“Setelah 3 hari di siksa oleh kekejamam para kakak kelas. Akhirnya aku bebas,” kata Filia memamerkan senyum bahagia sambil jingkrak-jingkrak.
Dia teringat akan hari terakhir orientasi di mana seluruh peserta harus mengumpulkan tanda tangan kakak kelas sebanyak banyaknya.
Terutama para jajaran pengurus OSIS. Jika mendapatkan tanda tangan ketua dan wakil ketua akan mendapat give away.Filia yang bersemangat langsung memilih Kak Bara. Bukan karena ganteng. Tetapi karena tak ada siapa pun yang minta tanda tangan Kak Bara.
Saat mandapat syarat yang mencengangkan.
“Kamu yakin, mau tanda tangan saya?” tanya Bara meremehkan Lia.
“Yakin Kak!” jawab Filia yakin.
“Syaratnya kamu tembak wakil saya, pake bunga ini.”
Mendengarnya saja sontak mata Filia melotot. Tidak menyangka syarat yang di berikan Bara akan seperti itu.
Apa-apaan! Syarat macam apa itu?!geram Filia dalam hati.
“Beneran kak?,” tanya Filia meyakinkan kembali apa yang dia dengar.
“Kamu punya kuping itu buat denger, bukan buat pajangan,” bisik Bara pada Filia.
“Kalau mau tanda tangannya. Turutin,” lanjut Bara.
“Ba-baik Kak.”
Dan setelah itu, terjadi pengalaman yang tidak ingin Filia ulang.“K-kak mau gak jadi pacar saya,” kata Filia sambil memberikan bunga dengan tangan bergetar.
Wajahnya menunduk tak berani melihat.“Siapa kamu yang berani nembak gue?!”
“D—di suruh Kak Bara,” kata Filia takut takut.
Gila rasanya kembali mengingat kejadian itu.
“Astaga! kamu ngapain Filia?” teriak Mama Filia kaget melihat anak semata wayangnya.
Teriakan Mamanya membuat Filia kembali tersadar dari lamunannya.
Mendengar suara Mamanya yang tiba tiba. Membuat Filia kejengkang dan kepalanya terbentur ujung tempat tidur.“Aishh,” desis Filia sambil mengelus kepalanya.
“Mama yang ngapain? Dateng dateng teriak gitu bikin kaget aja,” lanjut Filia sambil berdiri.
“Ya kamu yang ngapain?! Di depan cermin lenggak-lenggok kaya model aja. Mana pake loncat-loncat kaya cacing kepanasan,” hardik mama Ratna.
“Lagian tumben kamu udah bangun sebelum Mama bangunin? Biasanya juga mama udah pake urat baru turun.”
“Hari pertama masuk SMA itu aku harus cantik dong ma biar banyak yang terpesona,” kata Filia sambil membenarkan seragam.
Mama Ratna memandang ngeri pada anaknya.
“Jangan banyak halu, beresin kamar kamu udah kaya kapal pecah. Anak perawan kok kamarnya kaya gini,” kata Mama Ratna sambil pergi dari kamar.
“Salah mulu perasaan,” dumel Filia sambil membereskan kamar tidurnya.
***
“Ndo,” panggil Filia.
“Apa?” tanya Nando sambil terus menjalankan motornya.
“Kira-kira nanti kita sekelas gak ya?” tanya Filia sambil menerawang langit yang penuh awan pagi ini.
“Semoga aja kita sekelas,” jawab Nando pelan.
Dia sangat berharap bisa kembali satu kelas dengan sahabatnya itu.
“Apa Ndo? Gak denger!” teriak Filia.
KAMU SEDANG MEMBACA
FILIA
Teen FictionBosan. Adalah sebuah kata yang merubah persahabatan mereka. Bukan, ini bukan bosan seperti yang kalian bayangkan. Hanya saja setelah lebih dari 10 tahun bersama. Mereka bahagia atas kebersamaan tersebut, setiap malam berbincang melihat bintang, ber...