Hari berikutnya, seperti biasa, kegaduhan sebelum kelas dimulai sudah biasa terjadi di seluruh penjuru sekolah. Tanpa terkecuali kelas Lia dan Nando, Lia yang duduk di dekat Devi dan Dila masih mengingat kejadian yang terjadi antara Bara dan Lia yang membuat kelas menjadi kasmaran.
"Hei," tegur Devi, Lia terkejut dan kembali mengangkat tangannya.
"Kamu kok gitu?" protes Lia sambil menunjukkan wajah murungnya.
"Kamu itu unik ya," ungkap Devi kepada Lia.
"Unik gimana?" Tanya Lia tidak mengerti.
"Kamu bisa-bisanya ngangkat tangan kayak gitu. Mikirin apa kamu? Kak Bara?" Tanya Devi.
"Nggaklah. Kak Bara itu kayak benalu bagi aku!" ungkap Lia kepada kedua temannya itu.
"Biasanya kalau benci itu bisa jadi rindu loh, dan rindu bias jadi cinta," goda Dila sambil menyenggol bahu Lia.
"Apa sih kalian? bukannya bantu aku. Malah ngeledek nggak jelas," ucap Lia marah-marah.
"Kami kan lagi bantu kamu ... bantu deketin kamu sama kak Bara. Iya nggak Dila?" ucap Devi sambil tertawa kecil.
"Benar banget itu Dev," kata Dila dengan raut wajah geli.
"Udahlah. Aku mau ke kamar mandi dulu, sakit perut dengar kalian ngomongin kak Bara terus,"cela Lia.
"Awas jumpa kak Bara di lorong kelas!" teriak Dila.
"Kalian ih," gerutu Lia kesal dengan tingkah kedua temannya.
Dan benar saja. Selangkah sebelum keluar menuju pintu depan. Terlihat kak Bara yang lewat dari luar.
Sontak kehadiran kak Bara membuat Lia kaget seperti bertemu sosok gaib."Hei," sapa kak Bara.
"Apa?" sentak Filia yang kesal dengan kehadiran kak Bara.
"Cantik-cantik galak," celetuk kak Bara yang menahan tawa.
"Tau ah," ujar Lia dengan kesal.
"Udah aku mau keluar dulu," kata Filia sambil melangkahkan kakinya dengan cepat.
"Eittss, nanti dulu. Pangeran mau ngomong," cegah kak Bara kepada Lia.
"Apa sih? Ngomong apa?" gerutu Filia.
"Jadi nggak ikut organisasi? Lumayan loh. Nanti nilai ujian kenaikan kelas kamu bias dinaikin. Biar pun nggak pintar-pintar amat," tawar kak Bara yang membuat Filia menjadi gundah.
"Benaran kak?" Tanya Lia yang mulai penasaran.
"Beneran. Kamu nggak tau sih apa yang bisa kamu dapat kalau jadi anggota OSIS." cetus kak Bara dengan percaya diri.
"Oke deh. Aku pikir-pikir dulu. Soalnya aku masih bingung," cetus Lia mengubah nadanya menjadi rendah.
"Gitu dong. Jadi anak kesayangan guru loh," tambah kak Bara menahan tawanya.
"Aku lanjut dulu kak," ujar Lia.
"Hati-hati ya bidadariku," teriak Bara kepada Lia.
Lia mempercepat langkahnya menuju lorong. Agar bisa tepat waktu sampai disana.
Tidak jauh dari sana ada sosok laki-laki yang memperhatikannya sedari tadi. Lelaki itu tidak lain tidak bukan adalah Nando.
"Akh, kenapa aku terus memperhatikan diasih? Dia kan tidak terluka atau kenapa-kenapa. Apa aku suka dengan Lia? Akh, tidak mungkin. Kami bersahabat," Nando melamun sambil menggerutu. Membuat dia tidak sadar akan kehadiran salah satu guru di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FILIA
Teen FictionBosan. Adalah sebuah kata yang merubah persahabatan mereka. Bukan, ini bukan bosan seperti yang kalian bayangkan. Hanya saja setelah lebih dari 10 tahun bersama. Mereka bahagia atas kebersamaan tersebut, setiap malam berbincang melihat bintang, ber...