"Kak Seulgi."
Tanpa mengalihkan atensinya dari playstation yang sedang memutar game GTA SAN Andreas itu Seulgi menjawab bocah berumur enam tahun yang lagi duduk tenang dipangkuannya. "Yea my spiderboy?".
"Tau ga? temen-temen aku disekolah yang nganterin selalu papa atau mamanya."
Seulgi magut-magut perlahan sebagai respon. "Okey terus?".
Bocah itu berhenti menghentikan jempolnya bermain diatas tombol stick, dia agak segan memberitahu ini dengan Seulgi tetapi hatinya memaksa untuk bercerita.
"Aku pengen deh dianterin papa dan mama."
Seulgi berhenti dari aktivitasnya sejenak, tapi beberapa detik kemudian dia kembali bergelut dengan sticknya. "If you say so call me papa then."
"Jadi deh azka yang ngaterin papa Seulgi." Imbuh Seulgi lagi dengan santai.
Menarik bocah laki-laki itu tertawa kecil atas jawaban Seulgi. "Tapi kan kak Seulgi perempuan."
Seulgi ikut tergelak, ya yang dikatakan adik kecilnya benar. Dia perempuan, tapi apa yang salah jika dia ingin menjadi papa? Maksudnya, papa itu kan hanya sekedar panggilan.
Saat itu juga Seulgi berhenti memainkan playstationnya menggeletakan begitu aja sticknya dilantai. "Azka harus tau. Jadi seorang papa itu ga harus laki-laki, yang lebih penting dari seorang papa adalah bisa tanggung jawab sama anaknya."
"Coba, kak Seulgi kan selalu ada buat azka? Berarti secara otomatis kak Seulgi juga udah jadi papanya azka dong."
"Tinggal azkanya aja panggil kak Seulgi papa."
Pertahanan senyuman dari bocah laki-laki itu hancur dia tersenyum lebar sesaat setelah berdiri menghadap Seulgi. "Emang kak Seulgi mau jadi papa aku?".
Senyuman itu menular untuk Seulgi dia mengangguk antusias. "Mau lah, emang azka mau panggil kak Seulgi apa? Daddy? Dadda? Papi? Pipih? Atau apa nih?".
Bocah laki laki itu mengalihkan pandangannya kearah lain dengan telunjuknya yang mengetuk ngetuk dagunya sendiri seraya berpikir. "Hmmm.."
"Papa aja deh."
"Well, sejak saat ini azka resmi jadi anak papa Seulgi," Dia berucap dengan dramatis. Tanpa butuh waktu lama bocah itu menubruk tubuh Seulgi memeluk lehernya erat tanpa sedikitpun senyuman dibibirnya luntur.
"Tapi ka, kalo mau jadi papa itu kan harus ada mamanya."
Seulgi mendorong pundak Azka menciptakan sedikit jarak diantara mereka. "Emangnya siapa yang mau azka jadiin mama?"
"Aunty wendy?" Tanyanya bergurau.
Azka dengan cepat menggeleng tidak setuju. "Aunty wendy kan udah punya om chanyeol."
"Kalo gitu siapa dong?".
"Itu aja kak bu guru kaka yang cantik."
Seulgi menukikan sebelah alisnya tidak menangkap siapa yang dimaksud oleh Azka.
"Itu loh kak Seulgi yang cantikk ituu.." Dia menangkup pipi gembil Seulgi sedikit gemas karena entah kakaknya hanya sekedar berpura-pura atau benar benar tidak mengetahui siapa yang dimaksud.
Seulgi menduga duga sejenak sebelum akhirnya dia mengingat. "Ohhhh aunty rani?".
Dia mengangguk lebih excited namun dalam sekejap raut wajahnya menjadi murung. ''Tapi aunty rani mau ga ya jadi mama Azka?".
Seseorang yang menjadi pembicaraan mereka tidak ada peringatan atau apapun tiba tiba masuk kedalam rumah sederhana yang mereka tempati itu dan menjawab pertanyaan azka dengan pertanyaan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
| Seulgi And Azka |
FanfictionSeulgi bersama adik kesayangannya yang dikelilingi oleh empat aunty cantiknya.