Hai... :)
Lama tidak berjumpa ✋
Author back***
Aku memintamu, untuk melihatku
Aku memintamu, untuk mencintaiku
Aku memintamu, jadikan aku hidupmu
Tapi kamu memintaku...
Untuk pergi dan merelakanmu...
#Ryu_06#"Kak Arsen..."
"Turun!"
Nana masih terdiam diatas motornya. Saat tersadar tubuh mungilnya kini sudah berada didalam gendongan Arsen yang kini telah mendudukkan dirinya dikursi mobil. Nana memberontak ingin turun, namun kedua lengan Arsen mengukungnya kokoh bagaikan tembok pembatas penghalang diantara mereka.
"Diam..." dingin Arsen
"Itu motor Nana kalo dibegal gimana?Nana udah bilang Nana pengen sendiri Kak!" Kesalnya masih mencoba keluar dari kukungan Arsen
Waktu bagaikan berhenti berputar, nafas seakan berhenti berhembus saat dengan kurang ajarnya lelaki yang tengah mengukung buntalan gemas itu mendekatkan wajahnya hingga tersisa jarak 5 cm diantara mereka.
"K-Kak... mundurr... N-Nana takut khilaf nyosor," gugup Nana menatap Arsen takut
"Sosor aja." Santai Arsen dengan suara lowbassnya yang berhasil membuat Nana merinding
"Ya allah... kuatkan iman Nana, bibir Om-om ini kenapa sosorable sekali si?jangan Na... dosa," rutuk batin Nana
Akhirnya gadis mungil itu memilih untuk memejamkan matanya dibandingkan harus lepas kendali dan membuat kejadian yang membuat harga dirinya semakin hilang dihadapan Arsen. Namun tanpa disangka,
Chup...
Sejenis benda lembut, halus, sedikit tebal tapi bukan permen Yupi mendarat di pipi gembil seorang Davienna. Sang korban langsung membuka matanya dan menatap tajam sang pelaku yang menyeringai pergi menutup pintu mobil sebelum duduk dikursi pengemudi disampingnya.
"Kakak udah hubungi Rico buat ambil motor, kamu harus nepatin janji buat habisin seharian ini sama Kakak." Jelasnya lalu melajukan mobil miliknya
Disepanjang jalan, gadis itu hanya terdiam dan sibuk dengan pikirannya. Arsen merasa ada yang salah dengan gadisnya.
"Na... Are you okay?"
"..."
"Na..."
"..."
"Davienna!"
"H-huh?" Gugup Nana karena kepergok melamun
"Everything okay?"
"Yeah..." bohongnya menampilkan senyuman tercantik yang ia punya
Arsen menganggukkan kepalanya pelan.
"Kita akan pergi kemana?"
"Kakak mau bawa kamu ke suatu tempat, tapi sebelum itu kita makan dulu,"
Nana hanya mengangguk pelan.
Setelah perjalanan beberapa menit, mereka tiba disalah satu restaurant Shabu-shabu karena tuan putri Arsen sedang ingin menikmati makanan yang identik dengan daging dan panci itu.
Dengan telaten Arsen merebus satu persatu helaian daging, memotongnya kecil-kecil dan mendinginkannya agar gadis mungil dihadapannya ini mudah memakannya. Kedua sudut pria kaku itu tertarik saat melihat gadis mungilnya memakan lahap semua hidangan yang ada dimeja. Melihat seorang Davienna makan dengan lahap adalah sebuah kebanggaan tersindiri bagi Arsen, sesedarhana itu bahagianya.
Buceeen... -_-
"Kak Awrswen ngga mwakwan?" Tanya Nana dengan mulut penuh nasi dan daging
"Telen dulu," datarnya
Gadis itu hanya menggedikkan bahu acuh.
"Gimana Kakak bisa makan kalo dua tangan ini ngga berhenti nyiapin makanan kamu?"
Nana yang mengerti segera menyendokkan nasi dan melampirkan daging keatasnya lalu menyodorkan kedepan mulut Arsen yang selalu diterima dengan senang hati. Seperti itulah keduanya saat sedang makan. Arsen akan berpura-pura sibuk menyiapkan sesuatu dan Nana yang mengerti akan menyuapinya.
"Bilang aja mau disuapi si!" Ketus Nana
"Emang iya..."
Blushh...
Pipi chubby Nana memerah padam.
"Aaa..." Arsen kembali membuka mulutnya
Nana tersenyum senang dan langsung menyuapi Arsen kembali. Arsen bermanja-manja seperti merupakan sebuah uang kaget baginya. Setelah selesai dengan acara makan, mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimaksud oleh Arsen.
"Hah? Ini kan taman bermain?" Cengo Nana tak percaya jika Arsen membawanya ke taman bermain
Pasalnya lelaki yang sebentar lagi akan berkepala 3 itu dari dulu selalu menolak dengan berbagai alasan saat gadis mungilnya ini mengajaknya pergi ketaman bermain.
"Mmm... Kak Arsen yakin kita kesini?" Tanya Nana ragu
Arsen terdiam, tangannya mulai bergetar dingin saat sekelebat bayangan dirinya dan sang ibu tercinta berdiri basah kuyup didepan pintu masuk.
"Sepertinya mending kita pulang," tangan mungil Nana langsung menarik Arsen untuk pergi darisana namun tanpa diduga, Arsen justru menarik tangan mungil Nana kearah yang berlawanan
Keduanya sekarang sudah mendapat tiket dan berjalan perlahan masuk, namun tatapan Arsen tak henti tertuju kepada sebuah bangku dekat pintu masuk yang membuat kaset rusak masalalunya terputar dengan otomatisnya.
"Mom... ayo masuk... Arsen mau main, ayo...ayo..."
"Nanti sayang... kita tunggu Daddy dulu baru kita masuk ya?" Ucap seorang wanita cantik mencoba memberi pengertian
"Tapi Mom... Arsen mau main..." rengek bocah tampan berusia 5 tahun itu
Duarrr...
"MOMMY..."
Suara petir menyambar dengan suara gemuruh yang kuat, lalu diiringi oleh tetesan-tetesan kemurnian alam yang berubah menjadi sebuah aliran deras.
"Mom... Arsen takut mau pulang, Daddy jahat!"
"Ssstttt... Mommy disini sayang" ucap wanita cantik itu sambil mempererat dekapannya pada putranya
1 jam mereka kembali menunggu dibawah guyuran tangisan alam yang menggambarkan kesedihan wanita yang memeluk erat putranya yang terpendam. Gemuru petir yang kuat menulikan telinga Arsen kecil dari suara isakan-isakan kecil Mommynya.
"Arsen sayang... jika suatu hari kamu tidak bisa melakukan sesuatu untuk seseorang, jangan pernah menjanjikannya ya... atau orang itu akan terluka..." lirihnya sambil mengusap kepala putra semata wayangnya penuh cinta
Brukkk...
Tubuh tegap Arsen terhuyung dan terjatuh tepat dipelukan Nana yang sigap menariknya.
"Kak... Kak Arsen baik-baik saja kan?" Panik Nana namun berusaha tetap tenang
Arsen memeluk tubuh mungil Nana erat, satu tetes butir bening meluruh untuk pertama kali dihadapan gadis mungilnya.
"Jangan pergi kumohon..." lirih Arsen tanpa sadar
Nana membeku. Walaupun lirih dan terkesan berbisik, gadis mungil itu masih bisa mendengar jelas apa yang Arsen katakan padanya.
Butir bening kini beralih ikut turun dari mata indah Davienna. Gadis menggemaskan itu melingkarkan kedua lengan mungilnya, berjinjit untuk hanya sekedar memeluk kekasih bertepuk sebelah tangannya itu erat.
"Aku tak pernah pergi... tapi kau yang selalu meninggalkanku sendiri..."
***
Kira² Arsen knp? 0_0
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautifull Pshyco
Teen Fiction"Maaf..." "Kalo diibaratkan perminta maafan Kak Arsen itu sebuah batu bata, mungkin Nana sekarang bisa bangun rumah segede rumah Om Sule yang digabung sama rumah Om Anang Hermansyah." Celetuk Nana absurd Cantik, lucu, dan menggemaskan. Tiga kata yan...