Dua

13 7 1
                                    


“Astaga Lia, mama tadi goreng ayam,” teriak sang mama panik lalu berlari menuju dapur.

Meski sudah sering mendengar teriakan sang mama, tetapi Filia masih sering kaget jika mamanya tiba-tiba teriakan seperti barusan.
Filia hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sang mama yang tak jauh beda dengannya. Dan Lia memutuskan untuk melanjutkan kegiatan menyapunya yang sempat tertunda tadi.

Saat Lia menyapu teras rumahnya, Lia merasa ada yang memperhatikannya diam-diam. Filia menengok kebelakang tak ada orang.

Lalu Lia mencari ke selilingya juga tak ada tanda-tanda adanya orang, tiba-tiba Filia merasa takut sendiri, “Kenapa aku jadi merinding gini sih,” gumam Filia pelan.

Dan saat Filia memutuskan masuk ke rumahnya tiba-tiba ada yang memegang bahunya. Lalu saat Lia menengok kebelakang, betapa terkejutnya Filia saat melihat manusia dengan penutup kepala karakter monyet.

“Aaaaahhhhhhh!” teriak Filia kencang, tetapi hanya sebentar karena tiba-tiba mulut Filia dibungkam dengan tangan orang itu.

“Jangan teriak! Ini aku,” kata orang itu menyakinkan Filia. Meski sebenarnya Filia tidak siapa orang itu, Filia tetap mengangguk agar orang itu melepaskan tanganya yang kini membekap mulut Filia.

Saat Filia terbebas dari bekapan tangan orang itu. Filia langsung mundur menjauh. Sambil menodongkan sapu yang dia bawa, jaga-jaga kalau orang itu macam-macam dengan Filia.

Begitu penutup kepala itu dibuka, Filia membelalakkan matanya terkejut dan kesal sekali. Tanpa pikir panjang Fila langsung memukul dan mencubiti orang itu dengan tangan cantiknya.

Ternyata orang di balik penutup kepala monyet itu adalah Nando teman semasa kecil Filia sekaligus sahabat Filia sampai sekarang.
“Li stop! Aduh Li, sakit woy!” kata Nando yang berusaha menghentikan serangan dari Lia sahabat yang paling dia sayangi.

“Sukurin! Salah sendiri ngapain sih pagi-pagi pakai ginian?” kesal Filia sambil menatap tajam ke Nando.

“Ya ela Li, canda kali. Gitu Aja marah.”

“Aku gak  marah ya! Aku hanya kesal saja.”

“Yah sudah biar gak kesal, kita olaraga yok ke taman,” aja Nando.

“Nggak!” tolak Filia cepat.

“Ayolah Li, olahraga itu baik bagi kesehatan. Nanti kalau kamu gak olahraga kamu jadi gak sehat.”

“Minggu kemarin kita uda olahraga ya!” kata Filia kembali mengingatkan Nando.

“Minggu kemarin itu bukan olahraga Li, orang dari jam enam sampai jam sembilan lo makan mulu, udah gak mau lari lagi. Kegiatan apa yang disebut olahraga?”

“Kamu kira mengunyah makanan gak capek? Itu sama aja olahraga mulut,” jawab Filia  ngasal tak mau kalah dari Nando.

“Yah udah kalau gak mau olahraga, kita bersepeda aja mumpung masih belum terlalu siang,” ajak Nando lagi.

Filia terlihat sedang mempertimbangkan ajakan sahabatnya barusan. Sebenarnya Filia ingin menghabiskan waktu terakhir liburnya dengan makan, baca wattpad, tidur, terus nonton drakor.  Tetapi tawaran dari sahabatnya ini cukup menarik. Karena sudah cukup lama dia tak pernah bersepedah.

“Ok kita bersepedah ... tapi kamu yang bonceng aku.”

“Itu mah sama aja Lia,” jawab Nando yang terdengar sedikit frustrasi.

“Oke ayo berangkat,” ajak Filia penuh semangat.

Filia menarik tangan Nando. Tetapi sahabatnya itu malah diam saja tak bergerak.

“Ayo katanya mau sepedahan,” kata Lia yang menatap heran ke sahabatnya itu.

“Aku gak mau berangkat kalau kamu masih begitu.”

Sontak Filia langsung melihat tubuhnya dari bawah sampai atas. Tidak ada yang salah, Filia memakai piyama tidur panjang kecuali dengan rambut hitamnya yang sedikit berantakan.

“Apa yang salah?” tanya Filia dengan polosnya.

Nando yang sudah bersahabat dengan Lia sejak sebelas tahun lalu bingung harus menyesal atau malah bersyukur. Lia ini cantik, pintar, baik tetapi kalau lagi gila dia suka gak ngotak.

Seperti sekarang ini, bagaimana ia dengan percaya dirinya ingin bersepedah dengan nya. Denan rambut yang berantakan, piyama tidur panjang yang terlihat kebesaran di tubuhnya dan Nando juga yakin jika sahabatnya ini sejak bangun tidur belum masuk ke kamar mandinya.

“Gue sih gak ada masalah, tapi gue hanya kasihan kalau lo nanti jadi sorotan banyak orang.”

“Ya gak apa-apa kan aku emang cantik, wajar dong kalau semua orang ngeliat ke arah aku,” kata Fili yang masih dengan percaya dirinya.

“Lia sahabat Nando yang ngakunya paling cantik. Gini ya kalau kamu pergi dengan penampilan seperti ini orang-orang bukan terpesona dengan kecantikanmu tapi orang-orang akan berpikir jika kamu itu orang gila baru.”

“Maksud kamu apaan ngatai aku orang gila?”

“Sekarang coba kamu ngaca—”

“Di teras kan gak ada kaca.”

“Ngaca di bola mata aku aja. Kali kelihatan bayangan kamu di bola mata aku?”

“Iya, dan aku masih cantik kok.”

Lagi-lagi Nando harus menghela napas sabar menghadapi sahabatnya ini.

“Lia dimata aku kamu emang selalu cantik. Tapi untuk kali ini kamu harus lihat jika diwajah cantik kamu itu ada belek, ada bekas kamu ngecas semalam. Dan hal itu cukup mengganggu kecantikan wajah kamu Filia.”

Mendengar perkatan Nando barusan membuat Filia sadar jika sejak bangun tidur. Filia belum masuk ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

“Astaga nando, kamu kok gak bilang kalau aku belum cuci muka sih! Kan aku jadi malu,” kata Filia sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Lia kamu telat kalau kamu menutupi wajah kamu sekarang, aku dari tadi sudah melihat karya seni kamu sendiri,” kata Nando menggoda sahabatnya.

“Bentar ya kamu tunggu di sini. Aku mau masuk sekalian ganti baju dulu,” kata Filia sebelum beranjak pergi.
“Eits tunggu dulu,” cegah Nando.

“Kenapa lagi?” tanya Filia bingung.
“Lo gak sekalian mandi?”

“Nggak nanti bisa pakai minyak wangi,” jawab Filia santai

“Yah udah kalau gitu loh cuci mukanya disini saja,” ujar Nando sambil menggandeng tangan Filia ke tempat di mana biasanya digunakan utuk menyiram tanaman dan mencuci mobil.

“Ngapain kesini?” tanya Filia bingung.

“Sekarang kamu berdiri di depan aku satu meter,” titah Nando.

Meski Fila kebingungan tapi dia masih saja menuruti perkataan sahabatnya ini, “Sudah terus ngapain?”

“Kamu pejamkan mata.”

Lagi-lagi Filia menurut dengan pekatan Nando. Dan betapa terkejutnya saat tiba-tiba Nando menyemprot wajah Filia dengan selang layaknya shower.

“Aaaah ...  huuuuaa!” terika Filia karena terkejut. Sedangkan Nando malah tertawa tanya berniat menghentikan siramannya pada sahabatnya itu.

“Nando kamu ngapain nyiram aku, kamu kira aku tanaman apa!”  kesal Filia pada sahabatnya itu.

“Kamu itu lebih berharga dari tanaman Fila. Makanya kamu harus selalu cantik dan bersih biar orang-orang diluar sana gak punya kesempatan buat ngejelekin kamu,” ujar Nando yang terdengar serius.
“Tapi gak gini juga caranya,” rengek Filia bercampur kesal ke sahabatnya.

“Ini itu cara cepat buat mandi. Soalnya kalau aku nyuruh kamu mandi, kita baru bisa keluar nanti siang. Kan kamu kalau mandi lama,” jawab Nando enteng.

“Nando awas aja tunggu pembalasan aku,” teriak Filia di tengah air yang tengah mengguyur badannya itu.

Saat Nando tengah sibuk menghindari percikan air agar tak mengenai bajunya. Nando tak sadar jika Filia berlari kerahnya dan berusaha merebut selang air yang ada di tangan. Jadilah mereka berdua malah bermain air.

Baik Nando dan Filia seakan lupa dengan umur mereka yang bukan lagi anak kecil. Sepasang sahabat itu saling menyiram satu sama lain, mereka mengejar satu sama lain, bercanda bersama dan mereka berdua tertawa bebas tanpa ada beban.


FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang