalu membawa sebuah buku dengan tangannya. Lelaki itu bergerak maju memeluk tubuh Jennie dari belakang dan menangkupkan wajahnya di ceruk leher gadis itu.

"Mana tanganmu?"

Jennie memapah tangan lelaki itu untuk merasakan sentuhan dari buku tersebut. Ia juga menjelaskan setiap kata dengan dirinya yang membaca terlebih dahulu setiap kata di buku itu. Mereka pun menghabiskan malam dengan bercanda, tertawa dan bercerita bersama di bawah langit malam di tenda perkemahan itu.

◦◦◦

Udara segar pagi hari menyambut Jennie yang terbangun dari alam mimpi. Sebuah tangan melingkar di pinggangnya sepanjang malam. Jennie tersenyum kala ketika suara dengkuran kecil terdengar oleh telinganya, lelaki itu senantiasa tertidur dan berkelana di alam mimpinya. Jennie memindahkan tangan besar itu ke tubuhnya sendiri.

Perempuan itu bangun dan menggapai tongkat di sisinya, berjalan keluar dari tenda yang menjadi tempat mereka tertidur. Menghirup udara pagi di kaki pegunungan membuat hatinya tenang.

"Ah segarnya"

Jennie pergi ke arah penyimpanan bahan makanan mereka dan mengambil beberapa kebutuhan untuk membuat sarapan mereka pagi ini. Ia dengan lihai memotong dan memasak makanan untuknya dan kekasihnya itu. Bagian pintu tenda terbuka menandakan seseorang telah bangun untuk menyapa pagi bersamanya.

HIRAETH | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang