Leo duduk di kursi kemudi, di sebelahnya ada Voleta. Leo meliriknya, ia sadar sudah lama Voleta tidak duduk di sebelahnya seperti sekarang.
"Yo." panggil Voleta.
"Iya." sahut Leo.
"Aku mau tanya."
"Mau tanya apa?"
Voleta terlihat menarik napas sebelum memghembuskannya dengan berat, "Kalo kita udahan, nggak apa-apa 'kan?"
Leo memutar badannya jadi menghadap Voleta.
"Vo."
"Aku cuma mau tanya itu."
"Kamu kenapa?"
Voleta menatap balik Leo, pria yang dulu selalu ia rindukan.
"Aku yang harusnya tanya itu ke kamu." jawab Voleta dengan mata yang sudah memerah.
Leo membuang tatapannya ke arah lain, tak sanggup melihat Voleta.
"Aku nggak pernah tanya ke kamu, berharap kamu sendiri yang bakal ngomong langsung ke aku." ucap Voleta.
"Apa yang kamu mau dengar dari aku?" tanya Leo.
"Yang selama ini aku tahu dari orang lain."
Tatapan keduanya bertemu. Leo tak tahu sejak kapan Voleta menangis. Tangan Leo terulur ingin mengusap pipi Voleta namun sudah lebih dulu dihapus oleh Voleta sendiri.
"Setiap aku dengar ada yang bilang tentang kamu. Aku nggak pernah percaya, karena bukan dari kamu sendiri yang cerita ke aku."
Leo menunduk lalu kembali menatap Voleta, "Maaf."
Setelah kata itu terucap dari Leo, tangis Voleta semakin pecah.
Voleta sampai menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Leo harusnya menarik tubuh Voleta dan memeluknya, namun ia sama sekali tidak melakukannya.
Voleta menyingkirkan tangannya, wajahnya sudah memerah dan basah dengan air mata.
"Maafin aku." Leo bicara sangat pelan.
"Berarti yang aku dengar selama ini benar ya?" tanya Voleta dengan susah payah sambil terisak.
Leo tak menjawab. Ia hanya menunduk namun terdengar isakan kecil darinya.
"Padahal bukan ini yang aku mau dengar dari kamu. Aku masih berharap kamu nggak bilang kata maaf." cecar Voleta.
Leo masih bungkam. Sudah seperti bajingan yang membuat gadisnya menangis tanpa ada niat menenangkannya.
"Jawab, Yo! Jawab kalo apa yang orang bilang itu semua nggak benar." Voleta mengguncang bahu Leo.
"Iya." jawab Leo singkat.
"Yo!" bentak Voleta.
"Apa yang kamu tahu, kamu dengar, itu benar. Benar, Vo!" balas Leo dengan nada tinggi.
Voleta diam. Harusnya Leo menyangkal semuanya. Bukan malah mengakuinya seperti sekarang.
"Kenapa, Yo?" tanya Voleta.
"Aku yang bajingan. Kamu nggak salah apa-apa." jawab Leo.
Voleta menghapus air matanya yang masih mengalir, "Kamu sayang sama dia?"
"Vo."
"Kamu sayang sama dia, Yo? Jawab aku."
Leo tidak menjawab. Ia hanya mengacak rambutnya sendiri.
"Aku anggap iya." tutup Voleta.
"Vo, aku udah minta maaf. Aku salah."
"Iya. Kamu salah. Dan aku juga udah salah banget berharap kalo yang dibilang orang lain itu nggak benar. Tapi aku malah kayak orang bodoh yang nungguin pacarnya ngaku kalo dia selingkuh."