Keesokaan harinya sepulang sekolah mereka pergi mencari Dila yang sejak pagi tidak terlihat, padahal hari ini Dila masuk sekolah, mereka ingin meminta penjelasan atas semua yang ia lakukan terhadap Nando dan Lia. Perbuatan yang Dila lakukan ini bisa saja dilaporkan ke pihak berwajib karena bersangkutan dengan perbuatan kriminal yang mencelakai nyawa orang lain dan juga membahayakan pengguna jalan.
Akhirnya mereka menemukan Dila yang kini tengah tersenyum sendirian di roftop sekolah. Dengan menhan amarahnya Nando hanya diam sambil mentap benci Dila.
Melihat keadan yang tidak lagi kondusif Devi membuka percakapand di antera mereak, dengan ragu Devi menghampiri Dila dan bertanya, “Dil gue mau tanya sama kamu, kenapa kamu melakukan ini pada Nadno dan Filia mereka kan juga teman kamu?”
Dila tak menjawa dia malah tersunyum jahat dan malah tertawa saat meliaht raut wajah kebingungan dari teman-temannya.
“Kalian semua cocok sekali dengan wajah seperti ini, hahahah.”
“Lo gila ya? Kita tanya kenapa lo malalah ketawa sendir!” sentak Bara yang memnag inign sekali memberi pelajaran pada adik kelasnya satu ini. tapi dia tahan karena Dilia seorang perempuan.
Dila masih saja tertwa bahkan tawa makin keras. Setelah puas bertanya barulah Dila menatap Bara sambil bertakta “Kak Bara yang perfek aku melakukan itu semua karena salah Filia sendiri jadi di sini aku gak salah.”
“Gimana bisa salah Filia?” Devi berterik marah dan tak terima atas ucapan Dila barusan.
“Ini salah Filia karena dia mau merebut Nando dariku,” teriak Dila yang tak kalah keras membalas teriakan Devi.
Lalu Dila mendekat ke arah Nando sambil bergelajut manja sambil berkta, “Karena kamu tidak bisa aku miliki maka Filia juga tidak boleh miliki kamu. Jadi lebih baik sekrang kamu mati saja.”Reflek Nando langusng mendorong tubuh Dila. Dan Dila pun jatuh tersungkur, bukannya marah Dila malah tersenyum bahagia sambil membersihkan kotoran yang menempel pada tangannya. Nando langsung pergi, karena dia tidak bisa menjamin saat disana dia bisa menahan amarahnya.
Saat Dila akan berdiri dan menghampiri Nando lagi, dari arah sambing tangan Dila dicekal oleh beberapa guru yang memang sejak tadi ada disana.
Kini di roftop ada banyak orang yang telah kekuar dari tempat persmbunyiannya. Ternyata diam-diam Dila memeberitahu guru-guru tentang kejadian ini dan salah satu guru juga berinisiatif menghubungi pihak berwajib. Tapi sebelum itu pihak sekolah telah menghubungi wali Dila. Wali Dilia adalah seorang ART dirumahnya yang sudah tau keadan tuan putri tempat dimana dia berkerja. ART itu melakukan apa yang sering dia lakukan saat terjadi masalah seperti ini. ART itu langsung menelfon dokter yang biasanya menangani Dila.
“Lepasin! Aku gak salah! Nando harus mati! Lepasin!” Dila berteriak kesetanan. Bahkan guru-guru yang memgangi Dila kini kualahan. Untungnya sang Dokter datang tepat waktu dan langsung mengyuntikkan obat penanang pada Dila. Seketika Dila jatuh lemas.
Devi, Reza, Bobi dan Bara masih diam mematung ditempat mereka. Sang dokter itu menhampiri mereka dan bertakata. “Terimaksih atas bantuan kalian. Dila memiliki obsesi yang sangat tinggi pada cowok yan bernama Nando. Yang mengakibatkan ia melakukan hal yang tak sepatutnya ia lakukan. Ia sangat mencintai Nando, bahkan ia rela mencelakai orang lain yang mencoba memisahkan ia dengan Nando bahkan itu temannya sendiri. Karena hal itulah, Dila kini harus segera ada di rumah sakit jiwa karena sebenarnya Dila memiliki masalah dengan kejiwaannya. Masalah kejiwaan yang membuat Dila bisa melakukan apa saja yang membuat hatinya senang.”
***
Disore harinya Devi, Bobi, Reza dan Bara datang ke rumah sakit menjenguk Filia sekligus memberi tahu Nando tentang keadan yang telah terjadi tadi siangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FILIA
Teen FictionBosan. Adalah sebuah kata yang merubah persahabatan mereka. Bukan, ini bukan bosan seperti yang kalian bayangkan. Hanya saja setelah lebih dari 10 tahun bersama. Mereka bahagia atas kebersamaan tersebut, setiap malam berbincang melihat bintang, ber...