EXTRA PART - HIRAETH

120 14 5
                                    

Play Kehilangan ost Heart Instrumental

Lelaki itu tengah duduk sendirian menatap kulitnya yang memucat. Suara ketukan pintu terdengar membuat fokus dari lelaki itu beralih.

"Kakek" ucapnya

Lelaki tua itu mendekat dan duduk di samping ranjang cucu laki-lakinya. Wajahnya menunduk tak mampu menatap mata Hanbin.

"Terimakasih" ucap lelaki itu lagi

Pandangannya lurus ke depan, nafasnya mulai sulit untuk dirinya.

"Kau masih bisa pergi ke luar negeri dan mendapatkan perawatan lebih baik, kenapa kau memilih disini?!"

Hanbin tersenyum.

"Kek, kau juga sudah berusaha dengan keras"

Ia menatap lelaki tua itu.

"Aku tahu bagaimana tubuhku karena itu aku tahu waktuku memang tak bisa bertambah"

Hanbin terdiam.

"Aku hanya ingin menghabiskan sisa dari waktu yang Tuhan berikan dengan orang-orang yang aku sayangi"

Lelaki tua itu mengangkat wajahnya.

"Terimakasih karena telah mengabulkan permintaanku untuk tak memberitahukan mereka keadaan ku yang sebenarnya"

"Anak nakal"

Hanbin terkekeh.

"Kek" panggilnya lagi

Ia memberikan sebuah surat yang telah ia tanda tangani.

"Tolong kabulkan permintaan ku satu lagi ya"

Lelaki tua itu semakin kalut.

"Hanbin, kau serius?"

Lelaki itu mengangguk dengan mantap.

"Aku ingin istirahat, bisakah kau pergi?"

Lelaki tua itu keluar dari ruangan tempat Hanbin di rawat. Hanbin menutup matanya untuk sedikit beristirahat, rasanya saat ini ia sangat lemah dan selalu mengantuk. Belum ia masuk ke alam mimpinya suara pintu terdengar dibuka.

"Hi, aku datang lagi"

Tangan lembut gadis itu mengusap rambutnya.

"Seperti biasa aku selalu membawakan sesuatu untukmu"

"Kau ingat ini? Kotak musik yang kamu berikan"

Kata-katanya bergetar karena ia berusaha menahan tangisnya.

Suara alunan musik terdengar di telinga Hanbin membuat lelaki itu menyunggingkan senyum nya sedikit.

"Aku selalu mendengarkannya ini adalah alunan yang sangat indah"

"Aku tak akan menjawabnya"

"Mungkin ini akan menjadi alunan terbaik karena kau yang memberikannya"

Sesekali lelaki itu berusaha mengintip dengan ujung matanya.

"Atau mungkin lagu yang kau buatkan untukku"

Tangan mungil yang lebih kecil darinya perlahan menggenggam.

"Aku ingin mendengarkannya lagi, Hanbin-ah"

Lelaki itu mendengar isakan tangis yang membuat hatinya teriris.

"Aku akan memainkannya untukmu"

--- Semuanya berjalan tanpa tahu bahwa seseorang akan pergi—

Pukul satu dini hari, keempat orang itu sudah masuk ke dalam mimpi mereka masing-masing. Jisoo dan Bobby tertidur di sofa dan Jennie yang terduduk di kursi samping ranjang.

HIRAETH | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang