Dua Puluh Enam

3 4 0
                                    

“Bu tolong susu full creamnya tiga, roti dua, sama air mineral satu,” unjar Bara pada Ibu kantin.

“Rotinya rasa apa Bar?”

“Filia suka rasa apa ya? Coklat mungkin?” tanya Bara pada dirinya sendiri.

“Emh, coklat aja Bu,” Putus Bara pada akhirnya.

“Ini Bar, jadi 25 ribu.”

“Terima kasih Bu,” kata Bara sambil memberikan uang pas.

Bara melihat isi belanjaan. Dia jadi teringat kembali saat pertama kali bertemu Filia.
Filia hanya seorang gadis polos, manja, yang menjadi target saat masa orientasi agar menjadi lebih kuat. Namun siapa yang menyangka, Bara akan terjerat pesona Filia.

Filia yang lugu, lucu, dan sering terkena jebakan Bara saat bermain game menjadikannya pusat perhatian saat menjalani hukuman.

Senyuman Bara mengembang mengingat  itu. Bara menyukai semua itu, dari cara Filia saat berbicara, tertawa bahkan mengantuk saat materi orientasi diberikan.

Bara menggelengkan kepala, mencoba untuk mengenakan pikirannya. Itu dulu, sekarang mari buat kenangan yang lebih indah dan aku harus segera menghampiri Filia yang sedang menunggu di taman belakang.

“Bar!” panggil seseorang.

Bara menoleh dan ternyata itu Safira sekretarisnya.

“Nanti jadi rapat?” tanya Safira.

“Jadi. Oh iya nanti kamu langsung bikin proposalnya juga,” jawab Bara.

“Siap!”

“Aku duluan ya! Mau ketemu Doi dulu.”

Safira mengacungkan jempol pada Bara dan menggelengkan kepala melihat ketuanya menjadi bucin.

Di lain tempat, Filia sudah sampai di taman.

Di sini senang. Di sana senang. Dimana-mana hatiku senang.

Gumam Filia sambil duduk dibawah pohon dan menggambar abstrak pada tanah.

Meong!

Meong!

Filia celingak-celinguk mencari  dari mana asal suara kucing tersebut.

“Pus, Pus, dimana kamu.”

“Meong, meong!” Filia mengganti panggilannya. Karena, tak kunjung dijawab oleh kucing yang entah dimana itu.

Meong!

Filia melihat keatas, ternyata kucing itu tersangka di pohon mangga. Filia mencoba memanjat untuk mengambilnya.

“Kamu mau mangga?” tanya Bara yang baru saja datang dan melihat Filia kesusahan memanjat.

Filia tersentak. Kaget mendengar suara Bara.

“Kak Bara ngagetin!”

“Siapa yang ngagetin kamu, orang Cuma nanya doang,” kata Bara tidak terima dituduh mengagetkan Filia.

“Ishh.”

“Kak Bara tolong ambilin kucing itu kasian.” Tunjuk Filia pada kucing diatas sana.

“Kucing dimana?” kata Bara sambil menaruh plastik makanan.

“Itu di atas pohon, kasian kejebak di dahan kayanya.” Filia masih fokus menunjukan lokasi kucing pada Bara.

Sedangkan Bara malah salah fokus memperhatikan Filia.

“Kemarin aja bisa manjat, sekarang kenapa nggak bisa?” Bara baru ingat waktu itu pernah manjat pohon ini bersama.

“Iya ya. Kemarin aku Bisa manjat” Gumam Filia yang juga baru teringat.

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang