Empat Belas

6 6 0
                                    

Dipagi yang cerah ini Filia bangun seperti biasanya. Paginya disambut oleh teriakan merdu dari mamanya dan juga kecupan cinta dari ayahnya.

“Ayah, ibu Fila berangkat dulunya,” kata Filia yang baru turun dari tangga kamarnya.

“Tumben masih pagi sudah berangkat?” tanya Ibu Fila heran.

“Kan Filia sekolahnya masuk pagi. Kalau Filia berangkat sore berarti sekolah Filia masuk sore,” sela ayah Filia dengan nada bercanda.

“Kalau itu ibu juga tahu ... ngomong-ngomong barusan Ayah bercanda?” tanya ibu serius.

“Garing banget yah,” celetuk Filia.
Ayah langsung tersedak nasi goreng saat mendengar pertanyaan dari ibu, “Uuukk.”

“Pelan-pelan  dong Yah, makannya,” ujar ibu mengingatkan sambil mengambilkan minum.

“Lia kamu itu ya! Pura-pura tertawa kek. Menghargai ayah.”

“Hahaha, Ayah lucu banget,” kata Filia sambil bergaya tertawa terbahak-bahak.

“Sudahlah, Ayah, Ibu, Filia berangkat dulu. Assalamualaikum,” pamit Filia pada ayah dan ibunya.

Setibanya Filia di sekolahan Filia disambut dengan suasana kelas yang ramai sekali. Filia duduk di bangkunya bersama Dila. Dan tak lama kemudian Dila datang, dia terlihat bahagia sekali.

“Cerah banget tuh muka, lagi bahagia ya?” tanya Filia pada Dila yang baru saja duduk disampingnya.

“Bahagia banget.”

“Cerita dong,” minta Filia antusias.

“Jadi tadi tuh, waktu aku baru datang. Aku gak sengaja tabrakan dengan kakak kelas gitu di lorong. Terus kakak kelasnya malah marah-marah ke aku. Waktu aku mau balas tuh kakak kelas ya, tiba-tiba Nando datang dan belain aku,” cerita Dila dengan antusias.

Karena saking senangnya Dila sampai tidak sadar dengan raut wajah Filia yang berubah.
Dalam hati Filia bertanya-tanya ‘Kenapa aku merasa sedih? Seharusnya aku senang dong, saat sahabat aku senang.’

“Eh Li, kok kamu malah ngelamun?” tanya Dila yang baru menyadari perbedaan sikap Filia.

“Ahh Nggak, siapa yang ngelamun?”

“Oh ya Li, kan kamu sering tuh pulang pergi sekolah sama Nando. Menurut kamu nih, tipe ceweknya Nando ini gimana sih?”

“Hmmm, gak tau juga sih. Emang kenapa?”

“Aku suka sama Nando,” ujar Dila dengan senyum malu-malu.

Mendengar pernyataan Dila barusan Filia reflek berteriak, “Kok bisa?”

“Filia gak usah teriak kan bisa,” kata Dila kesal dan Filia hanya nyengir kuda sambil berkata,
“maaf.”

“Jadi gimana?”

“Yah gak gimana-gimana Li, sejak pertama kali kita masuk ke sekolah ini aku ngerasa dia suka memperhatikan kita. Dan aku rasa dia juga suka aku, tetapi gak berani bilang.”

Filia sempat terkejut mendengar cerita dari Dila. Dan Filia yakin di sini Dila salah paham. Sebenarnya yang Nando perhatikan adalah dia sahabatnya buka Dila.

Tapi Filia gak mungkin jujur ke Dila, selain nanti bisa menyakiti hati Dila. Filia juga masih tidak mau membongkar status persahabatannya dengan Nando.

Sejenak di antara Filia dan Nando tak ada yang memulai pembicaraan. Mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Tak lama  kemudian Bobi ketua kelas mereka datang dengan setumpuk lembaran kertas kosong.

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang