Dua Puluh Dua

3 4 0
                                    

“Kamu tenang aja, gak akan ada yang salah paham. Dan kamu juga gak perlu takut kalau pacar kakak bakal membully kamu, seperti di novel-novel gitu.”

“Kenapa? Kakak sudah berpengalaman ya?” tuduh Filia pada bara dengan suara cukup keras.

Kini giliran Bara yang mengernyitkan dahi bingung, “Berpengalaman apa?”

“Berpengalaman selingkuh.”

“Astaga, nih cewek cantik sih, tapi mulutnya ... Lia dengerin kakak ya, kakak itu gak punya pacar mau selingkuh dari siapa coba,” jelas Bara pada Filia.

“Apa?” sentak Filia dan Bara hanya menggelengkan kepalanya sebagai respons.

“Lagian kakak ngapain sih ngajak aku duduk di sini, orang aku mau masuk ke kelas juga,” geruntu Filia sambil bersedekap dada.

Bara yang melihat Filia kesal, dan menggerutu malah tersenyum. Bagi bara Filia ini cewek yang unik. Saat semua cewek berlomba-lomba menunjukkan senyumannya saat bersamanya. Tetapi cewek ini tak segan-segan menunjukkan berbagai macam ekspresi kesalnya.

“Ngapain senyum-senyum gila ya?” tuduh Filia. Bara terlihat hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Yah sudah aku ke kelas dulu ya kak,” pamit Filia pada Bara, namun lagi-lagi saat Filia akan beranjak pergi. Bara mencekal tangan Filia.

Filia tak bertanya mengapa, namun Filia hanya menunjukkan raut kebingungannya pada kakak kelasnya ini.

Lalu bara memberikan susu kotak rasa coklat pada Filia, “Ini buat kamu, biar mood kamu gak buruk lagi.”

“Makasih kak,” jawab Filia sambil tersenyum, lalu pergi ke kelasnya.

Sesampainya di kelas ternyata kelasnya sudah ramai, “Tumben nih kelas sudah penuh?” gumaman Filia, tetapi masih bisa didengar oleh Dila yang ada di dekat Filia.

“Lihat jam bu! 5 menit lagi bel, jelaslah kelas sudah penuh.”

“Astaga Dila kamu ngagetin aja sih?”

“Tumben kamu datangnya mepet sama bel masuk Li?”

“Ngak, aku tadi berangkat sekolah seperti biasanya kok. Tetapi tadi—” perkatan Filia terpotong karena disela oleh Dila.

“Tadi Filia pacaran dahulu sama kak Bara di koridor sekolah,” sambung Dila dengan ekspresi senyum-senyum jahil ke Filia.

“Aku gak pacaran!” bantah Filia.

“Wooi, santai dong buk gak usah ngegas.”

“Kalau gak pacaran tuh susu kotak apa?” tanya Dila sambil menunjuk susu kotak yang ada di tangan Filia.

“Ini tadi emang dikasih kak Bara tetapi kita gak pacaran!” jelas Filia sambil menekankan pada kata kita gak pacaran.

“Sudah-sudah kalian mengapa malah berantem sih?” lerai Devi yang sedari tadi hanya menyimak perdebatan dua temannya itu.

“Dila yang mulai duluan Dev.”

“Iya-iya maaf,” kata Dila.

“Oh ya, Li kamu biasanya berangkat sama Nando kan?” tanya Dila pada Filia, “Kamu tadi berangkat sama dia gak? Kok tumben dia jam segini belum masuk kelas?”

Mendengar pertanyaan dari Nadila, Filia reflek mencari keberadaan Nando di kelas. Dan benar apa kata Dila. Nando tidak ada di kelas mereka.

Dalam hatinya Filia bertanya-tanya kemana perginya sahabatnya itu. Selama ini nando tidak pernah telat sekolah, lalu mengapa Dia juga belum masuk kelas?

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang