Sebelas

6 6 0
                                    

Setelah sekian menit berada di dalam kamar mandi akibat acara hindar menghindar dari semua temannya termasuk Bara membuat Lia memutuskan untuk keluar dari dalam sana.

Entah kenapa, dia risih jika namanya disebut-sebut apa lagi disandingkan dengan sang ketua osis. Ia sangat malas menanggapi hal-hal yang yang berhubungan asmara, apalagi namanya lah yang kini tengah menjadi sorakan.

Filia merasa tidak enak dalam posisi seperti ini, ingin sekali dia menghilang dari sudut bumi ini hanya untuk menghindari suara-suara yang akan membuatnya tak tenang.

Dengan pelan filia memegang gagang pintu kamar mandi tersebut.
Ceklek,
Filia membuka knop pintu kamar mandi dan mengalihkan pandangan dari kiri lalu ke kanan, melihat apa teman-temannya itu mengikutinya atau tidak.

"Huhh, aman ... " gumamnya seraya menarik nafas lega.

"Kenapa jadi gini sih, kenapa harus aku gitu loh," sambung Lia dengan nada kesal sembari melangkah pergi.

Namun belum beberapa langkah meninggalkan posisi sebelumnya, tanpa Filia sadari ada Devi yang mengikutinya dari sudut lorong kamar mandi.

Dila yang melihat Filia keluar dari kamar mandi langsung mengambil langkah cepat mengejar langkah Filia. temannya itu dan bergegas memanggil si empunya.

"Lia," panggil Dila yang berada tepat dibelakang Lia.

Filia membulatkan mata sempurna, dia terkejut kenapa bisa ada yang melihatnya disini. Dengan gerakan ragu, Lia memberanikan diri untuk melihat ke arah orang yang memanggil namanya.

Filia menepuk keningnya, dia lupa bahwa sekarang masih dalam area sekolah tentunya pasti ada orang yang akan melihatnya.
Filia memutar badannya ke arah belakang dan melihat seorang gadis berseragam sama dengannya.

"Dila?" gumam Filia pelan.

Melihat tatapan Devi yang sedikit mencurigakan, Filia menarik sudut bibirnya.

"Kamu kenapa? Are you oke?" Tanya Dila.

"Ahh Iya, aku baik-baik saja" jawab Lia dengan tenang.
Dila tersenyum.

"Eh iya Lia,"

"Hmm, iya kenapa? By the way, kamu ngapain nyamperin aku kesini, ada sesuatukah?" Filia menatap Dila yang tampak ragu ingin menyampaikan sesuatu padanya.

"Aku boleh nanya sesuatu gak?" Devi berkata sambil menatap serius ke arah Filia.

"Iya boleh tanya apa?" jawab Filia dengan tenang setelah dia lari-larian.

"Sambil jalan aja," sela Dila dan dibalas anggukan oleh filia.

Filia menoleh kearah Dila, "kamu mau nanya apa tadi?"

"Hmm, menurut kamu kalau seorang cowok yang selalu dekat sama cewek hubungannya itu gimana?" Tanya Dila.

“Mungkin mereka teman dekat atau sahabatan.”

“Emang temen dekat sama sahabat itu beda?” tanya Dila yang tak mengerti.

“Menurut aku sih beda. Kalau teman dekat itu yang saling tau sama lain tapi gak selalu bersama dan gak selalu ada tapi kalau sahabat itu selalu bersama dimana pun dan kapan pun.”

“Jadi cowok sama cewek kalau sahabatan itu memang selalu dekat ya?”

"Ya kalau mereka sahabatan wajar aja sih dekat, bener nggak sih?" jawab Filia dengan nada santai.

"Ya ... iya, tapi menurut kamu ada kemungkinan gak kalau mereka punya perasaan?" Dila bertanya lagi.

"Perasaan?" tanya Filia memastikan. Dan Dila mengangguk pelan.

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang