Chapter 15

59 4 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Killa sudah berganti pakaian sehabis kunjungan pasiennya dan bersiap untuk kembali ke rumahnya. Rumah yang sudah ia tempati selama lima tahun ke belakang ini. Ponselnya berdering menan-dakan adanya panggilan masuk.

"Kamu masih di Rumah sakit, Key?" suara pria yang lembut mengalun ketika Killa menggeser tombol hijau itu.

"Ah, Dokter... maafkan aku malam ini yang tak bisa menepati janji. Aku kira jam tujuh sudah bisa pulang ke rumah, ternyata ada panggilan darurat yang tak bisa dihindarkan. Maafkan aku, Dok." Sesal Killa yang telah membatalkan janji mereka untuk makan malam karena sudah membantu sahabatnya melihat wajah tampan Jean William.

Dokter Sam terkekeh, "Tidak apa-apa, Key. Kebetulan sehabis kamu membatalkan janji itu ada pasien gawat darurat yang harus segera di operasi. Dan aku baru selesai. Kamu ada waktu? Kalau kamu lelah besok saja kita makan siang bersama, bagaimana?"

Killa melirik jam yang melingkar di tangannya, "Ah, Dok, bagaimana kalau untuk menebus permintaan maafku, aku traktir minum malam ini? dan besok kita akan makan siang untuk membalas kebaikan Dokter yang sudah mengijinkan Lala untuk melihat Jean William? Bagaimana?"

"Baiklah, kalau itu mau kamu, Key. Aku tunggu di lobby, okey?"

"Okey"

Killa segera merapihkan beberapa dokumen dan mengecek semua barang-barangnya sudah masuk ke dalam tasnya. Dokter Sam adalah dokter dengan segala macam prestasi yang di raihnya, dari menjadi dokter spesialis di usia yang masih sangat muda dan menjadi dokter yang sangat dihormati di lingkungannya. Bukan hanya kepintarannya saja yang menjadi daya tarik unutk kaum hawa dekati, namun ketampanannya yang seperti dewa Yunani membuat siapa saja yang ia lewati menoleh hanya untuk sekedar mengagumi karya tuhan paling sempurna itu.

Ponselnya kembali berdering, nomor tidak dikenal membuatnya mengerutkan alisnya bingung. Siapa yang meneleponnya, karena setahu Killa nomornya hanya ia bagikan kepada orang yang dikenalnya apalagi ia sedang berada di negara orang. Killa mengangkat nomor itu karena penasaran.

"Lo mau sampai kapan ngehindarin telepon dari gue, Nanta?" Killa atau Ananta menegang ketika mendengar suara yang sangat amat ia rindukan sepuluh tahun ini.

Killa berdehem pelan, "Lo di Jerman? Ngapain?"

"Lo nanya? Atau lo pura-pura nggak kenal sama pasien kecelakaan yang gue denger bikin gempar satu Rumah sakit tempat lo kerja?" Killa kembali menegang.

"Maksud lo apa sih? Gue nggak ngerti."

Laki-laki di seberang sana menghela nafas, "Ta, lo serius mau kabur terus? Gue nggak tahu salahnya dimana, tapi lo nggak bisa kayak gini terus, Nanta!"

Baru saja Killa mau membalas, panggilan masuk dari Dokter Sam menyela-matkannya. Ia akan membalas semua kebaikan Dokter Sam akhir-akhir ini.

"Gue ada telepon dan ada janji sama temen gue."

Sambungan itu terputus, dan Killa segera mengambil tasnya untuk segera pergi meninggalkan ruangnya. Ia tidak enak hati dengan Dokter Sam yang sudah menunggu dirinya di Lobby seorang diri. Padahal ia yang sudah membatalkan janji, dan mana mungkin ia kembai mengecewakan Dokter Sam yang sudah sangat baik hari ini. Dan bagaimana mungkin Dokter Sam menunggunya di lobby setelah menjalani operasi selama dua jam? Gila, Key, gila!! Killa akan selalu mengingat perkataan Quila yang selalu menyatakan bahwa dirinya ini sudah tidak waras. Dan sepertinya ia memang sudah tak waras, membiarkan seorang dokter yang sangat dihormati menunggunya di lobby setelah operasi dua jam lamanya.

*

Dokter Sam menatap kagum rumah yang ia datangi. Ia tidak menyangka akan berkunjung ke rumah perempuan yang ia sukai dan kagumi. Dokter Sam mendongak ketika merasakan kehadiran seseorang yang baru saja turun dari tangga. "Menunggu lama, Dok?"

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang