44. Ekstra Part 1

4.4K 95 2
                                    

Aldi menatap keheningan, sedangkan Rayna terseguk-seguk sampai dirinya tidak berani menatap suaminya itu.

Aldi pun naik ke atas dan memegang dagu Rayna, untuk menatapnya secara terang-terangan.

"Sudah, jangan nangis terus! Bukan rezeki kita untuk calon bayi itu pun sudah tenang di alam sana. Ingin bagaimana rasanya di sayang oleh ibu, dan Allah berkehendak, calon bayi itu juga sudah tidak mau lagi melihat dunia ini. Melainkan dunia lain," Jelas Aldi.

"Maksudnya apa mas?"

"Kamu keguguran Rayna, karena itu juga kedua indung telurmu sudah di angkat, dan kemungkinan kamu tidak akan bisa hamil lagi." Balas Aldi. Rayna pun menumpahkan segala apa yang ada di hatinya, beranjak bangun dari ranjang rumah sakit dan memeluk Aldi.

"Mas..." Seru Rayna dengan terseguk-seguk sambil menggigit bibirnya.

"Jangan gitu Ra! Kamu malah tambah sakit nanti, aku juga sakit tapi bukan rezeki kita Ra untuk mendapatkan seorang anak, aku akan memakluminya. Jika kamu begini, aku pun akan menerima." Jiwa Aldi menggebu-gebu untuk memantapkan hati sang istri agar tidak terlarut dalam kesedihan.

Tapi, perempuan itu juga harus membahagiakan secara apapun untuk batin seorang suami juga.

Takdir yang maha Kuasa jika Rayna tidak bisa memiliki anak.

"Nggak mas, kamu pasti--"

"Ra... Aku terima, segala apapun... Konsekuensi dan takdir Allah untuk jalannya begini, aku menikah bukan karena anak. Tapi karena aku tulus dan ingin membahagiakan mu sampai akhir kelak nanti kita berpisah, Ra..." Ucap Aldi, Rayna menangis, deruan napas kasar sangatlah kentara, terdengar di telinga sensitif Aldi.

"Minum dulu Ra..." Ingin beranjak dari ranjang, tetapi di cegah oleh Rayna. Dia mengeratkan pelukannya, tidak mau suaminya kemana-mana.

Jelas saja, kodratnya perempuan maupun laki-laki seperti itu. Maupun sel-sel, darah, otot, dan organ yang ada di dalam tidak berfungsi, pasti lah ada yang salah satu tidak menerima kenyataan yang sesungguhnya.

Aldi mengangguk, dan paham apa yang di rasa oleh istrinya sekarang.

"Kamu minum dulu! Biar agak nggak sesak hatinya, aku mau ambil minumnya. Iya, aku balik lagi kok nggak usah seperti ini." Ucap Aldi dengan helaan napas.

"Kamu ini nggak ngerti apa yang ku maksud, mas. Aku nggak mau jauh darimu, apalagi dengan laki-laki yang nggak bertanggung jawab dengan perempuan yang sudah ia jamahi." Dengan pengucapan terbata-bata.

Deg.

"Jangan gitu Ra! Emangnya nggak seret itu tenggorokan, apalagi dengan kamu yang terlelap beberapa jam." Aldi menyudahi apa yang ada di pikirannya. Sekarang dirinya harus menenangkan sangat istri terlebih dahulu.

"Mas, tolong!"

"Oke..."

Setelah sekian lama, akhirnya bosan juga Rayna. Akhirnya memudahkan jalan untuk Aldi keluar dan Aldi mengambilkan makanan dari rumah sakit untuknya, yang ada di meja dan sudah siap untuk di makan. Rayna menghempaskan semua yang ada di pikirannya, melirik di arah nakas, ada makanan.

"Nggak enak itu mah, mas."

"Lah pingin cepet sembuh 'kan? terus nggak makan obat lagi. Ya udah sekarang makan! Nggak ada namanya penolakan." Mata Rayna terlihat menggembung dan sembab seperti itu.

"Nggak..." Ucap Rayna, merajuk dan membuat Aldi menggelengkan kepala.

Susah sekali membujuk Rayna untuk makan, Aldi meletakkan kembali nampannya.

Anakku Anak Dari Suamiku |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang