#1

70 5 0
                                    

Voleta melirik jam tangannya. Hari senin. Dan ia bangun kesiangan.

Jelas saja kesiangan, karena tadi malam ia pulang cukup larut. Padahal ini adalah hari pertamanya memulai dunia kuliah.

Klakson mobil nyaring tepat dihadapannya membuat ia menggeleng kepala.

Begitu kaca mobil diturunkan, "Masuk cepetan!"

Voleta menggerutu sambil menirukan gerak bibir si pemilik mobil.

"Lo sih pakai acara traktir tadi malam." omel Voleta sambil memasang sabuk pengaman.

"Lo sih mau aja gue traktir sampai kita berdua jadi kesiangan."

Voleta menepuk kencang paha si pemilik mobil hingga tak sengaja kembali menekan klakson.

"Buruan jalan Bobby!" Voleta bersiap ingin memukul lagi.

"Anjir. Kenapa ketemu elo lagi, elo mulu, elo terus."

"Cepetan ih Bob!"

Bobby langsung memacu mobilnya sebelum dipukul lagi oleh Voleta.

Dua sahabat ini benar-benar tidak bisa dipisahkan.

Bobby dan Voleta awalnya tidak tahu jika mereka akan satu tempat kuliah lagi.

Mereka baru tahu saat Voleta kebingungan mencari toilet terdekat ketika OSPEK kemarin. Karena saat itu ia sedang ada di gedung fakultas lain.

"Maaf, gue anak komunikasi. Toiletnya sebelah mana ya?" Voleta menepuk pundak seorang pria setelah pasrah karena mencari toilet tidak ketemu juga.

Pria itu berbalik. Voleta sampai lupa jika ia sedang menahan buang air kecil begitu melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.

"Bobby!!!" seru Voleta kesenangan sampai memeluk Bobby yang tak kalah kagetnya.

"Anjir!" Bobby hampir terjungkal kalau tidak cepat menangkap tubuh Voleta dan balas memeluknya.

"Kenapa nggak bilang elo disini juga sih?" rengek Voleta ketika melepas pelukannya dan memukuli pundak Bobby.

"Elo juga nggak bilang, kalo bilang gue nggak jadi daftar kesini juga."

"Jahat banget." Voleta kembali memukuli Bobby.

Bobby tertawa senang sambil meringis dipukuli Voleta.

"Tadi elo mau kemana?" Bobby merapikan kemeja putihnya yang berantakan.

"Toilet! Mana toiletnya? Kebelet nih!"
Voleta kembali merasakan rasa ingin buang airnya begitu diingatkan Bobby.

"Ck. Buruan gue anterin." Bobby mendorong punggung Voleta untuk jalan lebih dulu.

"Bobby baik hati sekali." Voleta berbalik sebentar dan mencubit pipi kanan Bobby.

"Kalo lagi begini aja gue dipuji-puji." cibir Bobby.

Awal pertemuan mereka di tempat baru dengan cerita yang baru. Voleta masih tetap menjadi teman kesayangan Bobby.

"Kalo iseng, main aja ke kelas gue." ucap Bobby ketika mobilnya berhenti di lampu merah.

"Makin iseng. Anak teknik galak-galak." jawab Voleta.

"Bukan galak, Vo. Kebanyakan isinya cowok semua. Jelas aja kalo liat cewek bening langsung disikat."

"Nah itu maksud gue." Voleta kembali memainkan handphonenya.

"Leo gimana kabarnya?"

Voleta menoleh ke arah Bobby, "Baik. Dia juga lagi sibuk banget kayaknya."

"Calon dokter sih beda ya."

Voleta senyum-senyum sendiri memikirkan ucapan Bobby.

"Jangan ngayal aneh-aneh lo. Senyum-senyum kayak orang sakit."

"Lo dari dulu nggak suka banget liat gue seneng."

"Jangan ngambek, Vo."

"Traktir es krim McD dulu."

"Iya nanti pas pulang aja ya. Sekalian gue mau ngomong sesuatu."

Voleta mengerutkan kening, "Ngomong apaan?"

"Nanti aja. Biar seru."

"Jangan bikin penasaran deh, Bob. Apaan sih?"

Bobby sedikit gugup dan meremas stir mobilnya.

"Nanti aja, Vo. Bukan masalah aneh-aneh kok."

Voleta mengangguk ragu untuk mengiyakan ucapan Bobby.

INTERSECTION ▫ L.TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang