Liburan sudah usai. Rombongan anak fakultas teknik yang lain sudah lebih dulu meninggalkan hotel.
Voleta, Bobby dan Theo ada di satu mobil. Ketiganya sedang menuju ke satu tujuan yang sama sebelum pulang berlibur.
"Bakpia."
"Iya, Vo. Ya Tuhan, lo udah nyebut nama itu puluhan kali kayaknya." gerutu Bobby.
Theo yang sedang di posisi pengemudi hanya tertawa, "Ini mobil isinya cuma tiga orang tapi berasa kayak isi sepuluh orang."
"Itulah yang gue rasain selama jadi teman dia." celetuk Bobby.
Voleta menarik rambut belakang Bobby hingga pemiliknya mengaduh, "Kayaknya nyesal banget jadi teman gue."
Bobby merogoh saku kemejanya lalu memberikan sesuatu pada Voleta, "Ambil nih."
Permen. Voleta mengambil permen tersebut lalu memakannya.
"Lo lihat sendiri 'kan? Kalo ngambek, kasih dia makanan yang serba manis." Bobby bicara pada Theo penuh kemenangan.
Theo melirik Voleta dari spion tengah, gadis itu sudah duduk tenang sambil makan permen. Akan ia ingat jika gadis itu suka makanan manis.
"Vo. Bilang lagi Bang Dion, terimakasih buat mobilnya." kata Bobby.
Voleta mengangguk, "Iya. Lo udah bilang berkali-kali."
"Soalnya nggak enak banget, ini mobil dari awal kita sampai sini trus sampai sekarang mau pulang masih kita pakai."
"Iya, Bobby. Nanti gue bilang lagi ke Bang Dion."
Bobby mengacungkan jempolnya. Theo masih asyik menyimak sambil beberapa kali melirik Voleta dari spion.
"Masih jauh nggak, Kak Theo?" tanya Voleta yang tiba-tiba sudah mencondongkan tubuhnya ke samping Theo.
"Bentar lagi. Satu kali lampu merah lagi." jawab Theo.
Voleta mengangguk puas, "Berarti bisa sampai di rumah jam berapa?"
Bobby mendorong mundur kepala Voleta, "Banyak tanya nih anak. Ini aja belum sampai tujuan pertama."
Theo hanya menggelengkan kepalanya heran, "Lo berdua ribut melulu. Nggak kepikiran buat pacaran aja?"
"Ogah."
"Nggak!"
Jawaban Bobby dan Voleta bersamaan tak mau kalah.
"Voleta sih sukanya sama cowok galak. Gue humoris." celetuk Bobby.
"Humoris lebih agak kurang waras." balas Voleta.
Bobby menjulurkan tangannya ke belakang untuk mencubit Voleta sebisa jangkauannya.
Voleta menangkap tangan Bobby dan malah balik mengigitnya.
"Anjir." keluh Bobby sambil menarik tangannya.
Theo ikut tertawa melihat mereka berdua. Tapi matanya tidak lepas dari Voleta lewat kaca spion di depan.
Sampai di tujuan mereka, ketiganya langsung membeli barang yang dicari.
Bobby dan Theo kebagian membawakan box, sedangkan Voleta antri membayar di kasir. Keduanya menunggu tak jauh dari posisi Voleta.
"Bro." panggil Bobby.
Theo menoleh, "Kenapa?"
"Suka banget ya?" tanya Bobby.
"Apanya?"
Theo yang sempat tak paham, langsung mengerti maksudnya saat Bobby menunjuk ke arah Voleta dengan dagunya.