Enam

7 7 1
                                    

Filia berjalan ke kamar mandi.
“Li!” panggil Devi sambil menepuk pundak Filia.

“Eh kaget kaget!” teriak Filia sambil mengangkat tangannya.

“Hahaha, ngapain Li angkat tangan,” kata Devi menertawakan tingkah Filia.

“Isshh aku kira siapa, kaget tahu!” kata Filia cemberut.

“Kamu ngapain bengong di depan kamar mandi?” Devi mengalihkan perhatian.

“Siapa yang bengong, aku lagi ngantri.”

“Ngantri apaan orang kamar mandinya rusak,” kata Devi bingung.

“Enggak kok.”

“Baca tuh di atas kepala kamu,” kata Devi meyakinkan.

Dan benar saja di atas kepalanya terdapat papan kamar mandi dalam proses perbaikan.

“Pantes aja pintu ya ke kunci,” gumam Filia.

“Hehe,” Filia menyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Ehh kamu masuk kelas mana?” tanya Filia mengalihkan pembicaraan.

“Kelas IPA 2.”

“Wihh, sama dong!” kata Filia terkejut.

“Kamu IPA 2 juga?”
Merekapun berpelukan seperti teletubies.

Disisi lain, Nando berjalan memasuki kelas.

“Boleh aku duduk di sini?” tanya Nando pada orang di sampingnya.

“Boleh,” katanya menatap Nando.

“Ach Fernando Saputra,” kata Nando sambil menjulurkan tangan.

“Reza Agustin,” kata Reza sambil menerima uluran tangan Nando.

Mereka mengobrol bersama sebelum seorang guru datang bersama Devi dan Filia.

“Pagi Anak-anak,” sapa Guru tersebut.
“Pagi Bu,” jawab semua murid seremapak.

“Perkenalkan nama ibu, Dewi Maharani wali kelas sekaligus guru mata pelajaran B.Indonesia, kita punya waktu 30 menit untuk perkenalan, selanjutnya kita mulai pembelajaran.” Bu Dewi membuka kelas.

“Biar gak boring perkenalannya, kita buat 7 kelompok karena ada 35 siswa berarti setiap kelompok 5 orang. Setelah itu semua berpencar dan bergabung dengan kelompok lain, aturannya di setiap kelompok gak boleh ada orang yang sama di kelompok sebelumnya, mengerti?”

“Mengerti!” seru semua murid.

“Kurang keras!” Bu Dewi kembali berseru.

“MENGERTI BU!” seru semua anak semakin kencang.

“Baik, ibu bagi sesuai absen dulu ya, nanti baru kalian boleh kenalan sama yang lain.”

Sesi perkenalan berjalan lancar walaupun beberapa terjadi banyak keributan tapi seru.
Kini semua kelas sudah seperti kapal pecah.

“Stop waktunya habis!” teriak Bu Dewi saat semua siswa kembali berpencar.

“Jangan dulu pindah dari kelompok saat ini, diam ambil nafas dulu,” Lanjut Bu Dewi.

Semua siswa duduk, mengambil nafas dalam. Entah kenapa mereka lari larian untuk membuat kempok baru.
Termasuk Filia. Kini dia duduk melingkar bersama kelompoknya, ada Nando, Devi, Reza, dan Nadila.
Nadila Ayu Ningtyas nama panjangnya.

“Untung udah beres, kalo enggak udah bengek kalo lama-lama kaya tadi,” ucap Reza.

“Iya kepikiran dari mana Bu Dewi bikin permainan kaya gini?” sambung Filia.

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang