Voleta hendak ke perpustakaan namun langkahnya terhenti ketika melihat kakak seniornya sedang berjalan menghampirinya dari arah berlawanan.
"Nama lo?"
"Voleta, Kak." jawab Voleta.
"Lo udah tau nama gue 'kan?" Voleta menggeleng sebagai jawaban.
"Theo."
"Oke, Kak Theo."
"Lo mau kemana?'
Voleta menunjuk ke depan hingga Theo berbalik mengikuti arah jari Voleta.
" Nggak usah pakai tunjuk-tunjuk. Gue suka yang to the point."
"Mau ke perpus." Voleta masih menunjuk ke arah depan.
"Mau ngapain?"
"Mau makan."
Theo menatap Voleta serius, "Di kantin kalo mau makan."
"Mau nyari bukulah, Kak."
Theo mengangguk kecil, "Gue temenin."
"Nggak usah, Kak. Bisa sendiri."
"Tapi gue tetep mau nemenin elo, gimana dong?"
"Ya udah." Voleta tidak mau panjang lebar berdebat.
Theo berjalan di belakang Voleta. Tidak tahu saja dari tadi Voleta rasanya ingin menghilang karena ia jadi pusat perhatian beberapa mahasiswa lain disana.
"Jalan aja, cuekin orang-orang yang lagi liatin elo." bisikan Theo dari belakang dengan suara rendahnya membuat Voleta memekik.
"Kak!" Voleta berbalik dna protes pada Theo.
"Kenapa lo?" Theo menahan tawanya.
"Kaget tau!"
Voleta langsung sadar kalau semakin menjadi pusat perhatian disana. Ia pun menunduk malu.
Theo menarik tangan Voleta dan membawanya ke perpustakaan dengan cepat.
Sampai di depan pintu perpustakaan, Theo melepas tangan Voleta.
"Udah aman." Voleta mengangkat kepalanya dan menatap Theo.
"Udah di perpus ya?" Voleta celingukan.
"Masuk. Katanya mau ke perpus 'kan?"
"Oh iya, mau ke perpus." Voleta menepuk keningnya.
"Lucu."
"Apa, Kak?"
Theo berdeham, "Apaan?"
"Tadi Kak Theo ngomong apa?"
"Nggak, nggak ngomong apa-apa gue."
"Ya udah, gue masuk dulu. Makasih udah dianterin ke perpus."
Ransel Voleta ditarik hingga ia berbalik dan menghadap Theo lagi, "Tunggu dulu."
"Lo pulang jam berapa?"
"Emang kenapa nanya-nanya?"
"Ada yang larang gue nanya begitu ke elo?"
"Ya nggak ada juga sih."
Theo berdecak kesal, "Jadi elo pulang jam berapa?"
Voleta melihat jam tangannya, "Jam 2."
"Tunggu di parkiran fakultas nanti jam 2."
"Mau ngapain?"
"Gue anter lo pulang."
"Nggak usah, Kak. Bisa balik bareng Bobby."
"Kali ini bareng gue. Nggak ada penolakan."
"Lah kok maksa sih?"
"Bukan maksa, tapi harus."
"Nggak mau!"
Voleta menekankan tiap kata dengan kesal lalu masuk ke dalam ruang perpustakaan.
Theo tertawa kecil melihat Voleta menghentakkan kakinya.
"Sehat?"
Theo menatap Bobby, "Ngapain lo kesini?"
"Nyusul temen gue ke perpus."
"Siapa temen lo?"
"Nanti dulu, lo tadi ketawa sendirian 'kan? Lo sehat?"
Theo tertawa lagi, "Gue juga bingung. Kayaknya gue mulai nggak sehat."
"Mending lo pulang. Terus tidur. Masih muda, jalan masih panjang." Bobby mendramatisir.
"Iya, jam 2an nanti gue balik. Perlu tidur kayaknya sebelum jadi gila."
"Gue turut prihatin. Tega banget yang udah bikin elo kayak gini pokoknya."
"Temen lo yang buat gue nggak sehat."
"Lah temen gue? Siapa?"
Theo tidak menjawab karena Bobby buru-buru ingin masuk ke dalam ruang perpustakaan.
"Duluan ya temen gue spam chat ngomel-ngomel nih."
Theo mengangguk dan ber-tos singkat dengan Bobby.
...
Sampai di dalam perpustakaan, Bobby menghampiri Voleta yang langsung memukul lengan kirinya.
"Sabar. Gue tadi udah di depan perpus tapi ngobrol dulu sama temen." jelas Bobby sambil berbisik dan mengusap bekas pukulan Voleta.
"Gue tadi digangguin orang aneh."
"Siapa?"
"Nggak tau, lupa namanya. Pokoknya nyebelin."
"Lo juga jangan galak-galak, nanti nggak punya temen. Masa temen lo cuma gue doang? Nggak ada kemajuan."
"Berisik!" Voleta kini mencubit pinggang Bobby.
Bobby yang hampir teriak langsung sadar tempat dan hanya melotot pada Voleta.
"Nyiksa mulu."
"Bodo."
"Gue bakal balik sore nih, lo balik duluan ya?"
Voleta hendak mencubit tapi langsung ditahan Bobby, "Nyebelin. Udah janji sama gue padahal. Nggak bilang kalo bakal pulang telat lo tuh kemarin, kan mau bareng pulang jam 2. Nyebelin."
"Lo mau nungguin sampai jam 5 emangnya? Kering lo nanti."
"Males pulang sendirian."
"Bentar lagi jam 2, mau gue cariin temen gue yang searah rumahnya sama elo?"
"Bob, lo nggak takut gue bakal diculik orang asing?"
"Makan lo banyak, rugi nyulik elo juga."
"Jahat banget punya temen." Voleta merajuk.
"Lo balik jam 2 'kan?" Voleta mengangguk lesu.
Bobby mengirim pesan pada seseorang. Lalu menatap Voleta, "Lo balik sama temen gue aja. Dia mau balik jam 2an juga."