"Udah si kalo begitu mah, berarti lo bukan prioritasnya." Winter dengan sangat tiba-tiba menceletuk.
—ikut menimbrung disaat Karina sedang bercerita keluh kesah atau biasanya disebut curhat sama anak-anak jaman jigeum.
Karina berdecak kesal. "Yaelah ter lo suudzon mulu bisanya." Katanya culas.
Winter menghela napas. Dia terduduk tegak. "Gue ga suudzon rina tapi beropini."
"Dari tadi kan ningning sama lele udah ngasih kemungkinan yang positif nah sekarang giliran yang negatif." Tanpa membiarkan Karina menjawab Winter terus melanjutkan.
"Bisa juga dia lagi tidur sama dosennya."
"Atau jalan sama cewe lain."
"Makan bareng geb---AWW!" Winter mengaduh sebab Karina memukul belakang kepalanya dengan bigbook yang tentu rasa sakitnya jauh lebih besar dari buku biasanya.
"Sakit rina", Dia memelas memajukan bibirnya namun Karina hanya acuh sementara yang lain terkikik geli.
Lagian Winter udah tau Karina lebih galak dari ibu-ibu sakit gigi masih aja dilawan.
Giselle menepuk lengan Karina berulang kali sebelum menunjuk keluar kelas. "Noh kagem lo baru dateng."
Mereka serempak menoleh dan bener ada Seulgi sedang berjalan santai memakai earphone dan tidak memperdulikan sekitar
Karina bergegas bangkit namun Winter memegang lengannya hingga cewe itu berhenti. "Heh mau kemana lo?".
"Menurut lo?".
"Udah gausah, bentar lagi bu gania dateng. Lo mau ga dibolehin masuk kelas hah?!" Tanya Winter sengit.
Karina sontak melihat apple watch dipergelangannya. "Dih apaansih orang masih tiga puluh menit lagi juga. Udah ah lepasin keburu kak Seulgi ilang."
Karina menarik paksa tangannya lalu berlari keluar kelas hingga dengusan malas terdengar dari arah Winter.
Ningning menepuk-nepuk punggung kawannya. "Udah lah ter, gue tau arti nama lo musim dingin tapi jangan dingin dingan lah sama kak Seulgi."
Giselle mengangguk. "Bener tuh. Damai napa damai, damai itu indah ter. Cobain deh", Tuah Giselle melanjutkan perkataan Ningning berupaya membujuk.
"Ogah, sampai kapanpun juga gue ga bakalan mau damai sama dia." Ujar Winter meludah.
Giselle sama ningning saling bertatapan sebelum kompak menghembuskan napasnya. Jujur, mereka tuh bener-bener udah kehabisan cara supaya Winter luluh alias gak lagi menentang adanya Seulgi dihidup Karina.
Iya, tau mungkin Winter khawatir takut Seulgi bukan orang baik-baik tapi kan sejauh ini gak ada hal buruk yang terjadi sama Karina. Pula rumor itu sama sekali gak ada bukti juga.
"Gue mah takutnya benci jadi cinta doang ter", Kata ningning memperingatkan
"Idih najisun."
•••
"Kak Seulgi!" Karina berteriak tapi Seulgi ga berhenti lantaram telinganya yang tersumpal earphone, Karina berlari lebih cepat dan menarik pundak Seulgi.
Sang empu agak terhuyung tapi dia berhasil menyeimbangi, awalnya Seulgi terlihat ingin mengomel tapi begitu melihat siapa pelakunya raut wajah Seulgi berotasi jadi teduh. "Eoh Karina, aku kira siapa."
"Kenapa kar?" Dia melepaskan earphone nya. Cewe yang tingginya sepantaran dengan Seulgi itu melingkari tangannya dilengan Seulgi. "Kakak udah sarapan belom?".
KAMU SEDANG MEMBACA
| Seulgi And Azka |
FanfictionSeulgi bersama adik kesayangannya yang dikelilingi oleh empat aunty cantiknya.