Hari-hari Voleta berjalan seperti biasa. Tidak terasa ini tahun terakhirnya di bangku kuliah.
Bobby dan Voleta mulai sibuk dengan urusannya masing-masing.
Tak seperti dulu yang sering bertemu, sekarang hanya bisa bertemu di kampus atau pada hari libur saja.
Untuk Leo juga Voleta masih sesekali bertegur sapa jika tak sengaja bertemu.
Yang Voleta tahu dari obrolan di grup angkatan SMA, Eunji sudah pindah ke luar negeri.
Theo, pria itu sudah bekerja di sebuah perusahaan terkenal di pusat kota. Malah sekarang lebih sering bertemu dengan Theo ketimbang dengan Bobby.
"Hei, udah lama nunggunya?"
Voleta menggeleng, "Belum lama, Kak."
"Udah pesan makanan?"
Voleta menggeleng, "Nungguin Kak Theo."
Theo tersenyum. Ia janji mengajak Voleta makan siang hari ini. Agak terlambat memang tapi gadis itu tidak keberatan untuk menunggunya datang.
"Kak Theo mau makan apa? Aku yang pesan ke depan."
"Samain aja kayak yang kamu pesan."
Voleta mengangguk paham dan pergi memesan makanan.
Theo melepas kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya. Akhir-akhir ini dia memang sering lembur.
Termasuk hari ini sudah pasti akan lembur lagi karena ada beberapa masalah di bagian perusahaan.
Voleta kembali dengan nampan berisi makanan mereka.
Ia melihat Theo sedang memejamkan matanya lalu membukanya dan langsung menatap Voleta.
"Capek ya, Kak?" tanya Voleta.
Theo mengangguk pelan, "Lumayan."
"Ya udah makan dulu, Kak."
Theo menyantap makanannya dengan lahap. Ia tadi pagi hanya minum kopi sebagai menu sarapan.
"Kak, kalo capek nggak usah makan siang disini. Soalnya jauh dari kantor Kak Theo juga."
Theo menatap Voleta, "Nggak suka kalo diajak makan siang bareng?"
Voleta menggeleng, "Bukan gitu, Kak!"
"Maksudny, Kak Theo bisa makan di kantin kantor atau yang lebih dekat dari kantor." lanjut Voleta.
"Tapi maunya makan sama kamu." tegas Theo.
Voleta merapatkan bibirnya. Ia tidak mau berdebat lagi karena pria di depannya ini sudah berkata tegas.
Keduanya menikmati makanan dalam diam. Theo akui hari ini moodnya sedikit tidak baik, terlebih Voleta menyuruhnya untuk tidak memaksa makan siang jauh dari kantornya agar tidak semakin capek.
"Sori. Cuma pengen lihat kamu, di sela sibuk kerja itu bisa jadi semacam charge buat diri sendiri."
Voleta menatapnya takjub, "Sehebat itu efeknya, Kak?"
Sadar dengan ucapannya, Voleta menutup rapat mulutnya. Theo mengangguk sambil mengunyah makanannya.
"Udah mulai nyusun skripsi 'kan?" tanya Theo.
"Udah, Kak. Sekarang lagi nyari tempat buat ambil sampel data."
"Di kantor aku mau?"
Voleta tampak berpikir, "Pengen sih. Tapi nanti dulu deh."
"Kenapa nanti dulu?"
"Pengen usaha sendiri dulu, kalo udah mentok baru minta tolong." ucap Voleta diakhiri dengan kekehan.