Happy Reading
Aldi langsung mengucap...
"Saya terima nikahnya Rayna Amaira Dina binti Machmud Aziz dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."
Satu tarikan membuatnya merasa tegang dan penuh kehati-hatian.
"Bagaimana para saksi? Sah..." Seru penghulu.
"Sah..." Ucap semua orang di penjuru ruangan.
Penghulu pun memimpin do'a nya dan di ikuti semua orang.
"Allhamdulilah... Sekarang kalian sudah sah, menjadi pasangan suami istri. Sah di mata negara dan di agama. Mudah-mudahan keluarga kalian menjujung namanya sakinah mawaddah warohmah. Ammiin ya robbal alammiin... Sekarang boleh istri memasangkan cincin untuk suami dan sebaliknya."
Akhirnya Rayna memasangkan cincin di tangan Aldi dan menyalimi tangan Aldi. Sebaliknya Aldi memasangkan cincin untuk Rayna dan mencium kening Rayna.
"Kenapa hati ku selalu menjadi duri antara pernikahan ini? kenapa?" Ucap Aldi di dalam hatinya dengan membenci namanya sebuah pernikahan. Karena istrinya meninggal pada saat melahirkan, maka dari itu dia tidak akan menikah lagi.
Akhirnya mereka berdua menyalimi orang tua masing-masing, ibu tiri Rayna tersenyum smirk dengan angkuhnya, dia sedikit memegang tangan Rayna dengan keras dan pelototan matanya.
Membuat Rayna menunduk, beberapa jam yang lalu, dia bahagia dan tertawa riang, tetapi sekarang waktunya mencep di atas Duri yang tajam.
Sekian lama berdiri, karena menyalami teman-teman Aldi yang begitu banyak dan hari ini sekaligus resepsi pernikahannya, jadinya mau nggak mau hari ini harus menahan diri untuk keluar dari tempat acara.
"Kenapa mas Aldi dari tadi diem aja, terus nggak tanya apa. Kayak gini bisa mati kelaperan, udah ini gaun panjangnya minta ampun. Ah..." Ucap Rayna dengan mengumpat Aldi di dalam hati.
"Selamat menjalankan pernikahan di, aduh cantik amat istrimu di, sampai aku kalah." Ucap Tomi yang mengandeng istrinya yang sedang hamil, padahal istrinya seorang model, tetapi kok malah ngelirik istri temannya sendiri.
Istrinya cuma tersenyum dengan candaan suaminya.
Ihh... Kek gitu, batin Rayna. Rasanya ingin muntah dari sini.
"Alah kamu ini Tom. Jangan kayak gitu! Kasian istrimu itu, nanti berpengaruh sama anakmu di dalam kandungan." Ucap Aldi.
"Hahaha iya-iya. Calon bapak lagi nih, selamat menikmati jalannya pernikahan di. Mudah-mudahan langgeng sampai akhir kelak."
"Hm." Jawab Aldi dengan sedikit mengeluarkan senyumannya.
Hati Rayna ingin sekali menampar pipi Tomi itu di depan orang-orang, beraninya mengolok-olok.
***
Waktunya sudah larut malam sekali, sekarang sudah jam sebelas malam.
"Huh... Capek juga ini. Kangen sama bantal." Ucap Rayna dengan mentoel-toel bantal.
Rayna di bantu melepas gaunnya dan Aldi sekarang sudah ada di kamarnya.
"Makasih mbak." Ujar Rayna dengan tersenyum.
"Iya Non. Kalau begitu kami permisi!" Mbak-mbak itu pergi dan Rayna menatap seisi ruangan.
"Iya mbak."
Rayna sampai saat ini, dia tidak berani masuk ke dalam kamar Aldi. Dia memilih untuk di kamar tamu.
Rayna membersihkan sisa-sisa henna di tangannya.
Tadi, sudah di bantu oleh MUA-nya, tetapi ada sisa sedikit yang menempel di tangannya.
"Kesel dah... Sama henna ini, udah tau aku nggak suka namanya kayak gini. Tau-tau udah di cap aja."
'Kruyuk-kruyuk'
Bunyi dari perut Rayna yang meronta-ronta kelaparan.
"Makan lah. Tapi apa ada makanan ya? Nanti takutnya turun malah nggak ada makanan lagi." Rayna membuka handle pintu dan melangkah keluar dari kamar.
Ternyata masih terang benderang di bawah, ada pelayan yang membersihkan rumah Aldi.
"Kasian sekali, kerja pada malam-malam kayak gini. Emang pada nggak ngantuk apa? Aku aja dari tadi udah angop berapa kali udahan." Ucap Rayna di dalam hati dengan menuruni setiap anak tangga.
Pelayan menghampiri Rayna dan meletakkan sapunya di pojokkan.
"Eh Non, mau kemana?" tanya art di rumah Aldi.
"Nggak, saya mau ambil makan aja. Tadi, belum sempat makan soalnya." Jawab Rayna.
"Mau saya ambilkan Non?" Tawar artnya itu.
"Nggak usah mbak."
"Tapi Non, emang Non nggak capek? Jalan ke sana, terus kemari." Art-nya sebenarnya merasa kasihan kepada Rayna.
"Iya sebenarnya capek lah. Udah pucet kayak gini, di bilang nggak capek. Huh, dasar padaan. Untung aja pelayan, tapi aku kasian sama mereka." Batin Rayna di dalam hati.
"Mbak-mbak, kalian emangnya di gaji berapa sampai kalian rela bangun malam-malam?" Tanya Rayna dan pelayan satunya menggeleng, agar tidak di bocorkan rahasia gajinya berapa?
"Ehm, sebenarnya gaji kita cukup buat satu tahun lebih Non, satu bulan aja gajinya gede banget Non." Jawab bibi dengan halus.
"Hah... Emangnya berapa?" Rayna semakin jiwanya meronta-ronta ingin tau berapa gajinya?
"Sekitar dua puluh juta Non, itupun belum tunjangan buat keluarga Non. Semuanya di tanggung oleh Tuan Aldi, maka dari itu, kita harus sedia dan harus siap kalau mendapat panggilan Non." Bibi pun menjawab.
Rayna mengangguk-ngangguk sampai lehernya sudah 45% mengangguk karena saking lelahnya.
"Pantes saja, gaji segitu lumayan besarlah. Daripada gajiku satu bulan di kantor dia, itu cuma seperempatnya saja. Ah, tapi bebannya cukup berat."
Rayna sesekali menengok jam, ternyata jam yang menempel di dinding yang begitu besarnya, Rayna tidak mengerti. Karena saking banyak arah jarum jamnya."Mbak, sekarang jam berapa?" tanya Rayna.
"Mau jam dua belas Non, emang Non nggak bisa liat jam segitu gedenya?"
"Hehehe maaf. Namanya juga orang katrok, di sini juga cuma di kamar. Ndekem aja di kamar, nggak tau kalau ada namanya jam segitu gedenya." Jawab Rayna dengan menahan tawanya.
"Hahaha... Non-non, namanya juga baru kenal sama rumah Non." Ucap bibi dan Rayna tersenyum.
"Yaudah kalau gitu mbak. Saya mau ambil makan dulu ya, mbak lanjut kerja saja!" Rayna pergi.
"Baik Non." Sahut bibi.
Pelayan pun melanjutkan bersih-bersihnya dan pelayan lainnya pun sama.
Sebelumnya mendengarkan pembicaraan temannya dan Nona-nya yang begitu ramah dan baik.
Rayna mengambil piring dan beberapa lauk serta nasinya.
Mengambil sendok dan melangkah, menarik kursi dan menghempaskan pantatnya ke kursi.
"Enak juga ya masakannya. Dari tadi mau nyenggol aja, dikit-dikit alesannya ada tamu." Desah Rayna dengan mengambil satu persatu lauk.
Rayna memakannya dengan lahap dan setelah selesai, dia membersihkan piringnya dan gelasnya.
Akhirnya sudah kenyang, sekarang dia naik ke atas lagi. Melihat pelayan sudah berberes semua.
Rayna sampai di depan kamarnya dan menutup kembali pintu kamarnya.
Bersambung
Cruit... Criwit.... Sabar Rayna, namanya juga kamu cuma di perbudak aja sama Aldi.Kasian amat ya 😏😏😏
Jangan lupa pencet bintang teman-teman ⭐
Makasih udah mampir ke ceritaku, lop-lope sejagat raya 😘😘😘😘❤❤❤
Instagram Author :
@dindafitriani0911
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Anak Dari Suamiku |TAMAT|
RomanceRayna Amaira Dina adalah seorang karyawan yang menemukan bayi di toilet tempat dia kerja dan bayi tersebut menangis di dalam kardus. Panggilannya Rayna. "Kok perasaanku ada seseorang bayi yang menangis kencang, ya." Rayna pun masuk ke dalam toilet...