Kelas di musim dingin memang membuat siapapun malas. Namun, mereka tetaplah pelajar yang berkewajiban untuk menuntut ilmu. Pagi itu semua berjalan lancar, seluruh siswa dan siswi School of Seoul Art Musical kelas 2 dikumpulkan dalam satu ruangan auditorium sekolah.
Pengumuman mengenai kegiatan darmawisata yang akan dilakukan dalam waktu satu minggu lagi membuat semua siswa bersorak bahagia. Tak terkecuali Jennie yang sangat menyukai hal semacam ini, berlibur pikirnya akan sangat menyenangkan.
"Jennie pokoknya lo harus ikut, gak ada kata nolak okey" ucap Hayi
"Semoga saja"
Setelah pengumuman diberikan hingga ke rincian bus dan barang yang harus mereka bawa juga telah diumumkan. Pembagian bus dilakukan dengan sistem urut seberang. Hal itu membuat kelas 2 terbagi menjadi dua bagian kelas 2-1 sampai 5 dan kelas 2-6 sampai 10. Dalam satu bus akan diisi oleh dua kelas dengan dua guru yang merupakan wali dari setiap kelasnya.
"Hai"
Hanbin berjalan di depan Jennie dengan senyuman yang terus terpantri di wajahnya.
"Kamu akan ikut kan?'
"Aku tidak tahu"
Wajah itu berubah muram.
"Kenapa ragu seperti itu?"
"Aku harus meminta izin"
"Kau harus ikut atau perlu aku meminta izin kepada mereka?"
Jennie menggeleng.
"Tak usah biar aku saja"
Hanbin berjalan di samping Jennie saat ini.
"Tapi janji kamu akan mengikuti acara ini, Jennie-ya"
Jennie mengangguk dan tersenyum kepada Hanbin.
"Akan aku usahakan"
Mereka sampai di kelas 2-1 tanpa mereka sadari. Jennie berhenti tepat di depan pintu diikuti oleh lelaki bernama Kim Hanbin itu.
"Kembalilah ke kelasmu, Hanbin-ah"
Hanbin mengacak gemas rambut Jennie.
"Belajar yang rajin ya, Nona Kim"
Lalu, lelaki itu pergi menuju kelasnya yang berada cukup jauh itu. Jennie masuk ke kelasnya sambil menunggu jam pelajaran berikutnya dimulai.
◦◦◦
Hari berjalan seperti biasa, jam pelajaran berakhir di waktu yang sama setiap kalinya. Jennie memutuskan untuk pulang ke rumah sendiri karena ia menerima pesan dari lelaki yang selalu mengantarnya itu bahwa ia harus menghadiri kumpulan dengan anggota ektrakurikulernya juga persiapan untuk acara perkemahan minggu depan.
Di halte bus ia menunggu seorang diri. Suara kalkson mobil menghamburkan lamunanya. Seseorang keluar dari mobil itu menghampiri Jennie.
"Jane"
Jennie menerka siapa yang memanggilnya dan jawaban akhir dari terkaannya adalah Jinhwan kakak laki-laki nya itu.
"Kak Jinhwan?" ucapnya memastikan
"Iya, yuk pulang"
"Eh?' ucap Jennie bingung
Jinhwan duduk di sebelah Jennie adik perempuannya itu. Ia mengeluarkan ponselnya dan memutar rekaman pesan suara yang sangat tak asing di telinganya. Pesan suara itu berisi.
Bang
Tolong datang ke sekolah ya
Jemput cewek gue sekaligus adik lo juga
Sebagai pacar yang baik
Gue gak mau dia kenapa-kenapa
Apalagi dia suka ngeyel
Jadi gue titip ya bang
Gue gak bisa nganter dia balik
Oke calon abang iparku tersayang
Nanti gue beliin lo daging sekalian dah sama sapi hidupnya
Titip dunia gue ya
Awas lecet gaada yang bisa gantiin
Begitulah isi pesan suara yang diperdengarkan untuknya.
"Karena pacar lo yang baik itu suruh gue jemput"
"Maaf ya kak" ucap Jennie merasa bersalah
Jinhwan tersenyum, satu persatu keinginan terdahulunya mulai terjadi. Ia tak pernah bermimpi akan mendapatkan kasih sayang seperti saat ini, sehingga kadang dirinya masih berpikir apa ini hanya mimpinya belaka. Namun ternyata semua yang terjadi adalah sebuah kenyataan. Kenyataan yang membuatnya sangat bahagia.
"Yaudah ayo pulang"
Jennie masuk ke dalam mobil milik kakaknya itu. Mobil melaju dengan tujuan menuju rumah tempat mereka dan keluarganya pulang.
◦◦◦
Malam hari di kediaman keluarga itu, Jennie duduk melamun memandang kolam renang yang bercahaya dengan cahaya bulan yang bersinar malam ini. Seseorang berjalan menghampiri Jennie dan duduk di samping gadis itu.
"Ayah ganggu gak?"
Ji Won datang menghampiri anaknya yang sedari tadi tidak masuk ke dalam kamarnya.
"Ah tentu saja tidak, Ayah"
"Kenapa kamu belum masuk kamarmu?"
Jennie tersenyum kepada lelaki yang merupakan ayah kandungnya itu. Lelaki yang menjadi cinta pertama untuk putrinya dan menjadi panutan untuk anak laki-lakinya.
"Beberapa hal masuk ke dalam pikiranku malam ini"
"Apa itu? Mau bercerita kepada Ayah?"
"Aku terlalu mencintai seseorang sehingga aku takut kehilangannya"
Ji Won mengelus puncak kepala putrinya itu dengan lembut.
"Apa yang kau ingin aku lakukan? Memberi saran? Atau hanya untuk menjadi pendengar?"
Jennie tersenyum lagi.
"Untuk saat ini aku hanya butuh pendengar"
Ji Won mengulurkan kedua tangannya ke hadapan gadis kecilnya itu.
"Apa memelukmu Ayah masih bisa?"
Jennie mendekap tubuh ayahnya itu, pelukan seorang ayah yang selama enam belas tahun sama sekali belum ia rasakan.
"Kau terlalu cepat tumbuh dewasa, nak" ucap Ji Won sedih
Ji Won mengelus belakang kepala Jennie dengan amat pelan.
"Ayah melewatkan banyak waktu berharga itu"
"Aku akan tetap menjadi gadis kecil di depanmu"
Ji Won tersenyum mendengar perkataan dari putrinya itu. Tak terlihat oleh mereka seseorang lagi-lagi menatap tak suka ke arah kolam renang dimana Jennie dan Ji Won duduk. Satu orang itu membalikan arah tubuhnya kembali ke kamarnya sendiri dengan perasaan tak suka dalam dirinya yang menjadi-jadi.
"Dia merebut semuanya yang aku punya!" batinnya berteriak kesal
"Tidurlah, besok kan harus sekolah"
Jennie mengangguk dan menggapai tongkat yang ada disisi kirinya.
"Aku akan tidur, selamat malam"
Jennie berjalan masuk ke kamarnya yang berada di lantai satu rumah yang sangat megah itu. Sebelum tidur, ia tak lupa untuk mengaplikasikan beberapa perawatan kulit yang dimilikinya. Hari kemarin ibunya datang dan menyusun produk-produk tersebut di meja rias miliknya. Karena tak satupun barang dari rumah lamanya itu di bawa. Ia berjalan ke arah ranjang besar di kamarnya itu.
"Bahkan kamar ini terasa tak nyata untukku"
Jennie merebahkan tubuhnya lalu memajamkan matanya berharap mimpi yang indah ini akan langsung hadir menemani tidurnya malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH | END
FanfictionCinta mengenai memberi dan menerima Cinta mengenai kebahagiaan dan kesedihan Cinta mengenai rasa ingin memiliki dan membahagiakan Tetapi... Cinta kami berbeda Cinta mengenai cara mengiklaskan