Chapter 9

61 5 0
                                    


"Anjir gue telat!!!!"

Aksara menjauhkan ponselnya dari telinga, "Lo bisa nggak sih nggak berisik? Nanti Arie sama Kaka nolongin lo."

"Ah, anjing, lama. Kenapa nggak lo aja sih?" seseorang di seberang sana mengumpati Aksara tanpa henti.

"Kalau lo terus nyumpah serapahin gue, gue matiin sekarang juga."

"Ahh iyaa, iyaaa, iyaaa, Ra. Bercanda elah, masa lo nggak tahu bercanda, sih?"

"Ko? Dengerin gue, kata Pak Samsul aman, lo masuk aja."

"AH gitu kek dari tadi, lo mah kebanyakan mikir tahu, Ra."

"Brisik." Aksara menutup panggilan itu secraa sepihak, ia sudah kesal mendengar temannya itu.

Aksara membuka aplikasi pengirim pesan, ia segera mengirim pesan kepada seseorang.

Aksara

Gimana? Udah mendingan?

Sagitarius

Udah. Kamu mau mampir?

Andra yang bakal mampir

Gue banyak urusan

Get well soon

Sagitarius

Iya gapapa:)

Liat kamu care aja aku udah seneng kok

Makasih ya

Aksara menghela napas lelah, kenapa ia masih mengkhawatirkannya? Sudah jelas-jelas bahwa dia yang sudah membuat Aksara kehilangan semuanya. Luka yang dia tinggalkan, semua yang Aksra korbankan hanya berujung sia-sia.

Sudah tiga hari Aksara tidak berkunjung ke kedainya. Apakah gadis itu men-carinya? Aksara tersenyum, ia membuka akun sosial medianya dan tangannya mengetik nama Ananta dalam kolom pencarian.

Nantakilla.­_.

Lucu

Nama pengguna yang dipakai Ananta membuat senyuman Aksara terbit. Aksara menggulirkan jarinya satu persatu di koleksi foto-foto Ananta. Hanya enam foto. Foto ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun, fotonya bersama sahabatnya, bersama dengan seorang cowok mungkin pacarnya, bersama Andra, bersama orang tuanya waktu kelas enam, dan terakhir sama Papanya. Aksara tersenyum getir ketika melihat wajah Andra yang terpampang di akun media sosial milik Ananta. Aksara merasa ia sudah kalah start lagi dari awal.

Aksara mengikuti akun Ananta sebelum mematikan ponselnya dan menaruh di dalam saku celananya. Aksara bangkit dan berjalan ke luar kelas. Ia butuh istirahat. Tanpa ia sadari, sejak ia melihat foto-foto Ananta yang membuat senyumnya terbit, anak-anak di kelas XII IPS 5 sudah berteriak histeris. Sangat jarang melihat Aksara tersenyum begitu lebar sejak ia masuk sekolah Garuda Perwira.

*

Aksara memasuki UKS ketika jam pelajaran tengah berlangsung. Seperti biasa, UKS adalah tempat terbaik dalam pelarian atau bolos saat jam pelajaran. Aksara membuka kembali ponselnya dan berselancar di sosial medianya. Matanya langsung menemukan foto terbaru Ananta yang baru di upload-nya beberapa menit yang lalu. Gadis itu hanya memakai sweater putih oversize, celana pendek dan rambut kuncir kuda yang membuat gadis itu sangat cantik dalam balutan pakaian sederhana. Gadis ini berbeda dari Gita itulah yang Aksara rasakan. Aksara menyu-kainya.

Tangannya membuka profil Ananta dan melihat postingan-postingan milik Ananta. Matanya tak sengaja melihat sebuah foto Ananta bersama seorang laki-laki yang seumuran dengannya. Ia memang menemukan beberapa foto Ananta dengan laki-laki seumurannya, namun ia tidak mengenali laki-laki itu. Berbeda dengan ini, laki-laki ini sangat Aksara kenali. Andra. Sahabatnya dan teman masa kecilnya. Bagaimana bisa Andra mengenal Ananta lebih dulu darinya? Yang Aksara tahu ia selalu kalah jika berusan perempuan dengan Andra. Apakah ia harus kembali mengalah kepada sahabatnya itu?

Aksara menghela napasnya lelah ketika memikirkan semua kejadian dua tahun yang lalu dan saat ini. Ia menutup aplikasi media sosialnya dan mematikan ponselnya, menyimpannya di saku celana abu-abunya dan mencoba memejamkan matanya. Pasalnya, saat ini adalah pelajaran Pak Aris yaitu ekonomi. Aksara sedang tidak mau berpikir apalagi memikirkan uang orang lain yang membuatnya pusing.

Pintu UKS terbuka, sedangkan Aksara masih memejamkan matanya dengan sebelah tangan yang menutupinya. Aksara sangat ingin menulikan telinganya ketika mendengar obrolan siswi-siswi itu tentangnya. Setidaknya, Aksara butuh ketenang-an. Gadis-gadis itu terus berbicara dan menggosip ria saat jam istirahat seperti saat ini. Yang Aksara tak habis pikir ialah apakah mereka tidak punya tempat lain untuk bergosip selain UKS. Mereka hanya menganggu tidurnya saja.

"Lo mau tahu nggak? katanya Kak Aksara tadi senyum lho. Gilak kata temen gue pas dia senyum gantengnya bertambah kali lipat. Gue mau deh jadi pacarnya."

"Kalau gue jangan jadi pacar deh, jadi temen sekelasnya aja udah bersyukur banget sama Tuhan. Setidaknya gue bisa mengagumi dan mensyukuri ciptaan Tuhan yang sangat sempurna begitu."

"Gue kalau bisa request sama Tuhan, gue mau lahir di tahun yang sama aja sama dia trus gue jadi teman masa kecilnya dia, nemenin dia, trus tanpa kita berdua sadar kita sama-sama jatuh cinta, trus gue nikah sama dia dan hidup bahagia. Gilak beruntung banget yang nanti nikah sama Kak Aksara."

"Dasar lo mah! Itu mah Cuma ada di novel picisan lo doang anjir. Yang nyata-nyata aja kalau mau ngehalu mah."

Aksara membuka matanya dan turun dari ranjang, menyibak tirai putih yang menjadi pembatas antar ranjang satu dengan yang lain supaya tidak menganggu satu sama lain. Gadis-gadis itupun menoleh ke arah tirai yang dibuka dan seketika terkejut dan khawatir jika Aksara tidak suka bahwa mereka sudah membicarakannya dibelakangnya. Aksara melewati gadis-gadis itu tanpa menoleh sama sekali membu-at gadis-gadis itu bernapas lega saat Aksara sudah keluar dari UKS.

"Anjir, Gilak, Kak Aksara ganteng banget." Mereka tersadar.

*

"Kalau sudah besar nanti, aku mau kamu jadi ratu aku kayak cerita Disney nanti aku jadi rajanya, Git? Gimana?"

Gadis kecil itu tersenyum dan mengangguk sambil memainkan boneka barbie di tangannya. Pria kecil yang sangat tampan itu tersenyum dan memegang tangan Gadis kecil itu, lalu menciumnya.

"Kata Papa, Raja harus mencium tangan Ratunya. Kamu Ratunya dan aku Rajanya."

Mereka tersenyum dan berjalan untuk membeli eskrim di tengah tanam yang tidak ramai. Saling menggenggam dan berjalan dengan gemas layaknya pasangan kekasih.

Ananta Killaputri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang