21. Kapan Bisa Bebas?

2.5K 134 1
                                    

Happy Reading

"Kenapa ini jadinya begini? " Rayna memasang beberapa kancing baju yang dia tempelkan di dinding.

Waduh, ini juga banyak tempelan lem lagi. Bagaimana cara membersihkannya? Pasti merepotkan satu rumah.

Nggak papalah, sekali-kali merepotkan satu rumah sekalian satu kampung juga nggak papa.

"Apa temboknya yang bermasalah? Heh, jangan-jangan orangnya yang bermasalah!"

Rayna merasa aneh dan mempunyai insting untuk menjadikan kancing bajunya di tempelkan di lemari.

"Kenapa aku memikirkan perkataan mas Aldi yang waktu pernikahan dulu ya, sebelumnya pernah mengatakan kalau ini pernikahan cuma di atas kertas, arti kata kamu jangan pernah bermimpi untuk menjadi seorang istri! Kamu cuma bisa memegang Vino, jangan saya! Tau kamu? Itu perkataannya kayaknya. Arti kata bukan istri jadinya. Aku baru nyadar, kenapa sebodoh itu." Rayna memutar otaknya agar bisa mencerna perkataan Aldi.

Tok-tok, suara ketukan pintu membuat Rayna membukanya dan ada seorang pelayanan yang membawakan makanan.

"Maaf Nona, ini di makan dulu non. Kata Tuan, non nggak boleh kurus."

Gila, apa? Suruh gendut gitu.

Hahaha...

"Iya, taruh aja di meja makan. Saya mau ke meja makan, "

Pelayan menurut dan Rayna masuk kembali, mengelap air matanya yang baru saja merembes.

"Aku pingin pulang, aku mau bebas."

Rayna mengambil sandalnya dan memakai sandalnya.

Melangkah keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur.

"Mari di makan Nona!"

"Iya, saya makan dulu. Mbak nggak makan, sekalian aja makan sama saya di sini."

"Sudah Nona, tadi kami sebelum bekerja kita makan dulu."

Rayna tidak enak di tatap oleh semua pelayanan di sini, Rayna tetap memaksa untuk makan bersama. Karena makan bersama lebih enak di bandingkan dengan sendiri.

"Maaf Nona, kata Tuan, Nona harus menghadap Tuan sekarang juga, di ruang pribadinya."

"Apa ini? Aku di suruh ke ruang pribadinya, yaudah lah aku ke sana aja daripada macannya nanti ngamuk." Rayna sedikit ragu dan mengekor di belakang pengawal tersebut.

"Silakan Nona!" Rayna di bawa masuk ke ruangan yang begitu besar dan warna temboknya lebih menyala, biru muda.

Itulah di ruangan pribadi milik Aldi.

Aldi yang duduk di kursi dengan kacamata yang menempel di matanya dan menatap kaca yang menjulang ke bawah, sampai Rayna melongo karena dari sisi belakang aja kayak gitu.

"Maaf Tuan, ini sudah ada Nona."

Sampai di sana Aldi berbalik dan berdiri, Rayna menahan wajahnya yang merah seperti tomat.

"Ehm, boleh kamu pergi sekarang!"

"Eh kenapa aku mikir yang macem-macem si? Jangan kemana-mana!" Ucap Rayna di dalam hati dan membenarkan bajunya.

Rayna mengikuti pengawal tadi yang keluar, karena perkataan Aldi pergi, artinya dia harus pergi juga.

"Kenapa kamu ikut pergi?" Ucap Aldi dengan menatap punggung Rayna, Rayna berbalik dan melangkah, mendekati Aldi.

"Duduk dulu, saya mau ambilkan beberapa berkas yang harus kamu tanda tangani."

Apa lagi?

Aldi mengambil berkasnya di mejanya dan meletakkan di meja lain, yang satu dengan kursi yang di duduki Rayna.

"Sekarang baca dulu! Saya beri kamu waktu sepuluh menit buat bacanya, kalau kamu tidak mengerti apa yang harus di lakukan, boleh bertanya dengan Anthony."

"Kenapa bukan dia? Seharusnya dia, yang buat dia. Kenapa yang susah Anthony?" Rayna mengamati setiap detik isi dari materai ini.

"Gila apa? Kalau batasan jam kerja itu kurangnya sepuluh jam. Astaga... Mau protes tapi gimana?" Ucap Rayna di dalam hati.

Sepuluh menit telah berlalu, waktunya sekarang Rayna membubuhkan tanda tangan dan Rayna menyanggupinya.

"Sudah puas kan? Saya mau makan dulu, bye..." Ucap Rayna dengan ketua dan pergi begitu saja.

"Ehem, kamu udah mengingkari materai ini. Apa hukumannya?" Aldi mengancam Rayna dan Rayna berbalik dengan mata yang tajam.

"Artinya kamu nggak boleh kemana-mana, kamu di kamar aja." Ucap Rayna, membuat Aldi menatap Rayna dengan senyum smirk-nya.

"Bagus lah kalau kamu udah paham, mulai sekarang kamu urus Vino! Jangan sampai dia kenapa-napa! Saya nggak main-main dengan materai ini ya, kamu juga?" Aldi mengingatkan sekali lagi dan Rayna keluar dari ruang pribadi Aldi.

"Ah, kenapa jadinya makin rumit?" Rayna melangkah dengan kaki yang berat untuk jalan. Dia menatap isi semua ruangan ini, kenapa dia harus di kurung seperti di penjara?

Bersambung...
Jangan lupa pencet Bintang sama Komentar Positif☺☺☺

Terima kasih 🙏💕






Anakku Anak Dari Suamiku |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang