Chapter 41

26 2 0
                                    

Aksara duduk dibalik meja kerjanya. Ia memijit hidungnya pelan, matanya sangat lelah karena memandang layar komputer seharian ini tanpa istirahat. Ia mengangkat telepon dari ponselnya yang berdering yang menunjukkan nama asisten pribadinya yang membantunya menangani semua urusan di dunia bisnis ini.

"Ya, Za?"

"Saya sudah mengirim proposal kerja sama dengan pusat penelitian di Korea yang akan meneliti tentang virus yang ditemukan di Wuhan dan mereka akan membuat Vaksin untuk pencegahannya."

Aksara melepas kacamatanya dan memijit kepalanya pelan, "Akan aku baca nanti, Za. Kamu sudah mengurus semua kendala di Perusahaan Papa? Apa laki-laki tua itu kembali tidak ikut campur dengan masalah ini? apa kamu sudah menghubungi sekretarisku yang berada di perusahaan Papa?" tanya Aksara dengan nada lelah.

"Semuanya sudah diatasi, Pak. Pak Alex, turun tangan untuk masalah ini setelah mendengar perusahaan Bapak yang ada di Amsterdam mengalami masalah. Katanya, "Aku tidak sejahat itu membiarkan anakku mati muda karena stress memikirkan masalah perusahaan ini dan perusahaannya itu. Tapi, sebagai gantinya, dia harus menjalankan proyek kerja sama dengan pusat penelitian di Korea." Itu yang Beliau katakan, Pak."

Reza Ananda Hakim adalah pria yang cukup jenius, dia lulus kuliah S1nya saat pria itu berumur delapan belas tahun. Ia bisa saja membuka usaha untuk dirinya sendiri dan tidak bekerja sebegai asisten pribadi Aksara. Namun, Aksara meminta sepupunya itu untuk menjadi asisten pribadinya karena ia sangat membutuhkan bantuan dari sepupunya itu. Jika saja Reza terlahir dari keluarga Papanya maka dia dengan rela hati menyerahkan perusahaan keluarganya kepada Reza—sayang, pria itu berasal dari keluarga ibunya dan merupakan putra kedua dari Kakak ibunya.

Mereka hanya berbeda dua tahun, dan saat itu Aksara tengah menempuh program sarjananya. Dan ia bersyukur ketika Reza menerima tawarannya dan ia bekerja sebagai wakil direktur di perusahaan Papanya sebelum ia menggantikannya—dan papanya juga setuju dengan usulnya, walaupun Papa dan Ibunya sudah berpisah dan fakta bahwa Reza sangat pintar. Papa dan Ibunya bercerai saat ia berumur delapan tahun dengan hak asuh berada di tangan ibunya. Namun, entah takdir atau bukan mereka berdua kembali bersama dari dua tahun yang lalu—setelah Papanya lelah dan merasa Ibunya lah yang terbaik.

"Za, gue ketemu sama dia," kata Aksara ketika Reza ingin menutup teleponnya.

"Ananta? Perempuan yang lo cari itu? Gimana? Tambah cantik?" tanya Reza yang kini sudah tidak ada keformalan lagi di antara mereka berdua.

Aksara tidak mengerti mengapa Reza—sepupunya—memakai Bahasa formal yang menurutnya menyesakkan itu. Tapi, ia menghargai keputusan Reza yang memisahkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Aksara menghela napas dan memijat tengkuknya.

"Gue belum ketemu dia langsung—gue cuma tahu dari Kaka, kata Kaka dia tambah cantik dan pesonanya akan bikin siapa saja jatuh cinta."

Reza terkekeh di seberang sana, "Termasuk sahabat lo itu?"

"Iya."

Reza kembali tergelak, "Ahahaha, gue penasaran seberapa mempesonanya dia. By the way, dia sama gue seumuran—sepertinya seru kalau gue bisa kenalan sama dia. Lo juga udah punya Gita, jadi lo nggak akan ngelarang gue ngedeketin dia kan?"

Akasara mendengus, "Lo!"

"Bercanda. Dimana dia sekarang?"

Akasara terdiam, "Gue nggak tahu. Tapi dia udah pergi dari Jerman ketika gue juga pergi ke Amsterdam dari Aachen."

Reza tergelak, "Jadi, lo kembali kehilangan dia lagi?" ledek Reza.

Aksara ingat Kaka berbicara tentang seseorang dengan Nanta di telepon, "Lo bisa cari Dokter Lee? Itu yang gue denger dari pembicaraan Kaka sama Nanta."

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang