Chapter 19

50 5 0
                                    

Sudah satu minggu Jean William dirawat di rumah sakit terbaik di Hamburg. Dan sudah lima hari kamar pria itu sangat ramai karena sahabat-sahabatnya yang berkunjung. Jean William atau Arie Flavian menghela nafas bosan melihat tingkah laku teman-temannya itu. Bagaimana tidak? Mereka asik dengan dunianya sendiri. Ada yang mengecek beberapa dokumen di meja Panjang depan televisi dan di meja makan yang ada di kamarnya. Lalu, ada yang asik bermain game, mengontrol beberapa dokumen pasien, dan menulis beberapa materi untuk kelasnya.

"Apakah kalian tidak bisa pergi dan urus semua pekerjaan kalian? Atau lo semua nggak ada kerjaan layaknya pengangguran?" ucapan sinis Arie membuat keempat sahabatnya menatapnya.

"Gue ada urusan di Jerman, sekalian gue jenguk lo. Dasar nggak tahu diuntung" ucap Devan sambil melemparkan buah jeruk ke arah Arie.

"Sialan! Jadi, lo numpang nginep di kamar rawat gue?" hardik Arie

Devan hanya menghendikan bahunya. Lalu, Arie menatap Andra yang kini sedang merapihkan meja di depan tv. "Lo ngapain di sini? Lo nggak ada niatan balik ke Indonesia sampai perusahaan lo bangkrut, Ndra?"

"Perusahaan gue nggak akan bangkrut karena gue tinggal ke Jerman buat beberapa minggu. Gue kan sahabat setia, lo beruntung punya gue," jawab Andra sambil menggerling nakal ke arah Arie yang mendengus jijik.

"Kalau lo? Alasan apa yang mau lo pake, Ka? Dokter terbaik macam apa yang pergi ke Jerman dan ninggalin pasiennya di Amerika?" tanya Arie yang sudah malas dengan tiingkah laku teman-temannya.

"Gue? Gue ambil cuti cuman buat mastiin apa dokter-dokter di Jerman nggak akan bikin temen gue mati sia-sia karena belum nikah," jawab Kaka santai yang membuat Andra, Rico dan Devan tertawa, sedangkan Arie mendengus kesal.

Arie mengalihkan pandangannya ke Rico yang masih tertawa, "Alasan apa buat lo masih ada di sini? Lo nggak balik ke Italia?"

"Gue mau ngejamin masakan Jerman nggak akan bikin lo mati muda."

Arie mendengus dan menatap satu-satunya manusia yang diam dan masih berkutik di meja makan dengan tumpukan-tumpukan dokumen. "Dan alasan lo apa masih di sini? Gue pikir nggak ada alasan yang bikin lo tinggal dua hari di Jerman selain ngejenguk gue?"

Aksara diam. Semuanya diam menantikan jawaban laki-laki itu. "Cari orang."

"Lo tahu dia dimana?" pertanyaan dari Kaka membuat semua pasang mata menatapnya.

Aksara hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Kaka. Kaka menghela nafas dan beranjak dari duduknya membawa tab yang berisi rekam medis pasiennya dan keluar dari ruangan Arie yang tiba-tiba panas itu.

"Gue denger dia udah nikah sama duda muda sekaligus konglomerat di Italia. Mending lo fokus ngurus Gita aja, daripada nyari orang yang hanya buang-buang waktu lo." Ucap Kaka sebelum pintu ruangan Arie tertutup.

"Nanta bener nikah sama konglomerat, Dev?" tanya Arie kepada Devan yang sedang mencerna apa yang dikatakan Kaka tadi.

"Gue nggak tahu," ujar Devan, lalu keluar dari ruangan untuk menanyakan apa yang ia maksud dari perkataannya itu.

Aksara kembali melanjutkan pekerjaannya. Rico kembali memainkan gamenya. Sedangkan Arie langsung membuka ponselnya dan Andra yang menatap Aksara yang tetap bergeming di tempatnya.

"Ra?" panggil Andra.

Aksara merapihkan dokumen-dokumennya dan beranjak untuk pergi meninggalkan ruangan Arie. "Gue pergi."

Arie dan Rico menurunkan ponselnya, "Lo mau kemana?"

"Perusahaan."

Singkat, padat dan jelas. Andra menghembuskan nafasnya ketika melihat pintu ruangan Arie tertutup. "Gila, si Kaka bikin singa jantan ngamuk. Bisa-bisanya dia ngomong gitu di depan orang macam Aksara jawa??" Rico menggelengkan kepalanya tidak percaya melihat apa yang baru saja terjadi.

"Lo percaya Nanta udah nikah, Ndra?" tanya Arie

Andra menghendikkan bahunya, "Gue nggak tahu. Gue sama Devan udah lost contact sama dia sepuluh tahun ini. tapi, yang gue tahu Nanta ada di Jerman. Kemarin malam Devan nelepon Ananta." Jelas Andra.

"Jangan sampe si Jawa tahu, Ndra. Berabe nanti urusannya." Ucap Rico dengan serius.

"Lagian Nanta masih nggak mau ketemu sama Devan atau kita semua."

*

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang