Jam dinding menunjukkan pukul 5 dini hari dan suara dering telfon dari ponselnya menganggu ketenangan Jaemin yang masih menutup matanya di pagi buta ini. Tiga kali ponsel nya itu berdering tapi Jaemin selalu enggan untuk mengangkat panggilan dari siapa pun itu karena baginya yang terpenting untuk saat ini adalah istirahat setelah kemarin malam baru saja menyelesaikan kegiatan menyenangkan namun penuh nafsu bersama seseorang yang masih asik terlelap di pelukannya.
Dering keempat kembali memaksa masuk kedalam telinganya membuat Jaemin mau tidak mau meraih ponselnya yang terletak di saku celana yang kemarin sempat dibuang ke samping sofa oleh lawan mainnya semalam.
Dengan suara parau khas orang bangun tidur, Jaemin mengangkat telfon itu dengan malas.
"Kenapa Sung?" Tanya nya mengawali percakapan dengan Jisung, oknum yang menelfon nya sedari tadi.
"Bang, dimana pun lo sekarang, lebih baik lo cepetan pulang ke rumah, i mean our home. Papa nyariin lo dari semalem tapi lo susah dihubungi." Balas sang adik tanpa basa basi dari seberang sana menandakan bahwa situasinya sangat sangat penting sehingga sang adik bahkan tidak berniat melayangkan pertanyaan random sebelum inti dari niatnya menghubungi.
"Ada masalah apa sampe sampe gue dipanggil lagi ke rumah itu?" Nada suara Jaemin seketika berubah dingin. Hatinya tiba tiba terbakar emosi setelah mendengar sang Papa di sebut oleh Jisung.
Hey siapa juga yang tidak merasa kesal setelah orang yang jelas jelas sudah mengusir mu dari rumah malah menyuruhmu datang lagi ke tempat itu? Padahal Jaemin sudah bertekad untuk tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di tempat yang selalu mengukirkan kenangan pahit di hidupnya sejak ia kecil.
"Gue gak tau bang, mending lo cepet kesini aja, sekarang juga gue ada di rumah kok, kalau ada apa apa gue bisa langsung turun tangan buat bantuin lo."
"Thanks Sung, tapi lo gaperlu repot repot, gue bisa jaga diri." Tanpa perlu mendengar balasan lagi dari sang penelepon, Jaemin segera memutus sambungannya dan langsung memakai kembali pakaiannya yang tercecer di lantai dengan tergesa-gesa.
Sebelum kaki nya beranjak pergi dari rumah itu, otaknya tiba tiba saja teringat oleh lelaki yang tertidur pulas di atas sofa tanpa ada kain yang menutupi tubuhnya yang polos.
Entah karena bisikan setan atau apa, tapi tiba tiba saja tangannya terulur untuk menggendong tubuh ramping Yangyang dan membawanya menuju kamar sang pemilik agar Yangyang bisa tidur dengan nyaman dan hangat di kasur empuk dan selimut tebalnya. Bahkan dirinya rela membersihkan dulu kekacauan yang terjadi di ruang tengah rumah itu sebelum benar benar beranjak dari sana.
Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, akhirnya Jaemin pergi dengan buru buru untuk menemui sang Papa yang katanya sudah mencarinya sejak kemarin malam.
┏✧–––“ J • A • E • M • Y • A • N • G ”–––✧┛
Suara alarm yang di setting untuk berdering di jam 6 pagi seketika menggema di penjuru kamar. Sang pemilik kamar menggeliat dalam tidurnya, merasa terganggu oleh suara nyaring yang tiba tiba saja menyala.
Mata indah itu perlahan terbuka, mencoba membiasakan cahaya lampu yang tiba tiba menusuk matanya. Saat sudah terbiasa, matanya melirik jam weker untuk memastikan pukul berapa sekarang. Namun setelahnya helaan nafas kesal dikeluarkan oleh Yangyang saat matanya melirik kalender kecil yang berada tepat di sebelah jam weker yang ada di atas mejanya itu.
"Gue lupa sekarang masih hari jumat."
Yangyang sedikit misuh misuh sembari mencoba mendudukkan dirinya di atas kasur itu tapi dirinya malah merintih kecil saat merasakan badannya sedikit terasa pegal dan nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN [Jaemyang]
FanfictionA JAEMYANG FIC! Yangyang tidak pernah mengerti kenapa Jaemin melakukan hal itu padanya, jujur Yangyang lelah, tapi siapa sangka jika alasan Jaemin melakukannya benar benar membuat Yangyang pasrah, seperti tidak ada jalan lain yang bisa dia lakukan...