Dua Belas

7 5 0
                                    

Sekian lama duduk dan mendengarkan apa yang dijelaskan seseorang yang dipanggil dengan sebutan guru. Ada rasa membosankan berada dalam ruangan ini, dan satu lagi jarum jam yang melekat pada benda yang berbentuk bulat dikelas ini terasa berputar sangat lambat.

Lia memutarkan bola matanya malas saat merasa sangat bosan.
‘Tringgg....’ bunyi bel yang dinantikan seluruh murid termasuk Filia akhirnya berbunyi.

"Yes!Akhirnya," gumam Lia pelan tetapi masih bisa terdengar oleh Dila yang ada di samping Lia.

Dila melihat raut wajah bahagia yang terpancar di wajah Elina merasa sedikit heran, “Baru juga bel istirahat belum bel pulang seneng amat buk.”

“Bukan karena belnya yang bikin aku senang Dil,” kata Filia.

“Terus?” tanya Dila heran, terlihat dahinya yang muncul beberapa kerutan.

Saat Filia akan menjawab pertanya dari Dila, Filia terlebih dahulu melihat keadaan di sekitarnya.

“Ada apa sih?” tanya Dila yang makin heran dengan tingkah Filia.

“Aku senang karena, aku bisa bebas dari pelajaran matematika yang harus nyari X dan Y. Padal X dan Y aja gak nyari kita,” geruntu Filia dengan muka kesalnya.

Sedangkan Dila tidak menyahuti perkataan Filia. Dila makin bingung dengan tingkah laku Filia hari ini, lalu dengan hati-hati Dila menyentuh kening Filia dengan telapak tangannya.

“Kamu ngapain sih Dil?”

“Gak apa-apa, aku cuma mau ngecek kamu masih waraskan hari ini?”

“Kamu pikir aku gak waras?” pekik Filia yang tak terima dengan pekatan Dila barusan.

“Tadinya sih iya,” jawab Dila ambigu.
“Terus sekarang?”

“Sekarang aku yakin, kalau kamu beneran kurang waras,” kata Dila dengan tawa cekikikan.

“Dila! Kamu ngeselin banget sih,” ujar Filia yang bersedekap dada pertanda dia merajuk ke Dila.

“Canda kali, gitu aja ngambek,” kata Dila sambil menoel-noel pipi Elina agar tak merajuk  lagi.
Fila masih kekeh dengan ke egoisan nya yang masuk ke Dila karena kesal. Sedangkan Dila yang juga kesal karena candaanya malah dibuat serius oleh teman sengakunya ini .

Dila tak lagi membujuk Filia agar tak ngambek dan mau memaafkannya.

Dila lama-lama kesal dengan Filia padahal dia hanya bercanda.  ‘Biasanya juga seperti itu kok, terus kenapa Filia jadi gampang baper gini,’ gumama Dila  dalam hatinya.
Baik Fila dan Dila kini malah saling diam-diaman di bangku mereka. Tak ada yang berniat untuk berbicara ataupun keluar untuk istirahat.

“Kalian berdua kenapa sih?” tanya Devi yang baru datang ke bangku mereka.

Tapi malah melihat dua manusia yang mendadak jadi patung.

Pertanya Devi barusan tak ada yang menjawabnya Devi mencoba bertanya lagi, “Li, Dil kalian gak mau ke kantin?”
Tetap tak ada respons dari mereka berdua.

Hingga Nando melihat raut wajah kebingungan dari Devi menghampiri mereka bertiga.

“Ada apa?” tanya Nando pada ketiga perempuan beda sifat itu. Tak ada yang menjawab.

“Dev ada apa sih?”

“Tau tuh, aku baru datang mereka udah diem-dieman.”

“Tumben?” sahut Reza yang baru datang.

“Lah itu aku juga bingung, tapi mereka berdua malah gak jawab.”

Reza dan Nando mengernyitkan dahi bingung. Saling tatap seolah berkata lewat hati, Nando juga menatap lekat dua gadis yang ada di depannya ini.

FILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang