Jumat, 14 Agustus 2014.
Seseorang terbangun dari tidurnya yang terasa amat panjang, dia linglung akan keadaan sekitar yang hampir seluruhnya bercat putih dengan bau obat-obatan yang amat menyengat.
Pernapasannya tenang layaknya air sungai mengalir diwaktu fajar, dia tidak merasakan sakit juga tidak ada alat bantu apapun yang tertempel ditubuhnya hanya infus yang terpasang sempurna di punggung kanannya.
Dia menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit namun apa penyebabnya? Dia tidak mengingat apa yang terjadi sampai disaat otaknya sedang berpikir keras mencari tau ada seorang laki-laki tua memasuki ruangannya.
"Eoh nak Seulgi sudah bangun?".
Seulgi segera bangkit meski agak sulit, lipatan keningnya tercipta sesaat melihat laki-laki tua itu. "Y-ya.."
Pria tua itu mendekat, "apa nak Seulgi baik-baik saja?".
Bibir Seulgi yang sangat kering dan memutih pucat berusaha terbuka sambil mengangguk. "Ya saya baik baik saja," Jawabnya singkat. Seulgi memang tidak merasakan ada yang salah dari tubuhnya bahkan luka pun tidak ada segorespun.
Namun dia tidak sama sekali mengenal siapa pria didepannya dan banyak pertanyaan lain yang tersimpan didalam benaknya, sampai-sampai Seulgi tidak tau apa yang harus dia tanyakan lebih dulu.
Mengerti raut bingung wajah Seulgi, pria tua itu mengusap lengan Seulgi. "Saya nemuin kamu pingsan didepan toko saya makanya saya bawa kamu kerumah sakit."
Seulgi membulatkan mulutnya seraya magut-magut.
"Oh iya nama saya gumilar." Kata pria paruh baya itu memperkenalkan diri.
"A-ah ya pak gumilar terima kasih banyak."
Dia tersenyum. "Tidak masalah, dan kata dokter kamu boleh langsung pulang karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Kalo boleh tau saya berapa hari disini ya?" Tanya Seulgi agak malu-malu, bukan apa-apa setaunya biaya rumah sakit lumayan mahal walaupun cuman sekedar menginap.
"Mungkin sekitar satu minggu?" Jawabnya tidak yakin.
Mata Seulgi membelalak kaget. "S-satu minggu?".
Pria paruh baya itu justru terkekeh atas ekspresi Seulgi. "Ga perlu kaget gitu, kata dokter kamu dehidrasi karena terlalu lelah bekerja."
Seulgi menggaruk kepalanya refleks akan atmosfir canggung yang tercipta. Bukan itu yang Seulgi perdulikan sekarang tapi biayanya, Seulgi bukan orang berada yang mampu ngebayar nominal tagihan rumah sakit. "biayanya berapa ya?".
Laki laki itu tersenyum menenangkan. "Tentang itu kamu ga usah khawatir saya sudah melunaskan semuanya."
Alis Seulgi terangkat antara terkejut juga keheranan. "Tap--"
Belum sempat menyelesaikan komplimen Seulgi dipotong oleh pak Gumilar. "Kamu mengingatkan saya dengan anak perempuan saya, dan ini satu satunya cara yang bisa saya lakuin buat melepas rindu saya."
"Jadi kamu ga perlu merasa berhutang okey?".
Entah Seulgi harus berkata apa tapi dia tetap ada rasa sungkan namun juga bersyukur. "Terima kasih banyak pak gumilar, saya akan ganti kebaikan bapak suatu saat nanti", Seulgi menunduk menunjukan rasa hormatnya.
"Tidak masalah nak Seulgi, ga perlu dibebankan." Ucap pak Gumilar meyakinkan.
Seulgi magut-magut sambil tersenyum, dia tidak tau apa yang dilakuin dikehidupan sebelumnya tapi Seulgi bersyukur bisa dipertemukan oleh pak Gumilar saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Seulgi And Azka |
FanfictionSeulgi bersama adik kesayangannya yang dikelilingi oleh empat aunty cantiknya.