Chapter 12

56 5 0
                                    

Aksara berjalan ke arah kulkas untuk mencari minuman kesukaannya. Ia me-nghembuskan napasnya pelan ketika ingat ia belum belanja bulanan. Biasanya Mamanya akan datang dan mengisi semuanya. Ia berjalan gontai ke meja bar dan menuangkan air putih ke dalam gelas lalu duduk dan membuka ponselnya.

Ia baru ingat bahwa siang ini ada latihan basket bersama teman-temannya Andra. Aksara berdiri dan pergi ke kamarnya untuk mengganti baju. Ia sudah terlanjur janji kepada sahabatnya itu. Ia bergegas mengganti baju dan menghubungi Andra untuk menanyakan tempatnya.

Ponselnya berdering dan kebetulan sekali ternyata yang meneleponnya ialah Andra. Aksara segera mengangkatnya me-loudspeaker sambil memasukan baju ganti dan beberapa kebutuhannya untuk latihan nanti. Ia tidak mungkin memakai baju yang sudah bau keringat nantinya.

"Aksara? Ra? Jangan bilang lo nggak ikut!"

"Hmm"

"Anjir, lo sakit Ra? Kata si Coconut lu sakit! Sakit apa, Ra?" Aksara menga-ngkat sebelah alisnya.

"Maksud lo?"

"Ra, gece bego! Gue sama anak-anak udah di lapangan! Jangan kek pangeran Keraton Jawa coba! Gue tahu nama lo Aksara Jawa!" suara Rico membuat Aksara paham, bahwa cowok itu sudah membuat berita yang tidak-tidak tentangnnya.

"Kirim alamatnya, Ndra. Gue berangkat sekarang."

Aksara menyampirkan tasnya dan berjalan meninggalkan kamarnya. Mematikan seluruh lampu yang ada di Apartemennya dan pergi menuju lift stelah memastikan semuanya terkunci dengan baik.

Baru saja ia ingin mematikan sambungan telepon itu, suara Rico membuatnya kembali bersuara untuk memastikan sesuatu.

"Siapa?"

"Gita hari ini dateng ke lapangan."

"Bukan! Sebelum Gita, lo bilang siapa yang dateng ke lapangan?"

"Ananta?"

Saat itu tidak menunggu lama lagi, Aksara mematikan sambungan teleponnya dan berlari kecil ke arah mobilnya setelah keluar lift menuju basemen. Ia tidak tahu dan mengerti mengapa ia sangat bersemangat untuk latihan bersama kali ini. Apakah satu nama perempuan bisa membuatnya seperti ini?

Aksara melajukan mobilnya dengan senyuman yang tak pernah pudar. Entah apa yang dia rasakan, namun dadanya sangat berdebar. Mengingat pertemuan terakhir mereka membuat Aksara tersenyum kecil ketika mengingat tingkah laku gadis itu.

Setelah memakirkan mobilnya dengan benar, Aksara keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah sahabat-sahabatnya berkumpul. Mereka semua lengkap. Aksara, Andra, Arie, Rico, dan Dewa. Aksara mengerdarkan pandangannya dan tidak menemukan keberadaan Ananta. Ia tidak mengerti apa yang ditertawakan sahabat-sahabatnya itu dan juga ia tidak peduli.

"Udah datang?" suara perempuan itu membuat kelimanya menoleh dan membuat keempat orang yang sedang tertawa itu berhenti seketika.

*

"Halo?" Ananta menjawab teleponnya dengan malas-malasan.

"Kamu lagi nonton drama?" Ananta melihat nama pemanggil yang ternyata adalah Andra.

Ia merapihkan bajunya dan duduk sila di kasurnya, mengcilkan sedikit volume televisinya dan mendengarkan Andra. "Kok tau?"

Ananta mengerutkan keningnya ketika mendengarkan suara tawa di seberang sana, "Kamu kenapa ketawa? Ada yang lucu?"

"Nggak. Semua orang juga tahu kalau kamu lagi nonton drama, suaranya terlalu besar."

Ananta menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Hehe, kamu lagi dimana? Rame banget kayaknya."

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang