Tiga Puluh Dua

2 4 0
                                    

Kelas ipa 2 sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Ada yang sibuk main ponsel, ada yang rumpi, ada juga yang sedang bahagia sekali sampai gak berhenti senyum dan dia adalah Dila. Saking bahagianya dila sampai tidak menyadari jika teman sebangkunya tak juga kembali setelah mengucapkan selamat atas hari jadiannya dengan doi yang ia kejar-kejar selama ini.

Lain halnya dengan dila yang dengan mudah melupakan Filia padahal teman sebangkunya sendiri. Devi sosok teman yang sangat peka akan keadaan yang ada disekitarnya, terlihat khawatir karena Filia tak juga kembali ke kelas padahal bel masuk sudah berbunyi satu menit yang lalu.

“Tenang Dev, Filia gak bakal kenapa-kenapa kok,” kata Reza yang sejak tadi memperhatikan gelagat khawatir Devi.

“Bel masuk sudah bunyi Za, tapi Filia kemana? Dia bukan tipe siswa yang suka telat masuk
kelas. apa kau cari aja ya Filianya?”

“Yang ada malah kamu yang telat!” larang Reza.

“Terus gimana?” aku khawatir banget sama Filia.

“Kenapa?”

“Gak tau pokoknya aku khawatir aja sama keadaan Filia, aku takut terjadi sesuatu sama Filia.”

“Itu cuma ketakutan mau sendiri aja Dev, udah gak usah khawatir. Nanti juga masuk kelas dia. Toh belum ada gurunya.”

Dan benar apa kata Reza tak beberapa lama kemudian akhirnya Filia masuk ke kelas. Dari sorot matanya Filia ragu mau duduk di tempat duduknya. Karena tempat duduknya dekat dengan tempat duduk nando dan sekarang tempat duduknya sudah ditempati oleh Dila.

Guru pengajar mereka belum memasuki kelas. Devi yang melihat kedatangan Filia langsung menarik Filia ke tempat duduknya. Untungnya teman sebangku devi itu gemar menggosip k-pop dengan tetangga sebangkunya. Jadi Devi sering ditinggal sendiri dibangku.

“Dari mana sih Li?”

“Dari toilet Dev,”  jawab Filia sambil tersenyum agar Devi tidak banyak tanya.

Yang namanya Devi, dasarnya emang peka mau nutupi bagaimana juga, tetep aja ketahuan.

“Kamu gak apa-apa Li?”

“Aku gak apa-apa,” lagi-lagi Filia menjawab dengan senyuman. “Emang aku kenapa?”

Devi yakin sekali jika Filia tidak sedang baik-baik saja. Dan Filia sedang menyembunyikan sesuatu dibalik senyumannya itu.

“Ya mana aku tau, makanya aku tanya kamu gak apa-apa?” kali ini Filia tidak menjawab pertanyan Devi Filia hanya menangagapinya dengna seulas senyumnya.

Keadaan antara DeVi dan Filia sempat hening karena tak ada yang berbicara lagi. lebih tepatnya Filia sedang menatap kosong ke arah depan. Devi menyadari itu sejak tadi, tapi Devi sendiri bingung harus ngobrol apa.

“Eh Li semalam kamu pulang jam berapa?” tanya Devi yang berhasil memecahkan keheningan diantara mereka.

“Jam 9 sudah sampai rumah.”

“Cerita dong kamu kemarin main apa aja sama kak Bara?” tanya Devi antusias.

“Gak banyak sih, terus kita pulang.”

Devi mengernyitkan dahi pertanda dia kebingungan. “Nih anak kalau lagi kacau parah ya ditanya apa jawabnya apa,” gumam Devi dalam hati.

“Hehehe, iya sama aku kemarin juga gitu,” kata Devi sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

“Dev, aku ke tempat dudukku dulu ya, bentar lagi pasti gurunya masuk.”

“Iya,” jawab Devi setelah itu Filia bangkit ke tempat duduknya bersama Dila.

Pelajaran 4 jam hari ini terasa lama bagi Filia. sepanjang pelajaran Filia harus pura-pura tersenyum dan ikut tertawa disaat dirinya tidak sedang baik-baik saja.

Dan sepanjang pelajaran itu juga, Dila tak pernah berhenti menceritakan hari bahagianya pada Filia. sedangkan Filia hanya menanggapi Dila dengan malas. Meski begitu Dila tak peduli dan tak menanyakan kenapa Filia terlihat berbeda atau apa. Dila tetap saja bercerita walau Filia tak serius menanggapi ceritanya.

Krrriiinngggg...

“Akhirnya istirahat juga,” kata Dila masih dengan raut bahagianya.

“Iya,” jawab Filia biasa saja.

“Oh ya Li, hari ini aku mau traktir kamu makan dikantin. Anak-anak yang lain juga kok,” aja Dila penuh semangat.

“Kenapa?”

“Kan aku sudah jadian sama Nando, sekalian minta doanya supaya kita berdua langeng dan dijauhkan dari pecarang.”

“Apaan tuh pecarang?” tanya Filia tak mengerti.

“Perebut pacar orang.”

“Kamu ada-ada Dil,” jawab Filia dengan sedikit terkekeh hambar.

“Tapi li kamu ke kantinnya sama Devi ya, aku mau ke kantin dulu sama Nando pesen makanan,” jelas Dila penuh semangat.

“Kayaknya aku gak bisa ikut deh,” tolak Filia hati-hati, meski Filia sedang sakit hati, dia juga tidak mau membuat orang lain sakit hati.

“Kenapa?”

“Hari ini aku bawa bekal dari rumah Dil,” bohong Filia, karena Filia hari ini sangat tidak nafsu makan.

“Sayang sekali Li,” kata Dila dengan raut wajah sedihnya, “Tapi gak apa-apa dong kamu bawa aja bekalnya kita makan rame-rame di kantin.”

“Gak usah, soalnya aku makan sam—” belum sempat Filia melanjutkan perkataannya sudah dipotong oleh Dila.

“Sama kak Bara kan?” tebak Dila.

Fila mau bilang tidak, tapi ia bingung nanti alasan apa lagi. Jadi dengan ragu-ragu Filia mengangguk.

“Cie yang makin deket sama kak bara,” goda Dila sambil mencoel-coel pipi Filia.

“Apa sih nggak kok.”

“Kalau iya juga gak apa-apa. nanti kalau kamu sudah jadian sama kak bara. Malming pertama
kita berdua harus double date.”

“Iya terserah kamu aja Dil,” jawab Filia pasrah.

“Yah sudah, Li aku pergi dulu ya. Kamu puas-puasin sama kak bara, aku gak bakal ganggu kok,” kata Dila sebelum beranjak pergi.

Setelah semua temanya pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Filia juga beranjak pergi, tapi bukan ke kantin melainkan ke tempat yang bisa membuat Filia tenang.

Filia pergi ke taman belakang, tempat dimana dulu Bara kakak kelasnya sering menghibur Filia saat Filia sedih. Tapi untuk kali ini Filia berharap agar kak Bara tidak ada di taman itu, karena Filia ingin menenangkan dirinya sendiri.

Dan ternyata dewi keberuntungan tidak berpihak pada Filia. Karena sepanjang perjalanan ke taman ini dia melamun. Dia sampai tidak sadar jika sudah sampai di taman dan yang lebih parahnya lagi. Di taman ini ada kak Bara yang tengah menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Filia tidak tau kak Bara itu menyadari kehadirannya atau tidak, tanpa pikir panjang lagi. Filia dengan cepat balik badan dan bersiap meninggalkan taman itu. Sayangnya langkah pertama Filia harus terhenti karena teriakan dari kak Bara.

“Lia!”

Dengan ragu-ragu Filia menoleh ke belakang dan tersenyum tipis ke arah Bara. Melihat Filia
yang tersenyum ke arahnya, bara melambaikan tangannya memberi tanda agar Filia menghampirinya.

Dan dengan amat terpaksa Filia menghampiri Bara yang kini masih terus menatap Filia heran.

Saat Filia sudah duduk samping Bara, Filia langsung disambut dengan pertanyan dan tatapan heran dari Bara, “Tadi kenapa mau pergi saat ngeliat kakak ada disini?”

Filia hanya diam seribu bahasa. Sejujurnya ia bingung mau jawab apa. Bara makin Heran dengan kebisuan Filia kali ini.

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang