42. Kabar Bahagia atau Sedih?

2.4K 72 0
                                    

1 bulan telah mereka lewati, dan Rayna sekarang lebih sedikit gemukan. Badannya sudah berisi dua, kadang kalanya mengidam sampai benar-benar membuat Aldi pusing. Bolak-balik ke kantor dan ke rumah, sampai beberapa makanan terbuang sia-sia. Dan Aldi juga berat badannya bertambah, karena memakan makanan yang tidak di makan oleh Rayna.

"Mas, ini gimana? Vino minta gendong terus ini." Ucap Rayna dengan menggendong Vino. Aldi membersihkan lantai yang masih basah karena Rayna tidak sengaja menjatuhkan gelas.

Aldi benar-benar di buat pusing olehnya, buatnya enak tapi kalau udah jadi di rasain sendiri. Haha...

"Iya biarkan duduk aja, nggak usah kamu gendong terus." Saran Aldi. Aldi keluar dan membuang pecahan gelasnya.

Dirinya hari ini mengambil cuti terlebih dahulu, sedangkan pekerjaan kantor di kerjakan oleh Rendy.

"Kan nangis," Rayna mempunyai hati sedih jika anaknya menangis.

Aldi membuang napasnya, Vino menghampiri papahnya sendiri dengan merangkak dan meminta gendong.

"Eh, kok ke sana nak." Rayna ikut-ikut mendekat dan Vino menangis dengan terisak, sampai terdengar suara sesak.

"Udah kamu duduk aja. Biar aku yang urus Vino, kasian itu calon bayinya masih muda jadinya agak rentan begituan." Ujar Aldi, membuat Rayna mengerucutkan bibirnya.

"Hem, pusing ini. Mending ke kantor daripada jagain istri sama anak." Gumam Aldi dengan menggendong Vino. Rayna akhirnya menurut, memilih untuk ke dapur. Membuat minuman kesukaannya, entah nanti di minum atau tidak.

"Mas, gulanya kemana?" tanya Rayna dari dapur, Aldi tidak mendengar, fokus ke Vino yang sedang mengemuti tangan.

"Ish, gimana sih?"

"Ibu... Gulanya ada di atas itu, biar saya ambilkan kalau ibu butuh." Jawab art yang lagi mencuci piring.

"Iya, ambilkan! Ini udah mau butuh banget." Bibi mengambil gula di lemari atas dan Rayna tersenyum gembira.

"Ini ibu, apa mau saya buatkan?"

"Nggak usah. Biar saya saja! Kamu lanjut aja cuci piringnya!" Sahut Rayna dengan mengiris-iris buah-buahannya.

                     
                                 ***

Setelah membuat, Rayna meminum dan sesudah meminum malah muntah. Balik lagi ke dunia nyata.

"Hoek... Hoek..."

Rayna memuntahkannya ke wastafel, dan Rayna lemas, kakinya tidak bisa di ajak kompromi.

"Ibu... Kok lemes seperti ini," Bibi risau dengan keadaan majikannya.

Tidak biasanya majikannya lemas dan limbung di lantai, dan ada sedikit bercak darah yang keluar, timbulnya muncratan darah.

"Astagfirullah... Ibu, ini apa?"

Dengan nada keras, membuat Rayna mengeluh kesakitan.

"Sakit banget ini bi. Cepat panggilkan bapak, bi!" Ucap Rayna dengan merintih kesakitan, dengan memegangi perutnya.

"I-yya-aa..." Bibi berlari dan sampai di balkon, bibi dengan napas terengah-engah dan membuang napasnya.

"Ada apa bi? Kok kayaknya bibi ada keadaan gawat darurat gitu dari raut wajah bibi." Ucap Aldi dengan meletakkan tubuh Vino di matras.

"Iya bapak, itu ibu anu sakit."

"Hah, sakit apanya? Bawa ke rumah sakit!" Ujar Aldi, Aldi pun dengan cepat melesat ke dapur. Wajahnya tidak bisa di tebak lagi, wajah-wajahnya ikutan khawatir dengan keadaan Rayna sekarang ini.

Anakku Anak Dari Suamiku |TAMAT|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang