Di tengah ramainya orang berlalu lalang, Jaemin terus berjalan cepat agar orang yang sudah menunggunya tidak menghabiskan waktu lebih lama hanya untuk sekedar menanti kehadiran nya. Jaemin menaiki lift dengan perasaan gelisah, setiap orang ini memintanya untuk bertemu pasti selalu berakhir dengan kurang menyenangkan, Jaemin hanya sedang dalam perasaan yang ingin hari nya berjalan dengan baik saat ini, semoga saja tidak ada hal apa pun yang terjadi, Jaemin harap.
Sebelum pintu lift terbuka, Jaemin menarik nafasnya perlahan untuk mengontrol emosi yang sedang beradu dalam dirinya. Berjalan perlahan seolah tidak ada kekhawatiran sedikitpun menuju orang yang memanggilnya secara tiba tiba saat dirinya baru saja bersenang-senang dengan kawanan nya. Mencoba menghiraukan segala pikiran negatif saat matanya bertemu dengan manik orang di hadapannya.
“Jaemin? Ayo duduk.”
Dengan jantung yang berdetak cepat, Jaemin memilih berpura-pura terlihat tenang, menjaga ekspresi agar orang di hadapannya saat ini terus menyangka jika Jaemin merasa baik baik saja. Jaemin duduk lalu mencoba menyamankan diri di depan meja yang sudah tersaji banyak makanan mewah.
“Udah lama ga liat kamu.”
Sebuah kalimat basa basi yang terlontar membuat Jaemin sedikit tersenyum getir, ternyata orang itu baru mengingat kembali eksistensi Jaemin di dunia ini.
“Mama yang ngusir Jaemin dari rumah kalau Mama lupa.” Mata Jaemin menatap lurus kedalam manik sang ibu, terlihat tidak ada emosi apapun di dalamnya. Kekehan ringan menjadi balasan atas ucapan Jaemin yang diberikan oleh ibunya.
“Mama ga akan pernah lupa, justru Mama selalu bersyukur kalau inget kamu udah ga ada di rumah lagi.”
Nafas Jaemin mulai memburu, sekuat tenaga dia menahan emosi agar tidak kelepasan berteriak pada sang ibu di tengah damai nya suasana makan siang di restoran megah tempatnya berada sekarang. Waktu belum terlewat begitu lama tapi emosi nya sudah mulai mencapai puncak, walau bukan ini yang Jaemin harapkan untuk terjadi, tapi Jaemin mengingat fakta bahwa hal ini memang tidak mudah untuk dia hindari.
“To the point aja Ma, Jaemin masih ada urusan.” Ucap nya setelah berhasil mengontrol diri.
“Mama pengen kamu stop temuin Jeno."
Raut wajah Jaemin menunjukkan ketidaksetujuan atas apa yang diminta oleh ibunya. Sampai kapanpun Jaemin tidak akan sudi memenuhi keinginan sang ibu untuk nya menjauh dari kedua saudaranya. “Jaemin ga mau! Sampai mama mohon mohon sambil nangis darah pun Jaemin ga akan pernah mau!” Suaranya meninggi, Jaemin sudah tidak mampu menahan dirinya lagi.
“Nurut apa kata Mama! Mama ga mau Jeno jadi anak ga bener kayak kamu!” Sang ibu ikut meninggikan suara membuat Jaemin sedikit merasa sakit, ibunya memang selalu seperti ini.
“Tapi Jeno kembaran aku Ma! Aku ga akan pernah pergi ninggalin dia atau Jisung sekalipun!”
“Jeno masuk rumah sakit gara gara kamu Jaemin!”
Jaemin terdiam, lagi dan lagi, ibu nya akan selalu menunjuknya sebagai orang yang telah membuat kembarannya harus berjuang demi hidup. Jaemin tidak peduli dengan segala tuduhan itu, tapi jika orang tuanya sudah meminta hal seperti ini tentu saja Jaemin marah.
“Harus berapa kali Jaemin bilang itu bukan salah Jaemin, Ma!”
“Jeno anak baik, ga kayak kamu yang berandalan dan bisanya malu maluin keluarga!” Suara gebrakan meja terdengar beriringan dengan teriakan sang ibu.
Jaemin sangat paham bahwa dirinya memang kurang bisa membanggakan kedua orangtuanya seperti apa yang selalu Jeno lakukan, tapi walau begitu, Jaemin bukan lah alasan bagaimana Jeno bisa terbaring lemah dengan berbagai alat bantu yang menempel ditubuhnya saat ini, Jaemin masih memiliki akal untuk tidak membawa saudara kembarnya masuk kedalam dunia yang begitu kotor.
“Mama paham Jeno dengan baik, dia pasti ga akan berubah jadi anak ga bener kalau bukan kamu yang bawa bawa dia.”
“Mama paham Jeno dengan baik tapi Mama ga pernah mau pahamin Jaemin, kalau Mama juga tau gimana Jaemin, Mama pasti ngerti kalau Jaemin ga akan pernah ngelakuin hal yang bisa merugikan Jeno Ma!”
Rasanya memang sangat menyakitkan menerima fakta bahwa dirinya lah yang selalu menjadi target pelampiasan emosi kedua orang tuanya sedari kecil. Dengan alasan Jaemin harusnya mengerti jika anak sulung dan anak bungsu harus menerima cinta lebih banyak dibanding dirinya yang hanya anak kedua dari tiga bersaudara itu, membuatnya selalu menerima perlakuan tidak adil dari kedua orangtuanya.
Jaemin mulai bisa menerima dirinya yang tidak terlalu berarti bagi keluarganya sampai suatu hari kedua orangtuanya semakin benci saat mengetahui Jeno mengalami koma dan Jaemin ikut terlibat dalam peristiwa itu. Berbagai tuduhan dan makian menjadi makanannya sehari-hari setelah kejadian itu hingga sang ayah dan ibu memilih mengusir nya dari rumah.
Merasa bahwa situasi nya tidak akan membaik, Jaemin memilih bangkit agar bisa segera pergi, namun perintah ibu nya membuat Jaemin menahan pergerakannya, “Mau kemana kamu? Dasar anak ga sopan! Mama ga nyangka bisa punya anak kayak kamu. Duduk!”
Dengan berat hati Jaemin kembali duduk di kursinya walau tidak merasa nyaman. “Semua yang terjadi emang selalu kamu yang jadi sumber masalah. Jeno yang sekarang koma, dan Jisung yang pernah ikutan cedera gara gara kamu juga. Udah pantes kamu ga pernah nampakin diri kamu lagi dihadapan keluarga, Jaemin.” Jaemin tidak ingin membalas apa apa, dirinya hanya bisa mengamati sang ibu yang mulai membereskan beberapa barangnya lalu berdiri berniat meninggalkan Jaemin disana.
“Jauh jauh dari Jeno dan Jisung supaya mereka kembali jadi anak baik, ga kayak kamu.” Akhirnya sang ibu pergi, menyisakan Jaemin, rasa sakit hati dan berbagai hidangan mewah yang sama sekali tak tersentuh oleh keduanya.
Hari nya berubah menjadi buruk dan emosi melingkupi hati nya saat ini. Jika Jaemin bisa memilih, ia juga tidak ingin hidup seperti sekarang, menjadi satu satunya anggota keluarga yang tidak pernah di anggap anak. Lalu lihatlah sekarang, ibunya tidak membiarkan Jaemin mendapat kebahagiaan saat mengetahui Jeno dan Jisung berada di pihaknya dan masih mau memberikan kasih sayang yang tidak pernah Jaemin terima dari ibu dan ayahnya. Jaemin benar benar dibuat seperti orang yang tidak pantas untuk hidup di dunia.
Sebelum dirinya beranjak dari tempatnya, Jaemin memilih meminta pelayan membungkus segala hidangan yang masih lengkap untuk ia bawa pulang. Jaemin masih memikirkan keadaan Yangyang di unit apartment nya yang mungkin belum memakan apapun sejak pagi tadi. Pikirnya makanan mewah milik restoran ini bisa membuat Yangyang puas dengan hidangan makan siangnya.
Setelah semuanya siap Jaemin segera pergi menuju tempat tinggalnya yang saat ini masih ditempati oleh Yangyang. Sedikit senyuman terukir saat pikiran nya tiba tiba terlintas tentang bagaimana reaksi yang akan diberikan oleh Yangyang saat dirinya menyuguhkan berbagai makanan mewah ini. Apapun yang akan terjadi mungkin itu bisa sedikit meningkatkan mood nya yang kacau hari ini.
TBC
eeemmmm ..... kelamaan ya???🥺🥺 sorry banget tapi akhir akhir ini otak gue ga jalan buat nulis cerita😭🙏🏻🙏🏻 mohon maaf bangettt dan kayaknya chap ini agak pendek iya ga??? 🤧 maaafff bangett soalnya emang otak gue se kering itu buat di pake mikir😭😭😭😭🙏🏻 sama sekalian minta maaf kalau di chap ini sama chap sebelum sebelumnya banyak typo hhehehehehe sumpah awalnya gue juga ga sadar kalau gue typo mulu awkaowwkaowk. udah kepanjangan bacot nya jadi saya mau pamit kabur 🏃🏼💨
Return by : Sunrishie
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN [Jaemyang]
FanfictionA JAEMYANG FIC! Yangyang tidak pernah mengerti kenapa Jaemin melakukan hal itu padanya, jujur Yangyang lelah, tapi siapa sangka jika alasan Jaemin melakukannya benar benar membuat Yangyang pasrah, seperti tidak ada jalan lain yang bisa dia lakukan...