“Bang, telur gulungnya 10 ribu 2 bungkus ya!” kata Nadila.
“Siap. Neng,” jawab sang abang penjual dengan semangat.
“Bang udah berapa lama jualan di sini?” tanya Nando.
“Wah, abang udah 10 tahun di sini,” kata abang telur gulung.
“Nama abang siapa?” tanya Nadila.
“Sobri,” kata bang Sobri.
“Oh, maaf nih Bang. Abang umur berapa kok udah 10 tahun di sini? Kelihatan masih muda,” tanya Nadila.
Nando melirik Nadila dengan sebelah alis matanya yang naik. Karena bertanya hal yang sensitif.
Nadila yang ditatap seperti itu tersenyum malu.
“Ehh, enggak papa atuh neng, jangan di pelototin nengnya emas.” Kata Bang Sobri melihat tatapan Nando pada Nadila.
Dibela seperti itu membuat Nadila tambah malu. Nando menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Abang udah umurnya 32 tahun, emang masih muda. Tetapi dahulu jualan di sini dari remaja. Pas udah lulus SMA seperti kalian. Abang bingung mau kuliah gak ada biaya, mau kerja juga kerja apa?” kata bang Sobri sambil membuat pesanan Nando dan Nadila.
“Ini Neng pesanannya.” Kata Bang Sobri sambil Memberikan telur gulung.
“Makasih bang,” kata Nadila.
“Bang boleh duduk di sini?” tanya Nando.
“Boleh, silahkan duduk sambil makan,” kata bang Sobri.
Nando dan Nadila duduk di dekat gerobak Bang Sobri di bawah pohon.
“Neng, dahulu abang ingin banget kuliah. Tetapi sama si abah teh gak boleh karena gak ada uangnya,” Bang Sobri mulai bercerita.
“Abang coba nyari kerja, tapi gak dapet-dapet. Abang nganggur 2 tahun, luntang-lantung gak ada kerjaan,” bang Sobri bercerita sambil menerawang masa lalunya yang kelam.
“Terus gimana abang bisa jualan telur gulung disini?” tanya Nando.
“Abang dahulu, sering banget diomongin tetangga. Anak cowok kok gak kerja, kerjaannya cuma tidur, makan, main. Padahal abang itu udah coba masukin lamaran di mana – mana, gak ada yang keterima,” kata Bang Sobri.
Nando dan Nadila serius menyimak cerita Bang Sobri.
“Abang dahulu inget, sering jajan telur gulung. Abang ngerantau kesini, alhamdulillah ada rezeki. Sekali, dua kali gagal. Di usir orang, di palak preman pernah. Tetapi yang namanya rezeki gak akan ketuker,” kata Bang Sobri.
“Alhamdulillah sekarang dari jual telur gulung bisa buat sekolah anak, buat masak istri, buat jajan. Alhamdulillah bersyukur abang bisa bertahan di tanah orang.”lanjut bag Sobri.
“Sekarang abang udah nikah?” tanya Nadila tak percaya.
“Alhamdulillah udah, udah punya anak 2 malah,” kata Bang Sobri sambil tertawa.
“Umur berapa bang anaknya?” tanya adilla sambil mengunyah telur gulung.
“Makan dahulu yang bener Nad,” tegur Nando.
“Hehe,” Jawab Nadila.
“Yang pertama udah sd kelas 2, yang kedua masih bayi.”kata Bang Sobri tersenyum.
Nando dan Nadila mengangguk. Tak lama datang seorang anak kecil berseragam sd menghampiri mereka..
“Papa,” kata anak itu sambil berlari ke arah abang Sobri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FILIA
Teen FictionBosan. Adalah sebuah kata yang merubah persahabatan mereka. Bukan, ini bukan bosan seperti yang kalian bayangkan. Hanya saja setelah lebih dari 10 tahun bersama. Mereka bahagia atas kebersamaan tersebut, setiap malam berbincang melihat bintang, ber...