Puluhan orang baru saja keluar dari sebuah ruang teater setelah penayangan film yang sebelumnya berlangsung di dalam sana sudah selesai. Tidak terkecuali Jaemin dan Yangyang yang juga melangkahkan kakinya keluar ruangan dengan jari tangan yang saling bertaut. Sebenarnya Jaemin lah yang memulai tautan tangan itu sedangkan Yangyang hanya balas menggenggamnya. Lumayan hangat pikirnya.
Jaemin ingin kembali mengajak Yangyang untuk melanjutkan menghabiskan malam minggu saat ini dengan berkeliling untuk mencari street food yang lokasinya dekat dengan bioskop tempat mereka menonton film tadi. Namun dering telfon milik Jaemin tiba tiba saja menginterupsi keduanya.
"Jaem, ayo dateng ke club biasa. Udah lama lo ga kumpul bareng." Suara Hendery yang lumayan nyaring menjadi suara pertama yang menyapa telinganya, lelaki itu berbicara setengah berteriak, takut suara dentuman musik dari tempatnya berada mengalahkan suaranya.
Belum juga Jaemin menjawab ucapan salah satu temannya itu untuk menolak, tiba tiba saja ucapannya terpotong karena Hendery langsung menyela, "Btw gaada alesan ya nyet! Lu kudu dateng pokoknya!"
Tepat setelah Hendery menyelesaikan omongannya, sambungan telepon itu diputus sepihak oleh Hendery tanpa memberi Jaemin kesempatan untuk membalas ucapannya. Jaemin hanya mendengus kesal karena tingkah temannya itu.
Jaemin menyimpan ponselnya lalu mengalihkan pandangannya pada Yangyang yang sedang memperhatikan dengan tatapan bertanya. Melihatnya membuat Jaemin ingin sekali mencubit pipi anak itu hingga melar karena Yangyang terlihat sangat lucu.
Segera Jaemin mengenyahkan pikiran absurd yang datang tiba tiba itu untuk memfokuskan dirinya lagi.
"Gue disuruh kumpul sama Hendery." Ucap Jaemin menjawab rasa penasaran Yangyang.
Langsung saja Yangyang mengangguk paham, "Ya udah sana, temen temen lo pasti udah nunggu."
"Males ah, mending sama lo. Lagian masa kita baru nonton doang tapi lo udah balik aja?" Ucapnya dengan sedikit menampakkan wajah kesal. Jaemin kan inginnya hari ini menghabiskan waktu dengan Yangyang, bukan dengan teman temannya.
"Gapapa kali, nonton doang juga udah ngabisin waktu hampir dua jam. Sekarang bagian lo nongkrong sama temen temen lo."
Sebelum membalas perkataan Yangyang, Jaemin sedikit menghela nafasnya, "Kalau gitu lo ikut gue aja deh, jadi imbang kan tuh." Jaemin berucap dengan alis yang sengaja ia naik turunkan, membuat Yangyang ingin sekali mencakar wajah itu rasanya, ekspresinya terlihat menyebalkan.
"Gamau. Gue ga kenal sama temen temen lo."
Jujur saja, Yangyang berusaha keras untuk menolak itu karena ia malas berlama lama di luar, apalagi dengan Jaemin. Awalnya mungkin memang sebuah ajakan 'bermain' biasa, berkeliling kota untuk mencari makan atau pergi menonton, namun semakin malam mereka berada di luar, bisa bisa Jaemin malah mengajaknya 'bermain' sesuatu yang lain, jadi lebih baik kalau dia cepat pulang kan?
"Justru kalau lo ikut sekarang lo bakal kenal sama mereka. Udah lah ikut aja ayok, gue maksa ini!"
Tanpa memberi Yangyang kesempatan untuk berbicara lagi, Jaemin langsung saja menyeret Yangyang menuju parkiran dimana motornya ia simpan, lalu setelah memastikan Yangyang menggunakan helm nya dengan baik dan sudah berpegangan padanya, eum atau mungkin lebih tepatnya dipaksa untuk memeluknya dengan erat, Jaemin langsung saja menancap gas untuk bertemu dengan teman temannya yang dia tebak pasti sudah menunggu kehadirannya. Yangyang yang sekarang berada di belakang Jaemin tidak henti hentinya menghela nafas berat, Yangyang lelah sekali dengan kelakuan Jaemin.
┏✧–––“ J • A • E • M • Y • A • N • G ”–––✧┛
Suara nyaring musik di sebuah tempat yang begitu ramai pengunjung itu benar benar memekakkan telinga, jika saja Yangyang tidak biasa berada di tempat seperti ini, pasti ia sudah merengek meminta pulang pada Jaemin. Manik nya menelisik setiap sudut ruangan yang kini ia pijak, walaupun sudah beberapa kali ia mengunjungi tempat ini, ternyata masih ada beberapa spot yang baru ia lihat malam ini, hal itu membuatnya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN [Jaemyang]
FanfictionA JAEMYANG FIC! Yangyang tidak pernah mengerti kenapa Jaemin melakukan hal itu padanya, jujur Yangyang lelah, tapi siapa sangka jika alasan Jaemin melakukannya benar benar membuat Yangyang pasrah, seperti tidak ada jalan lain yang bisa dia lakukan...