Theo masuk ke dalam rumah yang otomatis membuatnya kembali ke masa kecilnya.
Bagaimanapun ia tetaplah seorang anak yang sudah dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya.
Sebenci apapun pada kedua orangtuanya, Theo datang ke rumahnya dengan mengalahkan egonya.
Theo masuk ke dalam kamar, ia melihat wanita yang rambutnya sudah sebagian memutih terbaring di ranjang.
Langkah kakinya semakin mendekat. Begitu sampai di samping ranjang, Theo menggenggam tangan kurus Ibunya.
"Bu." panggilnya pelan.
Heni, sang Ibu membuka matanya perlahan. Ia menatap Theo. Anaknya yang dirindukan.
"Theo ya?"
"Iya. Ini Theo, Bu."
Theo berlutut sambil masih menggenggam tangan Ibunya.
"Kamu baru sampai? Capek ya?" tanya Ibu Heni.
"Iya. Baru sampai. Nggak capek." sahut Theo.
"Ibu nggak bisa masakin makanan kesukaan kamu. Maafin Ibu ya."
"Nggak apa-apa, Bu. Istirahat aja."
Tarikan napas Ibu Henu terlihat semakin payah. Theo diberitahu soal penyakit Ibunya yang semakin serius.
"Ibu udah makan?" tanya Theo.
"Udah. Ibu udah makan. Kamu udah makan?"
"Udah. Aku udah makan."
"Kapan wisudanya?"
"Bulan depan."
"Ibu mau lihat kamu wisuda."
"Iya. Ibu sembuh dulu, biar bisa lihat aku wisuda."
"Theo."
" Iya, Bu."
"Ibu minta maaf ya."
"Maaf untuk apa?"
"Semuanya. Maaf kalo udah bikin kamu sedih atau kecewa selama ini. Ibu Minta maaf."
Theo menghela napasnya, "Yang penting sekarang Ibu harus sehat, sembuh."
"Theo mau maafin Ibu?"
"Bu. Ibu nggak salah. Jangan minta maaf."
"Maafin Ibu, ya."
Theo mengangguk pelan pada akhirnya, "Iya."
Ibu Heni tersenyum. Tangannya terulur ingin memegang wajah Theo. Pipi Theo diusap dengan pelan, Theo balas memegang tangan Ibunya.
"Anak Ibu ganteng." puji Ibu Heni.
Theo mati-matian menahan untuk tidak menangis di depan Ibunya.
"Ibu juga cantik." balas Theo.
"Jangan pernah sakiti hati perempuan, ya. Disayang." pesan Ibu Heni yang kini mengusap rambut Theo.
Theo tersenyum kecil, "Iya, Bu."
Ibu Heni balas tersenyum, "Pasti orangnya cantik."
Theo tertawa, "Iya. Dia cantik. Tapi lebih cantik Ibu."
...
Hari wisuda Theo tiba. Bobby mengajak Voleta untuk ikut bersamanya datang ke kampus.
"Bob, gue udah cantik belum?" tanya Voleta setelah menata rambutnya.
"Selalu cantik. Tapi kok hari ini tumben banget lo pakai bibir merah nyala gitu."