Hawa dingin yang berhembus cukup kencang malam ini menerpa wajah dengan pahatan sempurna milik Jaemin yang sedang bersandar di pagar balkon kamarnya. Sepulang dari rumah Yangyang tadi, Jaemin langsung kembali ke apartmentnya lalu berdiam diri di balkon dengan kepala yang dipenuhi oleh banyak pikiran.
Biasanya, jika Jaemin sedang menghabiskan waktu di sini, ada sebungkus batang nikotin yang menemaninya untuk berpikir. Namun saat tadi Jaemin merogoh kantong celananya, dia baru ingat jika bungkus rokok nya baru saja habis tadi siang dan Jaemin lupa membeli baru, jadi lah sekarang dia hanya diam tanpa melakukan apapun.
Jaemin mulai memikirkan segala hal yang baru ia ketahui malam ini setelah Yangyang berkata jujur tadi. Ternyata selama ini Yangyang memiliki kisah hidup yang kurang lebih sama seperti nya. Jaemin juga terus memikirkan semua yang telah dilakukannya pada Yangyang. Apa dia keterlaluan?
Padahal, dulu Jaemin sudah terbiasa melakukan yang namanya 'balas dendam' pada musuh geng nya yang sering menganggu teman temannya itu. Hal hal yang sama seperti apa yang dia lakukan pada Yangyang pun tidak jarang ia lakukan pada orang lain. Tapi kenapa saat Jaemin melakukannya pada Yangyang, dia malah jadi merasa tidak tega? Pikiran itu lah yang terus memenuhi kepalanya.
Jujur saja, setelah mendengar cerita Yangyang tadi membuat Jaemin sedikit cemas. Dia takut jika semua yang dia lakukan pada Yangyang memang berdampak separah itu hingga Yangyang menjadi terkena gangguan kecemasan karena nya, memikirkan nya membuat Jaemin semakin merasa bersalah saja. Jika Jaemin meminta maaf, apa Yangyang akan memberikannya?
Tapi ia bingung, kenapa juga dia merasa harus meminta maaf pada Yangyang? Padahal jika itu adalah orang lain, sepertinya Jaemin merasa biasa saja, namun kenapa sekarang rasanya berbeda karena orang itu adalah Yangyang?
Mungkinkah Jaemin bisa merasa seperti itu karena Yangyang adalah anak yang sangat baik? Jika dipikir kembali, Yangyang tadi mengatakan kalau dia terima terima saja Jaemin balas dendam pada Lucas lewat dia demi kakaknya, itu tandanya Yangyang memang anak baik, 'kan? Ah, sepetinya memang karena itu makanya Jaemin jadi merasa tidak tega seperti ini.
Karena Jaemin dan Yangyang itu hampir sama, jadi rasanya ia bisa mengerti kenapa Yangyang melakukan itu demi melindungi kakaknya, yang mana Lucas adalah satu satunya orang yang dia punya sekarang. Jaemin juga sama, dia juga hanya memiliki dua saudaranya, lagipula motif Jaemin balas dendam pada Lucas pun karena dia melakukan itu demi Jeno. Jaemin terlalu takut Jeno pergi meninggalkannya hingga Jaemin berpikir untuk melampiaskan emosinya dengan melakukan hal yang sama pada Lucas, walau melalui adiknya.
Asik bergelut dengan pikirannya, waktu terus berjalan dan sekarang sudah lewat tengah malam. Walau hari sudah berganti, namun Jaemin masih belum berniat beranjak dari tempatnya. Tiba tiba saja dia kembali memikirkan omongan Yangyang saat di rumah nya tadi.
"Kalau lo butuh kasih sayang dari orang lain selain Jeno sama Jisung ... bilang sama gue ya?"
Pertama kalinya ada orang yang berkata seperti itu padanya. Pertama kalinya ada orang yang siap memberi nya kasih sayang yang mungkin belum pernah ia dapatkan dari orang lain. Selama ini, Jaemin hanya mendapatkan itu dari Jeno dan Jisung, tidak ada lagi yang lain selain mereka. Namun sekarang tiba tiba saja ada seseorang yang mau atau bahkan dengan senang hati menawarkan hal itu padanya.
Memikirkan betapa baiknya Yangyang masih bisa berkata seperti itu padanya, sedangkan Jaemin sudah berlalu buruk pada Yangyang semakin membuatnya merasa bersalah. Bukankah seharusnya Yangyang membencinya karena semua yang telah dia lakukan itu?
"Arrgghh sialan! Lo kenapa baik banget, Yang?" Ucap Jaemin lirih sambil mengacak rambutnya saking frustasi nya dia memikirkan itu semua.
Jadi sekarang apa yang harus dia lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
RETURN [Jaemyang]
FanfictionA JAEMYANG FIC! Yangyang tidak pernah mengerti kenapa Jaemin melakukan hal itu padanya, jujur Yangyang lelah, tapi siapa sangka jika alasan Jaemin melakukannya benar benar membuat Yangyang pasrah, seperti tidak ada jalan lain yang bisa dia lakukan...