Filia terus berlari memasuki kamarnya melihat jam yang sudah pukul 16.45.
Dert Dert Dert.
Ponsel Filia bergetar tanda panggilan masuk.
Ternyata Bara.
“Assalamualaikum Li?” panggil Bara.
“Waalaikumussalam iya kak.” Filia mencoba untuk tenang saat berbicara dengan Bara.
“Kamu udah berangkat? Maaf ya aku kayanya telat ini baru beres rapat,” sesal Bara.
“Enggak papa Kak. Aku juga belum berangkat kok.” Filia bersyukur Bara juga belum berangkat, karena dia juga masih butuh waktu untuk tenang sebelum bertemu Bara.
“Syukurlah kalo gitu, kamu bentar lagi aja berangkatnya. Aku ini beresin dulu rapatnya.” Bara lega mendengar Filia belum berangkat.
“Iya kak, kalo udah sampai nanti aku kabarin lagi.” Filia sudah tidak bisa menahan tangis ya mengingat kejadian tadi bersama Nando.
“Hati-hati ya,”
“Kakak juga.”
Tut.
Sambungannya terputus.
Saat itu pula air mata Filia lolos ke pipinya. Filia melihat jendela Balkon kamarnya, menatap lurus melihat senja yang menguning.
Jika bisanya saat senja sampai malam akan di temani Nando dan semua candanya. Sekarang di senja yang indah Filia harus bertengkar dengan Nando.
Air mata itu terus mengalir tanpa bisa dicegah.
Hiks!
Hiks!
Kenapa Nando berubah.
Apa salahnya aku Cuma pengen main sama kak Bara.
Hiks!
Di saat tadi Filia berlari ke kamar. Nando merasakan sakit di hatinya.
Menatap nanar kepergian Filia.
Kemana perginya Filia yang dulu selalu bersama ku. Kemana perginya Filia yang selalu menguatkanku dalam segala hal dan yang paling penting kemana Filiaku.
Nando meratapi semua masalah yang akhir-akhir ini datang dalam persahabatan mereka.
Nando kembali ke kamar, berharap semoga Filia tidak benar benar pergi sendiri.
Namun semua itu hanya harapan Nando.
Setelah menangis Filia pergi menemui Mamanya.
“Ma! Filia berangkat ya!” teriak Filia segera keluar dari rumah agar tidak ketahuan habis menangis.
“Ehhh mau kemana kamu! Pamit itu yang bener dong sayang. Jangan langsung lari,” tegur Papa Filia yang ternyata sudah pulang.
Rencana Filia ingin menghindar dari orang tuanya tidak jadi. Dengan terpaksa Filia kembali menghadap ayahnya.
“Kamu mau kemana?” tanya papa Filia.
“Mau ke pasar malam,” cicit Filia sambil menunduk masih tak ingin diketahui jika ia baru saja menangis.
“Sini liat papanya dong! Kok malah nunduk.”
Dengan pelan Filia mengangkat wajahnya.
“Kamu habis nangis?” tanya papa lembut.
Ditanya seperti itu membuat Filia ingin kembali menangis dan memeluk ayahnya.
“Lagi marahan ya sama Nando? Tadi papa dengar dia teriak manggil kamu.” Papa mencoba hati hati untuk bertanya pada anak gadisnya itu sambil terus mengusap kepala yang disembunyikan pada dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FILIA
Novela JuvenilBosan. Adalah sebuah kata yang merubah persahabatan mereka. Bukan, ini bukan bosan seperti yang kalian bayangkan. Hanya saja setelah lebih dari 10 tahun bersama. Mereka bahagia atas kebersamaan tersebut, setiap malam berbincang melihat bintang, ber...