Gemericik air hujan sore itu menghentikan langkah dari seorang perempuan cantik yang telah memasuki usia dua puluh tiga tahun. Ia terduduk di kursi taman di pinggiran Sungai Han yang menjadi saksi kebahagiaannya beberapa tahun lalu. Tentang sebuah hati yang sepi lalu menemukan jalan untuk masuk ke dalam hari-hari dengan lembaran kisah bahagia yang menanti.
"Jennie-ya, sedang apa kau disana? halmoni menunggumu di rumah"
Perempuan itu menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya, berdiri seorang lelaki dengan payung hitam di genggamannya.
"Oppa kau tak perlu menjemputku seperti ini"
"Mana mungkin jika halmoni yang menyuruhku"
Mereka berdua berbagi payung dan berjalan bersama menuju tempat yang selalu menjadi rumah untuk mereka pulang beberapa saat.
"Aku pulang" ucapnya ketika sampai di rumah
"Jennie-ya ada paket diatas meja sepertinya itu untukmu " ucap halmoni dari arah dapur kediaman mereka
"Halmoni membukanya? "
"Tentu saja tidak, walaupun kau cucuku tetap saja itu tak sopan jika membuka tanpa izin barang orang lain "
Jennie tersenyum lalu mencium kedua pipi wanita cantik yang telah merawatnya selama setengah dari hidupnya itu.
"Baiklah halmoni aku pergi ke kamarku dulu, pakaianku sangat basah karena hujan tadi"
"Iya iya cepat kamu ganti pakaianmu itu setelah selesai kau harus segera turun untuk makan" perintah nenek tua itu
Kim Jennie gadis yang selalu tersenyum dengan tulus kepada setiap orang, gadis kuat yang dipaksa dewasa oleh keadaan yang selalu mencari apa arti sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang terdengar indah mungkin untuk semua manusia yang ada di muka bumi ini yang memilikinya, tetapi apakah sebuah hal indah yang kebanyakan orang miliki dengan sebuah kata kebahagiaan itu ia miliki? Ya ia memilikinya. Dulu.
"Hujan nya sangat deras, ah tidak berkas rapat besok" paniknya
Ia berjalan mengambil tas nya yang berada atas nakas itu dan mengecek beberapa berkas yang sedikit basah oleh air hujan.
"Untunglah aku masih bisa mengeringkannya"
Sebuah benda terjatuh ke lantai ketika perempuan itu akan mengeluarkan berkas dari dalam tas. Satu buku yang selalu ia bawa kemanapun dirinya pergi. Buku yang menjadi saksi kebahagiaannya. Jennie berjalan ke balkon jendela kamarnya dan duduk disana menatap hujan yang setia jatuh ke bumi tanpa permisi.
Jennie membuka lembar pertama buku tersebut dan membacanya dengan pelan.
Hai perempuan cantik
Apa kabarmu baik-baik saja?
Aku disini sangat Bahagia
Bukankah itu yang kamu mau?
Aku selalu tersenyum seperti tak ada hari esok untuk bersama
Melepas penat dengan bercengkrama dengan cola di meja
Aku sangat Bahagia
Semua baik-baik saja
Seperti yang selalu kamu katakan
Jangan pernah takut
Aku mencintaiumu
Duniaku.
Air mata Jennie mengalir tanpa diinginkannya, Ia membuka lembar selanjutnya, foto-foto mengenai kenangan masa lalu nya bersama dengan satu lelaki baik dan hebat yang ditemuinya. Foto yang selalu ia rindukan, tentang pangeran yang telah memberinya arti sebuah kebahagiaan. Air mat aitu semakin deras mengalir di pipinya kala membaca sebuah kalimat yang tertulis di sudut paling bawah lembaran itu.
"Jangan bersedih, semua baik-baik saja"
Semilir angin berusaha menenangkan perempuan yang menangis tertahan dengan suara tersamarkan oleh derasnya hujan sore hari ini. Perempuan itu tak bahagia, ia telah gagal. Gagal untuk menepati janjinya untuk tetap bahagia, tersenyum, dan baik-baik saja.
Dering telepon terdengar nyaring di seisi kamar, panggilan masuk pada ponsel menginterupsi nya untuk segera menjawab panggila tersebut.
"Ada apa?"
"Aku mengingatkanmu besok kita harus datang ke butik"
"Baiklah, kau bisa menjemputku di rumah halmoni kan?"
"Tentu saja, cantik"
Panggilan telepon terputus dari lelaki itu, jennie menatap sebuah cincin di jari tangannya yang sangat cantik.
"Tak terasa pernikahanku semakin dekat, dengannya"
ttok ttok ttok
"masuk"
Pintu terbuka dan berdiri seorang wanita tua yang merupakan neneknya itu sedang menatapnya dengan mata memicing.
"Apa yang aku katakan tadi?"
"Untuk segera turun kebawah"
"Lalu apa yang kau lakukan saat ini?"
Jennie tersenyum canggung kepada nenek tua itu.
"Aku akan turun secepatnya, janji Halmoni"
"Awas saja ya"
"Iya"
Halmoni menutup pintu kamarnya lagi. Jennie segera mengganti pakaiannya dan membersihkan tubuhnya setelah itu berjalan keluar dari kamarnya untuk menemui neneknya yang sejak dari tadi menunggunya untuk makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH | END
Hayran KurguCinta mengenai memberi dan menerima Cinta mengenai kebahagiaan dan kesedihan Cinta mengenai rasa ingin memiliki dan membahagiakan Tetapi... Cinta kami berbeda Cinta mengenai cara mengiklaskan