Hari kedua Voleta di opname ditemani oleh Bobby yang berganti shift jaga dengan Bang Dion yang harus ke kantor.
"Titip dia ya, Bob."
"Siap Bang."
"Kalo dia nakal, terserah mau elo apain."
Voleta memajukan bibirnya, "Udah sana buruan ngantor, Bang. Nyebelin lama-lama."
Bang Dion tertawa dan pamit.
Bobby berbaring di sofa yang tersedia sambil memainkan ponselnya.
"Bob."
"Hm."
"Bobby."
"Voleta."
"Bobby jangan nyebelin."
Bobby menatap Voleta, "Gue dari tadi begini aja. Kapan nyebelinnya?"
Voleta mendengus, "Mau keluar."
"Keluar kemana?"
"Keluar, bosen disini terus."
"Siapa yang nyuruh jatuh?"
"Diluar kendali."
"Lagian elo gimana ceritanya sih sampai kayak gini?"
"Emang gue belom cerita?"
Bobby menggeleng, "Gue disuruh kesini buat diminta ganti shift jagain elo. Kata Bang Dion, adik tersayangnya ini lagi sakit. Gitu."
"Iya 'kan benar, gue lagi sakit."
"Maksudnya, kenapa elo bisa sampai begini?" Bobby menunjuk kaki yang di gips dengan dagunya.
Voleta terkekeh, "Abis jatuh. Untung gak keserempet mobil."
Bobby mengubah posisinya jadi duduk dengan memasang muka serius, "Kok bisa? Lo jatuh dimana?"
"Di parkiran kampus."
"Trus kenapa bisa jatuh?"
"Mau pulang. Ditunggu Leo di parkiran. Tapi ada mobil trus gue nggak liat."
"Trus?"
"Trus ya gue jatuh."
"Trus hampir keserempet mobil?"
"Iya hampir. Soalnya gue ditolongin."
"Ditolongin siapa? Leo?" Bobby kini sudah duduk kasur Voleta dengan wajah penuh selidik.
Voleta menggeleng, "Ditolongin Theo."
"Eh Kak Theo." ralat Voleta.
Bobby menaikkan satu alisnya, "Kok bisa?"
"Ya bisa."
"Trus Leo ketemu Theo?"
Voleta mengangguk, "Iya. Dia kesini juga buat diobatin lecetnya."
"Trus mereka nggak berantem?"
"Emang kenapa harus berantem?"
"Oh ya syukur deh belum berantem."
"Kok belum berantem? Jangan disuruh berantem dong. Nggak musuhan mereka."
Bobby mengangguk, "Iya yang penting elo cepat sembuh."
Voleta tersenyum lebar, "Biar cepat sembuh harus makan es krim."
Bobby berdiri sambil memutar bola matanya.
"Bob, mau es krim."
"Nggak ada."
"Pelit."
"Pilit."