Satu

25 6 2
                                    

Hari minggu ini bisa dibilang sebagai hari terakhir libur sebelum memasuki tahun ajaran baru. Mungki hari itu tak berlaku untuk Filia Putri Desinta yang kerap dikenal dengan nama Lia tapi untuk orang-orang terdekatnya sering memanggilnya Ili.

Seperti hari-hari biasanya pagi yang cerah kali ini disambut dengan teriakan mama dari dapur. Kadang Lia heran kekuatan super apa yang dimiliki oleh mamanya itu hingga dia melakukan banyak hal diwaktu yang bersamaan.

Pagi ini mama Ratna terus saja meneriaki  nama Lia  dari dapur. Padahal letak dapurnya  ada dilantai satu sedangkan kamar Lia ada dilantai dua. Entah karena Lia ngatuk berat atau mungkin Karena Lia yang sudah terbiasa mendegar teriakan mamanya.

Kini Lia masih bisa memejamkan mata bahkan berlihat lebih nyeyak dari sebelulmnya.
Makin lama teriakan mama dari bawah makin terdegar jelas di telinga Lia. Sebenarnya semalam lia baru bisa tidur jam dua dan sekarang baru juga jm 6 mama menerobos masuk kedalam alam mimpi indah Lia.

“Tok... tok...  tok...” ketukan pintu dari luar kamau Lia.

Tak juga berhasil membangunka Lia. Denga kesal mama Ratna menerobos masuk, karena pintu itu memanga tidak dikunci dari tadi.

“Lia bangun,” tarik mama lalu dangan kasar menyibak selibut yang membungkus hangat tubuh Lia.

“Mama! kaleman dikit kek kalau bangunin. Gini-gini aku juga anak mama, kalau lecet gimana?” geruntu Lia yang kesal dengan kelakuan mama.

“Filia dengerin mama ya! Mama suda bangunin kamu sejak subuh tadi, sekarang sudah jam 6 dan kamu masih ada diatas tempat tidur. Mau jadi apa kamu?” omel mama Ratana pada anak semata wayangnya itu.

Sedangkan sang anak yang dipanggil itu tetap memejamkan matanya. Seakan teriakan dan omelan mamanya barusan hanyalah angin lalu.

“Nih anak ya, disuruh bangun malah tidur lagi!” kata sang mama saat melihat anaknya masih asik bergelut didunia mimpinya.

Dengan kesal dan mata yang masih sedikit terpejam. Akhirnya Lia bangun, “Iya-iya nih Lia uda bangung.”

“Yah udah cepet turun jangan malah jadi patung diatas tempat tidur gitu!” cibir mamanya lagi sebelum bernjak membuka gorden kamar Lia.

“Ngapain sih ma? Inikan hari minggu, Lia mau tidur lagi masih ngantuk,” ujar Lia yang bersiap tidur kembali.
Tapi Lia kalah cepat dengan sang mama.

Sebelum kepala Lia bersandar pada bantal empuknya. Tangan Lia ditarik sang mama, “Jangan tidur lagi Lia! Ayo turun, anak gadis itu mau hari minggu kek, mau hari biasa tetep harus bangun pagi.

Biar nanti kalau udah nikah terbisa bangun pagi, makanya latihan dari sekarang.”

“Mama mikirnya ke jauhan. Lia aja belum resmi jadi anak SMA masak mama uda repot-repot mikirin Lia nikah? Ada aja ih mama. Dahlah Lia mau tidur lagi,”

“Nggak! Ayo bangun Li!” paksa sang mama.

“Sepuluh menit aja ma,” pinta Lia denang wajah memelasnya.
“Ngak ada sepulu menit – sepuluh menitan, sudah ayo bangun bantuin mama masak kan bisa.”

“Nggak, nanti mama malah marahin aku kalau masakan mama rusak.”
“Hmmm iya juga, tapi kamu bisa bersih-besih rumah atau ngapain aja, asal kamu gak boleh tidur! Ayo cepet bangun!”

Dengan berat Filia bangkit dari tempat tidur kesayangannya.  Langakah gontai gadis itu menuju ke teras rumah dan mengambil sapu.
Ia berfikir akan menyapu saja agar tak terlalu menantuk, tapi saat melihat sofa di ruang tamu Lia jadi tergoda. ‘Istirahat bentar gak salah kan ya?’ gumam lia sendiri.

Tanpa sadar yang awalnya niat hanya istirahat sebentar Filia malah ketiduran. Meski ini hanya disofa tapi masih nyaman buat Filia yang memang dasarnya pelor atau nempel dikit langsung molor.

Sapu yang Lia senderkan ke meja dekat sofa tadi, tiba-tiba roboh dan menimbulkan bunyi yang cukup nyaring diantara keheningan didalam rumah itu.

“Lia, suara apa itu barusan?” teriak mama dari dapur.

Lia tidur cukup nyeyak hingga ia tak mengdengar teriakan sang mama. Dan mama Lia juga heran, kemana perginya anak tercintanya itu. Pasalnya selagi anak semata wayangnya itu bangun rumah ini tak pernah sepi.

Sang mama curiga, jika Filia tidur lagi. Ia pun memanggil Lia untuk kedua kalinya dan kali ini dengan suara yang sukup kencang, “Lia, kamu ngapain? Denger mama gak asih? Lia kalau dipanggil itu jawab!”

Masih tak ada jawaban dari Lia. Mama Lia makin curiga dan mulai berfikir yang tidak-tidak. Mendadak mama Ratna takut jika terjadi sesuatu pada anaknya. Dengan tergesah-gesah mama Lia berlari mencari keberadaan anaknya.

Mama mencarinya dikamar tapi tak ada, lalu mama memeriksa kamar mandi dan hasilnya nihil.

“Kemana anak itu?” kata mama entah bertanya pada siapa.

Tapi sang mama tak menyerah ia mencari anaknya ke ruang tamu. Dan betapa terkejutnya sang mama saat menemukan keberadaan Filia yang tengah tertidur lelap disofa. Ternyata dugaan mama Ratna benar adanya, Filia kembali tidur.

“Lia!” teriak mama mengelegar.

Teriakan mama barusan berhasil membangunkan Lia, “Aduh mama, kenapa sih teriak-teriak? Gak malu sama tetangga,” kata Lia yang masih belum sadar sepenuhnya.

“Mama teriak juga gara-gara kamu Lia!” kata sang mama kesal.

“Kok Lia sih? Kan mama yang teriak kenapa nyalahin Lia?”

“Karana kamu tidur lagi. Kan mama sudah bilang jangan tidur lagi!”

“Lia tadi gak tidur ma,” sanggah Filia membela diri.

“Terus kamu ngapain merem sambil ngeces di sofa?”

“Lia gak sengaha ketiduran,” jawab Filia entang.

“Kamu ini ya, dibilangin bisa aja jawabnya,” omel sang mama pada Filia.

Perdebatan seperti itu sering terjadai di dalam keluarga Filia. Dimana antara sang anak atau sang mama yang memang sering membuat satu sama lain kesal. Tapi meski bergitu mereka masih seperti ibu dan anak pada umumnya. Diaman sang ibu yang menyayangi anaknya dan sang anak yang sering manja ke ibunya.

Tak ada perbincangan atau perdebatan di rungan tamu itu. Filia dengan kegiatan menyapunya dan sang mama yang fokud mengapami kegiatan menyapu Lia. Seakan mama gak mau kecolongan kalau Lia tidur lagi.

“Ma, mama mencium sesuatu gak?” tanya Lia sambil mengendus-endus sekitar.

“Iya.”

“Baunya gak enak kan ma?”

“Iyalah Filia, kamu kan belum mandi pantes bau kamu gak enak,” jawab mama enteng.

“Iih mama, bukan bau itu maksud Lia. Gini-gini meski Lia belum mandi Lia masih cantik dan wangi kok,” kata Filia percaya diri.

“Haduh anak mama ini percaya diri sekali ya bun,” sindir sang mama.

“Mama beneran gak cium bau sesuatu, coba deh cium bener-bener baunya menyengat  banget lo ma,” tanya Lia lagi.

“Eh, iya Li, kayak bau gosong gitu ya Li.”

“Ah iya ma,  kira-kira apa ya yang gos—”

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang