Theo mengernyit heran ketika ada notifikasi kalau fotonya baru saja ada yang sukai.
"Xovotale." ucapnya ketika melihat nama akun yang menyukai fotonya.
Lebih heran lagi, foto itu sudah cukup lama ia posting. Apakah akunnya sedang distalking sampai postingan paling lama?
Theo membuka akun itu sambil menahan tawa ketika tahu siapa pemiliknya.
Theo melihat foto-foto di akun tersebut. Lalu ide jahilnya muncul untuk mengirim pesan.
Theo tertawa puas ketika tahu akun tersebut juga sedang online.
"Pasti mukanya lagi lagi ditutupin bantal."
Theo melihat siapa saja yang "melihat" postingan status di akunnya. Ada nama akun tadi. Sudah bisa ditebak karena ada tautan ke akun Bobby, pasti akun tadi jadi melihatnya.
Theo menunggu balasan dari akun tersebut. Terlihat sedang mengetik, lalu tawanya semakin kencang begitu membaca balasannya.
'Nggak ada maksud apa-apa. Jarinya suka jalan-jalan sendiri (emotikon sedih).'
"Lucu."
Theo kembali melihat isi foto-foto di akun itu. Ada satu foto yang menurutnya paling menarik.
Yang menarik adalah tulisan yang menyertai foto tersebut.
Sejak kapan isi kepala bisa lebih berisik daripada bunyi desiran ombak?
Theo lihat foto ini diposting awal tahun. Berarti sebelum mereka bertemu pertama kali. Saat ia hampir menabrak Voleta yang tidak fokus menyebrang jalan.
Hanya ada sedikit postingan foto. Sama sekali tidak ada foto dengan yang Theo kenal sebagai pacarnya Voleta. Ah ralat, mantan pacar.
Hanya ada foto bersama pria yang Theo tahu adalah kakaknya Voleta.
Matanya membulat ketika ada panggilan telepon masuk dari akun miliknya. Dari Voleta.
"Ya."
'Maaf. Nggak sengaja, Kak.'
Theo menahan tawanya lalu berdeham, "Sengaja juga nggak apa-apa."
'Sumpah. Nggak sengaja.' suara Voleta terdengar panik.
"Lo kayak abis ngelakuin sebuah dosa besar dan nggak bisa dimaafkan aja."
'Nggak gitu.'
"Kenapa?"
'Ya kali aja gue dikira gimana gitu ngelike foto yang begitu.'
"Maksudnya foto yang begitu itu tuh gimana?"
'Ya begitu. Udah ah!'
"Pasti lo lagi nutupin muka lo pakai bantal." goda Theo.
'Bukan.'