Hai geyzz...
Selamat malam minggu untukmu yang tak pernah bisa ada di genggamanku eakkk... :v
Lanjottt kuy yg rame biar author ngga males up :)***
Patah...
Sebelum sempat berbagi rasa
Melepaskan...
Saat belum sempat pernah kugenggam
Meikhlaskan...
Sebelum merasakan indahnya kebersamaan
Dan dipaksa pergi...
Saat belum sempat kumiliki
#Ryu_06#Gedung megah yang dipenuhi bunga-bungan terlihat seperti kuburan masal untuk setiap keping rasa yang ada dihatinya. Untaian janur kuning melambai seolah mengajak untuk berpamitan kepada yang kita cintai yang sebentar lagi akan bersanding dengan yang lain didepan matanya. Deretan kursi menjabarkan berapa banyak orang yang menyaksikan hancurnya sebuah harapan dan perasaan seseorang.
Gadis mungil berbalut gaun abu-abu dengan rambut coklat panjangnya tergelung rapih keatas dan membiarkan anak rambutnya terjatuh menambah kesan keanggunan yang terpancar dari wajahnya.
"Indah sekali..." lirihnya dengan wajah datar dengan pandangan menatap sekeliling
Tangan mungil itu terkepal kuat meremat gaun yang ia pakai hingga kusut, saat kedua netranya tertuju pada kursi pelaminan.
"Kamu akan duduk disana bersama dengannya menikmati penderitaanku hah..." Nana tersenyum pongah
Puk...
Sebuah tepukan mengakhiri sesi observasinya, saat dirinya menoleh ke belakang ternyata salah satu dayang tampannya berdiri dengan balutan jas rapihnya.
"Eh Alvin udah dateng aja, tapi prasmanannya belum mateng loh," Nana mulai memancing keributan
"Sampis banget bawa-bawa nama bapak gue nih si James! Bapak gue masih sanggup ngasih makan gue ya gembrot sembarangan lo!" Kesal Alco
Nana tertawa puas hingga memukul-mukul kotak amplop disebelahnya. Alco tersenyum getir, suara tawa Nana lebih terdengar seperti jeritan hati yang pilu tentang perihnya mengikhlaskan.
"Jangan ketawa mulu lo nanti nangesss!"
"Ya Nana bisa ketawa sekarang karena udah kenyang nangis Alco bodoh!"
Alco terdiam, benar apa yang dikatakan makhluk polos psikopath itu. Sudah waktunya ia bahagia dan berhenti menangisi seseorang yang tak pernah menghargai keberadaannya.
"Oh iya Na... ada dangdutannya ngga nih?" Tanya Alco mengalihkan pembicaraan
"Ngga ada padahal tadi Papah mau adain tapi ngga dibolehin sama Mamah," jelas Nana
"Kenapa emangnya?"
"Takut Bangnjo sama Kak Ewing malu-maluin keluarga nyawer sambil joged kayang dipanggung katanya,"
Alco mengangguk dan meringis mengingat bahwa ada 2 makhluk liar disini dan akan berbahaya jika diberikan musik dangdutan.
Tamu-tamu mulai berdatangan dan duduk ditempat masing-masing. Penghulu bahkan sudah datang begitu juga dengan Arsen yang terlihat tampan duduk dengan gagahnya berhadapan dengan Pak penghulu ditemani James disampingnya.
Semenjak memasuki gedung sampai duduk ditempat penghulu mata tajam Arsen tak pernah lepas dari sosok gadis mungil yang duduk dengan wajah datar berhias tatapan kosong yang duduk tepat diseberangnya. Arsen ingin sekali berlari dan menggapai tubuh mungil yang sebentar lagi akan hancur itu dan membawanya pergi jauh bersamanya. Namun jika Arsen melakukannya, sama saja Arsen seperti mempermalukan James yang sudah menjadi sosok ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautifull Pshyco
Ficção Adolescente"Maaf..." "Kalo diibaratkan perminta maafan Kak Arsen itu sebuah batu bata, mungkin Nana sekarang bisa bangun rumah segede rumah Om Sule yang digabung sama rumah Om Anang Hermansyah." Celetuk Nana absurd Cantik, lucu, dan menggemaskan. Tiga kata yan...